webnovel

36

Wiy;

Assalamu'alikum hubbi...

Kamu sedang apa? Sudah sarapan?

Surelmu sudah aku baca hubbi. Bukan main senangnya aku! Akhirnya bunga cintaku yang dulu pernah kurawat tumbuh rimbun, lalu dilanda musim dingin hingga akhirnya tinggal batang dan cabang, daunnya jatuh berguguran. Dan alhamdulillah kini tunasnya tumbuh pesat nan rindang, bahkan jadi rimbun dalam hitungan sehari. Sungguh luar biasa kekuatan cinta yang kurasakan darimu setelah kamu memaafkanku hubbi. Itulah pentingnya memaafkan orang lain, apalagi memaafkan orang yang pernah dicintai. Sekali lagi terima kasih hubbi.

Oh ya hubbi, aku pagi ini masak telur mata sapi loh, tapi tidak ada yang mau makan. Adikmu yang laki-laki tidak mau, yang perempuan apalagi, ayah dan ibumu juga tidak mau, ya sudah aku makan sendiri telur mata sapi buatanku. Masih ada empat lagi ini hubbi. Kamu tidak mau pulang dan makan masakanku hubbi? Anggota rumah semuanya pergi ke sekolah. Aku tinggal sendiri di sini.

Tha;

Wa'alaikumsalam, Habibati...

Aku sedang bernapas dan menulis surel untukmu. Alhamdulillah aku sudah sarapan. Aku sedang duduk di ruang tamu. Aku minum kopi terenak yang pernah aku rasakan seumur hidupku. Ternyata ayahmu pandai mengolah bubuk kopi jadi enak. Tadi ayah dan ibu ada di rumah, sekarang beliau mau ke pekan belanja perlengkapan dapur.

Ayah dan ibumu terlihat akur dan romantis, kulihat ayahmu mau menemani ibumu ke pasar. Beda dengan ayahku, jangan harap mau menemani! Paling hanya mengantarkan sampai pasar saja kemudian ia balik. Kulihat ayahmu pandai berkata manis, dan ibumu penyuka kata-katanya. Humm pantesan saja kamu bijak sekali merayuku ya habibati? Pandai menyembuhkan sakit hatiku. Bakat ayah turun ke kamu.

Soal telur mata sapi buatanmu itu, habiskan saja habibati. Aku tidak pulang hari ini. Aku mau jadi anak ibumu saja. Kalau kamu betah, terserahmu kalau mau lama tinggal di rumahku, di kamarku. Tapi jangan seperti kandang ayam nanti jadinya, oke?

Love you habibati.

Wiy;

Oh, ayah dan ibu ke pasar ya? Hum ayah memang begitu, sejauh ini umurku belum pernah kulihat mereka marahan di depanku, apalagi marah padaku. Mungkin karena aku anak tunggal, sehingga rasa sayang tumbuh di antara keluarga kami. Ayah tidak pernah kulihat marahan pada ibu pun sebaliknya. Tetapi tidak tahu kalau di belakangku.

Soal belanja ke pasar biasanya aku yang nemani ibu, tetapi karena aku tidak ada di rumah makanya ibu ngajak ayah hubbi. Kamu harus seperti ayahku loh, makanya mumpung kamu di rumahku, pehatikanlah baik-baik, pelajari baik-baik sama ayahku.

Adapun kopi, kami memang punya kebun kopi sendiri. Itu kopi hasil kebun kami hubbi. Ibu dan ayah yang mengolahnya. Tetapi itu untuk setiap ada acara rapat kampung Sepakat yang seminggu sekali hubbi. Harga jualnya lebih murah dibanding harga jual di toko-toko kopi lainnya. Makanya selalu habis. Selain enak harganya juga murah.

Kenapa kamu tidak pulang hubbi? Yah berarti kamu juga tidak mau ya makan telur mata sapi buatanku? Ya sudah kalau begitu.

Oh ya hubbi, soal kamarmu, kamu mau tahu? Sepertinya di dalam kamarmu ini ada hantunya. Masa iya aku tidur di atas kasur, bangun pagi udah di atas lantai. Tapi masih rapi kok hubbi, usah khawatir. Aku sudah membaca satu novel yang belum pernah aku baca. Buku di kamarku itu semuanya sudah aku baca, makanya aku bosan juga di kamarku sebab aku tidak punya bacaan baru hubbi. Okr, makasih hubbi.

Tha;

Duh! Masa ia bisa jatuh ke lantai? Hahaha, tidur macam apa itu? Ya benar habibati, di dalam kamarku memang sedang ada hantunya. Tapi kamu tidak perlu takut, karena...

Wiy;

Hah?! Beneran ada hantu? Serius hubbi? Karena apa??? Cepatan jawab, aku lagi sendiri di rumahmu. Aku takut!!

Tha;

Ya tidak perlu takut, karena kamulah hantunya!

Wiy;

Hahahha. Masa iya cantik dan imut sepertiku hantu? Kamu jahat hubbi. Oh ya aku mau pulang nih sekarang, tapi tidak sopan jika pergi tanpa pamit. Gimana dong hubbi?

Tha;

Ya jangan pulang dulu. Tunggu ayah dan ibu pulang dari mengajar. Kamu bersih-bersih dong habibati. Buat ibuku terkesan, jangan malas-malasan.

Wiy;

Tidak ada yang perlu dibersihin, semuanya sudah bersih dan rapi hubbi.

Tha;

Masa iya habibati? Yang benar?

Wiy;

Ya hubbi. Rumah ini rumah paling bersih dan paling rapi sedunia! Hehehe. Oh ya hubbi, kapan kita menikah? Kamu semakin kukejar malah makin menjauh, saat aku sudah lelah dan berhenti kamu datang menghampiri namun tidak pada waktu yang tepat. Heran juga sama calon suamiku yang satu ini!

Tha;

Hah? Yang satu ini? Yang keduanya siapa dong habibati?

Wiy;

Maksudku, kamu yang satu-satunya! Tiada kedua apalagi seterusnya! Hanya dirimulah seorang hubbi!

Tha;

Hampir saja aku lari dari rumah ini! Pergi jauh dan pulang ke tempat kerjaku!

Wiy;

Humm kamu mudah merajuk ya hubbi? Aku paling bisa loh menghadapi orang merajuk. Aku mau pulang sore ini, jangan pulang dulu dari rumahku hubbi. Aku ingin bertemu dengan kekasihku yang satu ini. Aku rindu melihat wajahmu tersenyum, mengalahkan manisnya madu. Jangan hilang lagi ya hubbi? Nanti sore aku pulang. Oke-oke-oke? Sampai jumpa hubbi.

Aku tidak buka gawaiku lagi hubbi, aku lupa bawa charger. Charger di rumahmu tidak ada yang cocok. Baterainya tinggal satu persen. Oke, assalamu'alaikum, see you.

***