webnovel

Fire

Tidak lama mobil yang mereka tumpangi sampai di depan gedung apartemen Paola. Jayden menepuk-nepuk pipi Paola lembut.

"Sudah sampai?" tanya Paola.

"Sudah," jawab Jayden.

"Gendong," pinta Paola manja sambil merangkul leher Jayden.

"Baiklah aku gendong, jangan protes," balas Jayden.

Jayden turun dari mobil setelah pintu dibukakan oleh sopirnya.

"Silahkan, Tuan," kata Andri.

"Iya terima kasih, Andri. Kamu boleh istirahat," balas Jayden.

"Baik, Tuan," kata Andri.

Beberapa pengawal mengawal mereka sampai ke apartemennya.

***

Di butik Fabiano, para karyawan mulai pada pulang dan izin kepada Chelsea.

"Nona belum mau pulang?" tanya Lily yang hendak pulang juga.

"Iya sebentar lagi. Kekasihku mau jemput," jawab Chelsea.

"Oke saya duluan, Nona. Tidak apa-apa saya tinggal?" tanya Lily.

"Tidak apa-apa, Lily. Besok kamu bisa lanjut lagi," jawab Chelsea.

"Siap, Nona. Hati-hati di jalan," kata Lily.

"Iya, hati-hati di jalan juga," balas Chelsea ramah.

"Baik, Nona," kata Lily lalu berjalan keluar dari butik.

***

Di luar butik milik Chelsea, semua pengawal berjaga di depan butik. Chelsea yang sedang mengagumi hasil karyanya mendengar suara berdiri dari duduknya dan hendak mengecek, tapi suara ponselnya mengagetkan dia

"Iya. Halo, Sayang," kata Chelsea yang langsung menjawab.

"Sayang, ini aku terjebak macet. Sebentar paling sampai, tunggu," jelas Alder.

"Iya. Tidak apa-apa kok," balas Chelsea.

"Karyawan kamu sudah pada pulang semuanya?" tanya Alder.

"Iya sudah pada pulang. Kasihan mereka sudah bekerja keras dan besok aja harus masuk, padahal hari spesial. Aku ingin belikan mereka sesuatu besok," jawab Chelsea.

"Nanti aku belikan buat pegawai kamu yang sangat rajin," balas Alder.

"Sayang, tidak usah. Aku bisa beli kok," kata Chelsea.

Tiba-tiba suara benda jatuh terdengar membuat mereka terkejut.

"Sayang, suara apa itu?" tanya Alder.

"Sepertinya tikus deh, coba aku cek," jawab Chelsea.

"Oke. Hati-hati," kata Alder.

"Iya, aku matikan telepon dulu ya," balas Chelsea.

"Iya, hati-hati. Kabarin aku," kata Alder.

Mereka mematikan sambungan teleponnya. Chelsea pergi mengecek ke dalam butik dengan berjalan perlahan.

"Siapa di sana?" tanya Chelsea melihat bayangan besar di dinding.

Chelsea terkejut melihat seseorang memakai jaket hoodie hitam dan masker. Dia makin terkejut saat melihat ada api di belakang gudang. Dia berlari menghampiri pria yang memakai jaket. Pria itu hendak kabur, tapi Chelsea dengan cepat menarik jaketnya.

"Bodoh, rasakan ini!" teriak pria itu yang langsung pergi begitu saja meninggalkan Chelsea yang didorong hingga jatuh dan kepalanya terbentur.

"Tolong!" teriak Chelsea melirik ke samping hingga dia dapat melihat api mulai merambat.

Para pengawal yang di luar butik berteriak-teriak karena ada asap. Bahkan alarm kebakaran berbunyi. Salah satu pengawal melihat ada seorang pria yang berlari mengejarnya dan hendak menangkap pria tersebut, tapi ternyata pria itu tidak sendiri. Ada beberapa orang yang membantu.

Alder yang baru datang langsung buru-buru turun. Dia berteriak pada pengawalnya untuk mematikan api yang merambat di butik Chelsea.

"Tuan mau ke mana?" tanya Toni yang terkejut melihat tuannya masuk ke dalam butik.

Di sekitaran butik Chelsea sudah disiram bensin dan api dengan cepat merambat.

"Chelsea, kamu di mana?" tanya Alder sambil terbatuk-batuk. Dia bingung mencari Chelsea, butik itu dibilang kecil juga tidak.

Chelsea yang samar-samar mendengar suara kekasihnya hendak menggapai vas di depannya. Kepala dia terasa begitu sakit, napasnya sudah sesak dan suara dia perlahan susah dikeluarkan.

***

Beberapa pengawal juga ikut masuk ke dalam menyingkirkan patung-patung manekin yang mulai ikut terbakar. Sekitaran butik mulai terbakar. Alder yang mendengar suara barang pecah berlari cepat mencari sumber suara.

"Tuan ayo segera keluar. Pemadam kebakaran akan segera datang , ambulans juga datang," jelas Harry.

Harry sangat takut Alder kenapa-kenapa ditambah atap-atap di atas mereka sudah merambat api dengan cepat. Alder tidak lama menemukan kekasihnya yang tergeletak dengan kepala belakang berdarah.

"Alder," lirih Chelsea.

"Sayang, bertahan. Ini aku di sini, kita keluar dari sini," kata Alder.

Alder menggendong kekasihnya tanpa peduli dengan puing-puing yang mulai berjatuhan.

"Sayang, hasil karyaku tolong diambil. Itu untuk nanti promosi," mohon Chelsea.

"sayang, kita tidak punya waktu. Aku akan berusaha mengambil beberapa. Semua akan baik-baik saja, yang penting kita keluar dari sini," tolak Alder membawa Chelsea keluar dari tempat itu.

Alder terkena runtuhan kayu dari atas. Matanya terasa perih dan Chelsea perlahan menutup mata.

"Tuan, bawa ke ambulans," perinta Harry.

Para suster membantu untuk membawa Chelsea ke dalam ambulans.

"Harry, aku titip Chelsea. Tolong bantu kekasihku, aku harus mengambil beberapa karya Chelsea Yang ada di dalam," perintah Alder.

"Tuan, api sudah merambat dan tidak akan ada satu pun yang selamat. Jangan masuk lagi," larang Harry.

Alder tetap berlari masuk. Para pemadam kebakaran menyiram butik yang terbakar.

"Tuan kenapa masuk kembali?" tanya Boni.

"Entahlah, gue lagi melapor ke tuan tentang kejadian ini. Kalian berhasil tidak menangkap orang yang membakar?" tanya Harry.

"Tidak berhasil, mereka langsung naik kedalam mobil jeep yang sudah tidak ada plat nomornya. Gue yakin ini ulah orang dekat," jawab Boni.

"Itu tuan kita, bantu dia dulu," perintah Harry.

Mereka berlari mendekati Alder yang sudah membawa beberapa patung karya Chelsea dan buku karyanya. Alder melihat ada yang di patung itu atas nama Paola.

"Tuan, masih ada yang mau diambil lagi?" tanya Boni.

"Sudah habis semuanya, hanya ini yang bisa diselamatkan," jawab Alder mengusap wajahnya dengan kasar.

"Tangan Tuan terbakar," kata Harry.

"Iya tidak apa-apa. Saya mau urus kekasihku dulu," balas Alder melangkah ke ambulans.

Beberapa pengawal tinggal di sekitar butik untuk melihat proses pemadaman api, sedangkan yang lainnya mengikuti Alder ke rumah sakit.

***

Paola dan Jayden di apartemen tengah menonton drama Korea kesukaan Paola.

"Filmnya sedih banget," kata Paola sambil membuang ingusnya dengan tisu.

"Kamu jorok banget. Habis dari hidung ke mata," decak Jayden sambil melihat ponselnya.

Jayden sebenarnya tidak terlalu tertarik menonton, tapi dia mau tidak mau harus ikut menonton kesukaan Paola karena Paola.

"Biarin. Mendingan aku daripada kamu yang sibuk ajah dengan ponsel kayak ada pesan penting aja," ejek Paola.

"Maaf, masih banyak yang naksir sama aku. Kamu akan jadi jomlo akut kalau kamu terlalu jual mahal," goda Jayden. Dia melihat berita di ponsel dan membaca dengan teliti.

"Aku mengalah deh. Kamu lihat apa sih?" tanya Paola.

"Butiknya Chelsea kebakaran," jawab Jayden menunjukkan ponselnya.

"Waduh, baju-baju dia yang selamat tidak tuh?" tanya Paola.

"Orang lain pasti khawatir sama orangnya, kamu malah baju-bajunya. Dasar aneh," ejek Jayden.

"Terus sekarang kita mau jenguk?" tanya Paola menatap Jayden.

"Besok aja, Paola. Ini sudah malam," jawab Jayden.

Jayden melirik ke Paola yang tidak bicara apa pun. Dia berusaha membuang pikiran jahatnya yang menuduh Paola telah melakukan ini semua pada Chelsea.