SEPERTI SEBELUMNYA, BACA DALAM MODE GULIR YA, TERIMA KASIH♡
•••
Siang ini, mereka bersebelas memutuskan untuk berkumpul di pos ronda dekat lapangan rumah Tama. Disini sepi, lebih leluasa untuk berdiskusi.
Yetfa datang juga karena dipaksa Evan, katanya kalau tidak datang berarti pelakunya. Ckck, tidak tahu saja kamu, Van...
"Di cctv kelihatan jelas orang yang dorong Asahi badannya tinggi. Entah itu efek posisi cctv-nya atau emang orangnya yang tinggi," jelas Evan berapi-api, tak sabar menemukan pelakunya.
Aksa menyandarkan punggungnya ke dinding. "Galaksi mungkin tau sesuatu."
"Gue gak bunuh Kak Asahi! Kenapa kalian gak curiga sama Kak Acio? Dia lari di jalan bawa kantong kresek besar, gak tau isinya apaan."
"Malah ngelempar tuduhan, bagus banget," ucap Nares tak terima adiknya dituduh.
"Gue sih curiga ke Tama," sahut Bara melirik arah kirinya. "Dia yang pertama nemuin mayat Kak Asa, mungkin aja dia akting."
"Gak mungkin Tama," sangkal Yetfa tak setuju.
"Belain komplotannya tuh." Tunjuk Evan menggunakan dagunya.
Galaksi berdecak. "Ck, yang harus di curigain tuh si Acio ini! Dia yang buat naskah, dia yang punya ide, siapa tau dia terinspirasi untuk bunuh kita sesuai Film!"
"Kalau ngomong dijaga! Acio gak bunuh Asahi maupun Gendra!" Bentak Nares tersulut emosi.
"Kalian berdua 'kan kakak adik, lo pasti ngelindungin adik lo supaya gak masuk penjara 'kan?" Sarkas Genta bersedekap dada.
"Gue gak keluar rumah tadi malam, asal kalian tau." Akhirnya Acio berbicara. "Gue dikamar, belajar biologi. Kak Nares gak bohong, gue gak bunuh siapapun."
"Iya sekarang, gak tau nanti," cibir Bara sinis.
"Kalian tenang, gak ada bukti kalau pelakunya Acio, Tama maupun Galaksi," lerai Yoshi, memang dirinya yang paling tenang disini. "Kita cari pelan-pelan, kalau marah-marah begini gak akan ketemu."
"Cih, keburu mati," decih Evan tanpa sadar.
"Wow, keceplosan atau gimana tuh?" Sindir Aksa disertai seringaian misteriusnya.
"Kita gak tau jumlah pelaku alias impostornya ada berapa, seharusnya kalian hati-hati. Kalau kalian jadi target selanjutnya bakal susah lepas karena kemungkinan pelakunya lebih dari satu," tukas Yetfa serius.
"Yetfa bener... pelakunya lebih dari satu," sahut Mashiho dari ayunan dekat pos ronda. "Kenapa? Kematian Kak Gendra ada di tol, otomatis dia gak sendiri. Pasti ada orang yang jaga dan nungguin dia sebelum pergi."
"Terus Asahi?"
"Gue yakin yang bunuh Asahi cuma satu orang,"
Tama memicingkan matanya. "Kenapa lo bisa berpikir begitu? Lo tau sesuatu, Kak?"
"Sebenernya, gue tau ada yang gelisah disini," jawab Mashiho jujur.
Sontak saja mereka saling pandang. Siapa yang dimaksud Mashiho? Semuanya terlihat biasa saja, hanya Nares yang marah pada Galaksi akibat menuduh adiknya sembarangan.
"Kayaknya Kak Nares salah satunya deh," duga Galaksi, menantang sekali kamu. "Di rumah Kak Asahi tadi, dia kesel dan bilang `mulut lo minta dirobek ya?' Bukannya itu kelepasan ngomong?"
"Tadi lo bilang mau kasih pelajaran ke Acio," sambung Genta ikut curiga pada Nares.
"Dan kemarin lo mau gue makan snack di mobil, beneran ada racunnya ya?" Timpal Bara.
"Yah, kalian lupa ya? Gue lagi magang di kantor polisi, kalau gue lulus gue bakal jadi detektif. Mana mungkin gue jadi pembunuh," balas Nares tertawa remeh.
"Bisa aja lo magang di sana untuk nutupin apa yang lo lakuin," balas Bara.
"Lo itu akting, Bara," ucap Acio menunjuk. "Lo tau sesuatu, lo ngerencanain sesuatu, dan lo punya niat buat bunuh orang lain."
"Gak usah nuduh!"
"Di mobil kemarin, lo chatan sama orang. Tapi di sela chatan lo itu, lo lirik-lirik gue dan Kak Ajun."
Evan menggebrak meja pos ronda. "Lo chatan sama Yetfa 'kan! Berarti memang lo dan Yetfa pelakunya!"
"Jangan gitu, Rei," celetuk Nares penuh makna. "Awas mati, siapa tau pelakunya marah karena lo kompor."
"Gue manusia, bego! Bukan kompor!"
"Kak Asahi sempet bilang ke gue," sela Tama memberanikan diri. "Tadi malem, Kak Asahi bilang orang yang bunuh Kak Gendra itu gampang ketebak."
"Tam," panggil Genta, mendadak tersenyum, tak lagi emosi seperti sebelumnya. "Mending lo diem deh, daripada mati?"
Sadar ada yang tidak beres, Tama balas tersenyum. "Kak Gen mau bunuh gue? Bunuh sini, berani gak?" Tantangnya tak takut sedikitpun.
"Bangsat."
"Marah nih?" Mashiho mengangkat alisnya. "Kalau lo gak merasa jangan kepancing dong, kayak ikan aja lo."
"Stop! Gue mau tanya sekali lagi, orang yang bunuh Gendra dan Asahi sama atau beda?" Seru Aksa pusing sendiri.
"Iya, beda," jawab Mashiho bersungguh-sungguh.
Dalam hati, Nares tertawa. "[Haha, emang beda. Kaliannya aja yang gak sadar. Padahal, kalau kalian teliti kayak Asahi, pasti kalian tau siapa pelakunya.]"
Acio menatap sang kakak, kemudian menganggukkan kepala. Dia tahu apa yang dipikirkan Nares. Ah, seharusnya dia belajar akting lebih giat lagi, dengan begitu 'kan tidak ada yang mencurigainya.
"Oh ya, Kak Yoshi." Tama tiba-tiba memanggil.
"Apa, Tam?"
"Sebelumnya maaf kalau pertanyaan gue menyinggung perasaan lo. Eum... lo punya kepribadian ganda?"
Napas Yoshi tercekat, menggeleng panik. "G-gak punya!"
"Kok ngegas?" Yetfa jadi curiga.
"Duh, kalian ini kenapa jadi saling curiga gini. Pelakunya pasti bukan diantara kita!"
"Kak Yoshi, sikap lo aneh... lo kenapa?"
"Ada psikopat diantara kita, seharusnya kalian sadar!" Seru Yoshi semakin panik.
"Tadi lo bilang pelakunya bukan diantara kita..." Kata Aksa menyipitkan matanya.
Tak tahu harus mengatakan apa, Yoshi hanya bisa menggeleng sambil bergumam. Tunggu dulu, jangan bilang...
"Panick attack," ucap Nares tiba-tiba. "Kalau lo baru ngalamin sekali alias hari ini, lo kena panick attack. Tapi, kalau lo udah ngalamin berulang kali, lo mengidap gangguan panik."
"Tunggu, fix pelakunya Kak Yoshi!" Seru Galaksi berdiri dari duduknya. "Gue baru inget satu hal. Hari itu, lo sama Kak Gendra 'kan ke Bandung untuk ngunjungin neneknya Kak Gendra. Tapi, malamnya dia kecelakaan. Dan lo bilang lo gak jadi ikut. Itu cuma alibi 'kan?!"
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
"Hahahaha!" Tawa Yoshi meledak, mereka heran, Yoshi kenapa?
"Galaksi kenapa sih, Yoshi beneran gak jadi ikut tau," lanjutnya menahan tawa.
"Nah 'kan gila!"
[Plak]
"Lama-lama gue cabein mulut lo," ancam Mashiho tak main-main.
Yetfa bergidik penuh keheranan. "Kak Yoshi, lo gak apa-apa 'kan?"
"Yoshi-nya gak apa-apa kok. Gue kasih tau ya, Yoshi itu gak ikut Gendra, tapi gue."
"Hah?"
"Gak asik," sungut Yoshi, ah bukan, bukan Yoshi. "Kalian belum kenal gue ya?"
"Kayaknya emang gila..."
"GUE GAK GILA!"
Galaksi terperanjat, hampir terjungkal. Lagian sih teriak tiba-tiba, kenapa tidak bilang dulu coba? Ya kali.
"Tenang Yosh, pelan-pelan ngomongnya," bujuk Evan jadi takut karena Yoshi berubah seram.
"Okey!" Yoshi berubah ceria. "Gue Aarav, salam kenal ya! Oh ya, jangan marah ke Yoshi, biarin aja dia 'tidur'. Kasian dia panik begitu..."