webnovel

34

Wiy:

Terima kasih telah membaca dan membalas surelku, Tha.

Oh ya, Tha, aku telah menukarkan kembali kemeja biru dongkermu yang kamu berikan ke seorang pengusaha bengkel di kampung Sepakat. Kamu tahu kenapa, Tha? Sebab kemeja itu adalah pemberianku dan kamu telah menyukainya. Beliau bukan gelandangan, Tha, beliau adalah tukang tambal ban yang sukses, sudah punya mobil lebih dari lima dan juga punya toko di mana-mana.

Kenapa beliau masih mau jadi penambal ban? Karena dari situlah rezeki beliau bermula. Itu adalah profesi dan hobi beliau, tidak mau move on dari hobi lamanya. Beliau masih mencintai pekerjaannya sendiri. Kamu tahu, Tha? Beliau adalah bos sebenarnya, duitnya banyak. Beliau maklum padamu sebab kamu bukan penduduk kampung Sepakat, kamu tidak mengenal beliau.

Tha, kemeja birunya sudah aku cuci kemarin itu, sudah aku setrika, kuberi wangian dan sekarang aku bawa ke rumahmu, malah sudah aku masukan ke dalam lemarimu. Kuletakkan di atas lipatan yang paling atas agar di saat kamu membuka lemarimu kamu mau memakainya.

Kamarmu seperti kamar perempuan, Tha, rapi sekali! Tadinya aku ingin bersih-bersih, rapi-rapi, tapi tidak dibolehkan ibumu, eh ibuku juga. Dengan alasan kata beliau gadis cantik tidak boleh bersih-bersih, nanti kalau sudah jadi istrimu barulah boleh kata beliau, Tha. Aku sudah meraba semua sudut kamarmu, Tha, rak-rak bukumu aku periksa satu-satu. Ingin aku membaca buku harianmu, tetapi tidak aku temukan, yang ada buku harian lama. Yang baru kamu bawa ya, Tha? Sudahkah kamu tuliskan di dalamnya namaku? Perempuan yang menyakitimu, Tha?

Oh ya, Tha, menurut ibumu kamu ke kota terus ke rumah temanmu, lalu pagi-pagi pulang ke rumah. Kalau pulang besok pagi, bawakan aku oleh-oleh dari kota ya, Tha? Humm, aku mesan apa yah? Owh iya belikan aku buah salak. Aku mau salak.

Kenapa saat ini aku ingin makan buah salak, Tha? Karena aku sedang mencintaimu, Tha. Seperti yang kamu lihat, Tha, buah salak itu kulitnya cokelat, hitam kemerahan, itu tanda amarah yang lagi gejolak. Aku ingin mengupas kulitnya tanda aku ingin menghilangkan amarahmu. Lalu isinya warna putih, setelah amarahmu sirna, timbullah manis berwarna putih, setelah hujan reda awan pun cerah. Putih itu tanda bahagia, Tha, tanda berdamai, aku ingin kita makan buah salak bersama, kita telan bersama kemanisan dan kedamaian.

Adapun isi salak yang warna merah jambu, itu adalah salak yang blash on, Tha. Salak yang sedang bahagia, hingga pipinya merah merona. Di lain waktu kita juga makan bersama salak seperti itu.

sKemudian terakhir di dalamnya ada biji salak yang juga berwarna cokelat dan keras. Itu adalah ibarat hatimu. Jangan dimakan, sisakanlah untuk kehidupan yang baru. Biarkan ia jadi bibit dan berbuah untuk generasi selanjutnya. Pun juga sisakanlah hatimu untukku, jangan kamu letupkan semua amarahmu, sebab nanti hatimu makin keras hingga dapat memadamkan semua cahayanya. Sisakanlah kebaikan, terangilah kembali agar kita bisa bersama hingga punya keturunan untuk kehidupan masa mendatang. Maaf jika ini terksean ngawur ya, Tha. Hehehe.

Tha, tadi ibumu tanya, kenapa kita selalu berkomunikasi lewat surel? Sekarang kan sudah ada banyak sosial media; ada BBM; ada WhatsApp; ada Messenger; ada Line; ada Instagram; ada Twitter dan lain sebagainya. Akhirnya kujelaskan pada ibumu, eh maksudku ibu kita; Ibuk, kami sengaja menggunakan email. Kami sudah membiasakannya sejak awal kami saling kenal. Karena surel itu adalah ibarat surat yang datang dari kantor pos, yang kerap sekali membawa kabar bahagia. Pada umumnya orang dulu sangat bahagia sekali saat pak pos datang menghampiri rumah mereka, karena biasanya ia membawakan berita bahagia dari orang yang jauh, orang yang disayang dan orang yang dirindukan. Surel pun demikian, Ibuk, kami menganggap surel itu diantarkan pak pos meskipun tidak sebenarnya. Karena kami berjauhan, Ibuk, karena kami saling merindukan satu sama lain. Surel hanyalah digunakan orang-orang penting. Siapa yang mengirim lewat surel adalah orang penting, membicarakan hal penting. Bila ada pesan masuk ke handphone lewat sosial media seperti WhatsApp, BBM, Instagram dan lain-lain, tidak segera aku buka, Ibuk. Namun jika ada pesan masuk via surel, segera aku buka sebab itu adalah dari orang penting, dari orang yang aku sayang, dari orang jauh dan dari orang yang aku rindukan. Siapa lagi kalau bukan calon suamiku Tha. Ibuk, adapun alasan lain dari Tha, katanya karena ia bekerja sebagai editor, pengedit naskah yang layak terbit, jadi satu hari penuh Tha ontime membuka surel sebab banyak pesan masuk, Ibuk. Maka dari itu ia ingin aku mengiriminya pesan lewat surel saja. Tha jarang sekali membuka sosial media yang lain, Ibuk. Jujur aku pribadi sekarang lebih senang ketika dapat pesan masuk via surel dibandingkan via WhatsApp maupun lainnya. Surel itu surat elektronik yang unik dan terasa romantis, Ibuk. Surel adalah pengganti surat yang dikirim lewat kantor pos, Ibuk.

Begitu aku jelaskan pada ibumu, Tha, kulihat beliau geleng-geleng padaku, pada kita, Tha. Dan kamu tahu apa komentar ibu kita, Tha?: halah dasar anak zaman sekarang! Banyak sekali keanehan kalian!

Baiklah, Tha, sampai jumpa besok pagi. Bila nanti kamu pulang, silakan tidur di ruang tamu. Pintu kamarmu aku kunci dari dalam. Kuharap kamu jangan marah, karena kamu sendiri tahu bahwa aku belum jadi istrimu. Jangan lupa pulang ya, Tha pagi-paginya, nanti aku masak telur dadar dan telur mata sapi. Katamu kamu ingin merasakan masakanku? Okelah kalau begitu, i love you, i miss you, i heart you, see you calon suamiku.

Oh ya, Tha, aku mencintai dan menyanyangimu, aku merindukanmu. Lebih enak mengatakannya pakai bahasa indonesia, Tha. Hehehe.

***