webnovel

Papa

Jayden dan Paola sudah sampai di gedung apartemen Paola. Jayden disuruh pulang oleh Paola, tapi pria itu tidak mau.

"Jayden, aku bisa sendiri. Aku tidak mau ada wartawan melihat kita yang selalu bersama," kata Paola.

"Memang kenapa? Aku ini manajer kamu dan kamu baru saja mengalami musibah. Aku heran sama kamu," balas Jayden.

"Terserah kamu. Kita bicara di dalam apartemen aku saja," kata Paola.

Saat mereka sudah sampai di lobi, Paola melihat ada orang yang paling dia benci berdiri di depan dia tersenyum pada orang itu.

"Buat apa kamu berada di sini?" tanya Paola.

"Paola, kenapa kamu tidak sopan sama saya?" tanya Elson.

"Sudah, Paola. Biarkan papamu mampir ke apartemen kamu dulu. Nanti dilihat orang orang di sini," kata Jayden.

"Sial, rencanaku bisa gagal kalau ada yang tahu mengenai pria ini. Pria yang tidak seharusnya berada di sini. Masa rencanaku bisa gagal secepat ini," gumam Paola.

"Oke. Jangan terlalu lama, aku tidak mau kamu berlama-lama di apartemenku," kata Paola.

"Iya, Paola. Papa tidak akan lama, saya ada urusan bisnis di sini," balas Elson.

"Jangan menyebutkan kata papa di tempat umum. Aku tidak suka dan tidak ada yang tahu tentang hubunganku dengan kamu dan keluarga lain," kata Paola.

"Oke," balas Elson.

"Tuan, mari ikuti saya," kata Jayden sopan.

Paola berjalan masuk ke lift duluan diikuti yang lainnya. Elson menatap leher Paola yang terdapat luka lebam, dia sebenarnya sudah tahu soal kecelakaan yang terjadi pada hari ini dari berita.

Pintu lift tidak lama tterbuka saat mereka sudah sampai di lantai unit apartemetn Paola. Elson melihat apartmen putrinya dilengkapi pengawalan ketat di depan pintu.

"Silakan masuk," kata Paola.

"Putriku, terima kasih," balas Elson.

Paola memutar bola matanya. Dia masuk ke dalam diikuti Jayden dan Elson.

"Tuan, silakan duduk," kata Jayden ramah.

"Terima kasih, Jayden. Kamu tidak perlu kaku, panggil paman aja," balas Elson.

"Iya. Paman mau minum apa? Saya ambilkan," kata Jayden.

"Tidak perlu repot-repot. Saya disini ingin bicara dengan putriku, sekalian melepas rindu," balas Elson.

"Kamu tidak usah banyak bicara. Anda ke sini mau apa? Kalian butuh uang pasti aku kasih. Jangan ganggu urusanku di sini dan jangan sampai ada yang tahu bahwa kalian keluargaku," kata Paola.

"Kamu yakin tidak akan ada yang tahu? Kakek kamu tinggal di sini. Kalau dia tahu cucunya ada di sini dan menjadi model, menurut kamu dia tidak akan mencari kamu?" tanya Elson.

"Anda tidak usah banyak bicara. Kakek juga sudah tidak peduli sama mama dan kamu seharusnya bertanggung jawab atas pengeluaran yang dilakukan mama," jawab Paola.

"Kamu tahu apa soal pengeluaran, Paola? Papa selalu memberikan uang ke mama kamu, tapi memang saya membatasi karena mama kamu terlalu boros," kata Elson.

"Oke. Kalau sudah kasih, bilang sama mama jangan suka mengganggu aku. Satu lagi, anakmu itu apa tidak ada kerjaan sampai harus minta duit melalui mama juga?" tanya Paola.

Elson menghelakan napas kasar. Dia tidak menyangka sifat anaknya hampir mirip dengan Jiyah. Cuma bedanya anak dia lebih pendiam.

"Oke saya minta maaf kalau mereka mengganggu kamu. Papa di sini mau menjenguk kamu, bagaimana kabar kamu dan kondisi kamu?" tanya Elson.

"Lihat, apakah aku terlihat sakit? Aku tidak sakit, jadi santai aja," jawab Paola.

"Permisi, ini minuman untuk kita," kata Jayden.

Paola menatap Jayden yang membawa minuman dengan tatapan taja.

"Iya saya lihat kamu adalah gadis yang kuat, tapi saya mohon sama kamu lupakan dendam kamu sama keluarga Bowie. Jangan hancurkan kehidupan kamu untuk membalas mereka," kata Elson.

"Tentu saja menurut kamu mereka tidak salah karena mereka berhasil membuat kamu bersama dengan mamaku setelah papa kandungku mati," balas Paola.

Jayden menggenggam tangan Paola, dia meminta Paola untuk tenang. Paola menatap tajam ke Jayden lalu menarik tangannya.

"Jayden, jangan ikut campur," kata Paola.

Elson menatap Jayden yang begitu baik pada putrinya. Hati kecilnya berkata Paola saat ini sudah bersama orang yang tepat.

"Saya akui saya beruntung, tapi saya tidak pernah berencana membunuh papa kandungmu. Saya ke sini hanya mau tanya apakah perut kamu tertembak dan ada luka dalam di tubuh kamu yang lain?" tanya Elson.

"Aku tertembak dan ada luka juga, tapi kamu tenang saja karena ku punya dokter yang hebat kok. Aku akan segera sembuh," jawab Paola.

"Papa percaya," balas Elson.

"Oke kamu bisa pergi karena aku sudah tahu kalau aku baik-baik saja," kata Paola.

"Ada pertanyaan untuk kamu satu lagi," Elson.

"Apa lagi sih?" tanya Paola.

"Paola, kamu harus tenang. Tidak baik berbicara seperti itu pada orang tua," jawab Jayden.

"Tidak apa-apa, Jayden. Papa mau tanya sama kamu, Paola, apakah kamu dalang dari kecelakaan pada hari ini dan memang sengaja kamu atur?" tanya Elson dengan mata menyelidik.

"Anda tidak punya otak. Masa iya aku akan membiarkan orang menembakku. Tadi bisa saja aku mati," jawab Paola.

"Paola, kalau dia memang ingin menembak seseorang, dia akan segera menembak tepat di jantung orang itu. Bukan mengarah pada perut," kata Elson.

"Anda mau memfitnah aku?" tanya Paola.

"Tidak, Paola. Papa ingin kamu tidak melakukan hal yang dapat merugikan kamu. Papa mohon sama kamu, kita sudah lama tidak terlibat dalam masalah besar, jangan membuat kita harus jatuh kembali," jawab Elson.

"Anda terlalu ikut campur. Anda lebih baik segera pergi dari sini," balas Elson.

"Saya sebagai orang tua Paola merestui kamu. Jayden, kamu anak yang baik, semoga Paola bisa segera sadar," kata Elson.

"Iya aku berjanji akan selalu menjaga Paola. Terima kasih sudah percaya pada aku," balas Jayden.

"Sama-sama, Jayden. Saya pamit pulang sebelum putriku mengamuk melihat saya masih di sini," kata Elson.

"Iya. Dia mirip nenek sihir kalau marah," balas Jayden.

"Kamy bisa aja," kata Elson.

Jayden mengantar Elson keluar dari apartemen. Dua meminta beberapa pengawal mengantar pria itu sampai mobil.

***

Di dalam kamar, Paola berdiri di depan balkon sambil merokok dan menikmati angin.

"Keluargaku ini memang tidak penting. Aku harus segera menyelesaikan rencanaku. Aku akan membuat pembalasanku menjadi terlihat hebat dan juga akan mendapatkan keuntungan dengan menjadi bagian keluarga itu. Aku perlahan akan menusuk mereka dan membuat mereka memohon padaku," gumam Paola.

"Paola, kamu sedang apa?" tanya Jayden mengagetkan Paola.

"Aku belum menyuruh kamu masuk. Apa orang tua itu sudah pulang?" tanya Paola.

"Sudah. Paola jangan tidak sopan begitu sama orang tua. Dia umurnya lebih tua dari kita," jawab Jayden.

"Ya sudah kamu saja yang sopan padanya, jangan mengajak aku. Aku hari ini lagi senang," balas Paola.

"Senang karena diri kamu celaka," kata Jayden.

"Nanti luka ini akan segera terbalaskan," balas Paola.

"Paola, aku khawatir pada kamu. Aku ingin karier kamu aman dan tetap melejit, tapi aku enggak tahu bagaimana nasib kamu kalau sampai mengganggu keluarga Bowie," kata Jayden.

"Jangan memikirkan nasib aku. Kamu pikirkan aja diri kamu sendiri," balas Paola sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Paola, tidak baik merokok dalam keadaan kamu belum begitu fit," kata Jayden.

"Iya aku matikan," balas Paola.

Paola mematikan rokoknya. Dia lalu masuk ke dalam kamar.

"Aku buatkan buat kamu," kata Jayden saat melihat Paola menatap buah dan susu cokelat buatannya.