webnovel

Deep Talk

Chelsea di rumah sakit saat ini sudah dipindahkan di kamar rawat setelah diberikan oksigen. Dia mengalami sesak napas dan kepalanya terbentur. Keluarga mereka telah berkumpul di kamar Chelsea.

"Sayang, apa ada yang sakit?" tanya Alder.

"Tidak ada, Sayang. Aku hanya kepikiran dengan butik," jawab Chelsea.

"Sudah, tidak usah dipikirkan," kata Alder.

"Benar kata Alder, Nak, kamu jangan berpikir yang membuat kesehatan kamu menurun," balas Christo.

"Iya, Pa, tapi aku bisa mengecewakan banyak orang. Ada banyak pesanan juga," lirih Chelsea.

"Sayang, sementara butik kamu aku pindahkan ke tempat lain supaya para karyawan kamu bisa mengerjakan pesanan yang sudah mau mepet. Aku sendiri yang akan memantaunya," jelas Alder lembut sambil menggenggam tangan kekasihnya.

"Kasihan mereka kalau semua baju jadi pekerjaannya lambat," kata chelsea merasa tidak enak hati.

"Sudah, dengarkan apa kata tunangan kamu," tegur Natasya pada putrinya yang susah dibilangin.

"Iya, Ma," balas Chelsea.

"Chelsea, kamu serahkan saja sama Alder. Ini juga lagi diselidiki siapa yang berani membakar butik kamu," kata Theodor.

"Iya, Pa. Terima kasih," balas Chelsea.

"Sayang, mending penjagaan di rumah sakit juga diperketat dan sama keluarga kita juga," kata Kaila.

"Iya. Aku sudah menyuruh para pengawal kita," balas Theodor.

"Kakek dan nenek tidak ke sini?" tanya tanya Alder.

"Tidak, ini sudah malam," jawab Theodor.

"Iya. Sampaikan salamku pada kakek dan nenek," balas Alder.

"Iya, nanti kami sampaikan saat sudah pulang," kata Kaila.

"Oke, Pa, Ma. Tidak apa-apa aku menemani Chelsea di sini," balas Alder.

"Besok kamu tetap bekerja, Alder?" tanya Theodor. Dia tidak mau putranya sibuk dengan Chelsea terus-menerus hingga melupakan pekerjaannya.

"Iya aku bisa bekerja dari rumah sakit. Nanti aku akan bilang sama asistenku," jawab Alder menatap apanya yang menatap dia tajam.

"Sayang, cukup. Biarkan putra kita, dia pasti bisa mengatur waktunya," tegur Kaila lembut sambil membelai lembut tangan suaminya berusaha menenangkan.

"Oke kami pamit pulang," kata Theodor.

"Iya. Hati hati di jalan," balas Christo tersenyum ramah.

Kaila memberikan pelukan kepada Natasya, calon besannya. Dia pamit untuk pulang dan tak lupa meminta Chelsea supaya segera sembuh.

"Aku antar papa dan mamaku ke lobi. Kamu tunggu di sini sama orang tua kamu," kata Alder.

"Iya, Sayang. Temani orang tua kamu dulu," balas Chelsea lembut.

Alder mengantarkan orang tuanya sampai lobi, sedangkan Chelsea bersama orang tuanya berbicara. Natasya melihat Alder dan keluarga pria itu sudah pergi menasihati putrinya.

"Mama mohon sama kamu untuk menjauh dari model papan atas yang namanya Paola," perintah Natasya.

"Ma, dia perempuan biasa. Ini pasti ulah musuhnya Alder," balas Chelsea.

"Iya kamu terlalu percaya sama idola kamu," ejek Natasya kesal.

"Chelsea, apa yang mama kamu bilang ada benarnya. Bukannya kita menuduh, tapi saat ini yang berkemungkinan besar orang terdekat kamu, ditambah dia brand ambassador karya kamu," decak Christo.

"Sudah, Pa, Ma. Chelsea pusing," kata Chelsea.

"Ya sudah istirahat kalau pusing," balas Natasya mendudukkan diri di sofa kamar Chelsea.

"Papa tidak mau kamu dilukai oleh orang-orang yang tidak menyukai kamu. Lihat, sekarang butik kamu terbakar. Pasti kamu tahu dari kemarin ada saja yang terjadi," kata Christo.

"Iya aku tahu, Pa," balas Chelsea pusing mendengar komentar orang tuanya.

Pintu tidak terbuka, Alder telah kembali. Orang tua Chelsea memilih duduk di sofa dibandingkan harus berdebat dengan putri mereka.

"Mama dan papa kamu sudah pulang?" tanya Chelsea.

"Sudah, Sayang. Sekarang kamu istirahat. Ma, Pa, kian mau menginap di sini juga?" tanya Alder.

"Kami ingin menginap di sini, tidak apa-apa?" tanya Natasya.

"Mending kalian menginap di hotel dekat sini aja," jawab Alder.

"Tidak usah, Nak," tolak Christo merasa tidak enak pada calon menantunya.

"Tidak apa-apa, biar aku yang menjaga Chelsea," balas Alder.

"Kami tidak apa-apa tidur di sini, Nak. Kita tidak mau banyak merepotkan kamu," kata Christo.

"Tidak, Pa. Kalian tidak pernah merepotkan aku. Aku menganggap kalian keluargaku, jadi tenang saja. Aku tidak merasa direpotkan kok," balas Alder.

"Baiklah," kata Christo.

"Aku sudah meminta asisten aku untuk memesan hotel dekat sini jadi kalian bisa menjenguk Chelsea dan tidak kekurangan tidur juga," balas Alder lembut.

"Kamu nanti yang kekurangan tidur," kata Natasya.

"Tidak, Ma. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku pria yang kuat kok, tidak gampang sakit," balas Alder.

"Iya. Tidak gampang sakit. Kalau sakit, nanti siapa yang menemani Chelsea?" goda Natasya lembut.

"Iya aku akan jaga kesehatan kok. Asistenku sudah menunggu aku di hotel. Kalian diantar sopir ke sana," kata Alder.

"Tidak perlu, Alder. Kami ada sopir kok, tenang saja. Terima kasih banyak," tolak Christo.

"Iya sama-sama. Nanti kabarin kalau sudah sampai," balas Alder.

"Iya kami akan mengabari kamu," kata Christo.

Natasya mendekat ke putrinya, memeluk Chelsea dan berpamitan.

"Kami besok akan datang lagi ya," kata Natasya.

"Iya, Ma, Pa. Jangan lupa memberikan kabar pada kami," balas Chelsea.

"Iya," kata Christo.

Christo juga memeluk putrinya dan juga calon menantunya lalu mereka pergi dari ruang rawat Chelsea hendak menuju hotel.

Alder duduk di samping Chelsea. "Kamu mau minum tidak?" tanya tanya Alder.

"Boleh, aku haus. Tadi aku agak kesal sama mama dan papaku, bikin pusing bawel mereka," jawab Chelsea. Dia merasa Alder, kekasihnya lebih pengertian padanya.

"Tidak boleh bicara begitu, Sayang. Mereka bawel karena sangat menyayangi kamu. Ya memang pusing sih. Sama aja kayak aku dan kakekku, tapi aku tahu kakekku perduli pada kehidupanku. Cuma caranya saja yang terlalu memaksa kehendaknya," balas Alder sambil membelai lembut pipi Chelsea yang begitu halus.

"Iya, Sayang. Kamu curiga tidak sama seseorang yang berusaha mencelakakan keluarga kita?" tanya Chelsea.

"Kenapa, Sayang? Memang orang tua kamu mencurigai siapa?" tanya Alder memicingkan matanya.

"Mamaku mencurigai Paola, tapi aku merasa bukan dia. Soalnya dia itu brand ambassador karyaku. Kalau dia merusak semuanya, otomatis dia tidak dapat bayaran dong dari kita karena penundaan seperti ini," jawab Chelsea heran.

"Sayang boleh aku menasihati kamu?" tanya Alder.

"Iya, Sayang. Kenapa? Apa kamu juga mencurigai dia yang membantu aku dalam karierku?" tanya Chelsea balik.

"Sayang, malah aku mencurigai dia sejak awal. Aku ikuti kemauan kamu yang menginginkan dia membantu karier kamu karena kamu mengidolakannya. Aku tahu kamu begitu takut pada kakekku, terutama gara-gara kamu dibilang tidak bisa apa pun, padahal kamu tidak perlu memusingkan hal seperti itu. Sayang, jangan naif. Mana ada yang orang baik terhadap kamu dalam kurun waktu dekat. Ya bukan berniat menuduhnya, coba kamu selidiki sendiri," jawab Alder.

"Aku ga menyangka kalau benar dia mau melukaiku. Alasannya apa? Aku merasa tidak pernah melukai dia," kata Chelsea.

"Menurut kamu keluargaku tidak banyak musuh, Sayang? Aku juga lagi menyelidiki latar belakang Paola yang terasa ditutupi," balas Alder.

"Apa yang ditutupi? Aku baca di artikel katanya dia anak dari pengusaha, tapi memang dia tidak mau mempublikasikan orang tuanya. Itu sih memang hal pribadi," kata Chelsea.

"Sudah, Sayang. Tidak perlu banyak berpikir, ini Sudah malam dan saatnya kamu tidur. Kita bisa bicara besok lagi. Kamu besok sudah boleh pulang kalau tidak merasa pusing atau mual," jelas Alder.