webnovel

17

Tha;

Habibti, sampai hari ini surelku belum kamu belas. Oke tidak mengapa. Aku akan terus mengirimimu surel sampai nanti aku tiba di depan rumahmu, sampai kamu mau membalas surelku.

Habibati, insyaAllah besok aku dan keluargaku datang. Kami datang empat orang. Bukankah angka empat itu angka yang genap habibti? Aku sudah menyiapkan dua cincin, bukankah angka dua bilangan yang genap habibti? Kami akan datang pada pukul empat sore esok hari habibti. Kenapa tidak pukul lima? Kamu tahu sendiri kampung Segenap tidak suka angka yang berbau ganjil. Aku harap dua hati kita, hatiku dan hatimu jadi genap. Sudahkah kamu genapkan kembali hati kita habibti? Sepertinya sudah ya? Kuyakin saat ini kamu sedang gugup sekali karena sebentar lagi aku sampai di kampung Sepakat.

Sudahkah kamu undang seluruh isi kampung Sepakat untuk menyaksikan atas kita yang akan bertunangan hari ini habibati? Sudahkah kalian berkumpul di sana? Aku dan keluargaku sedang di jalan, dua puluh menit lagi kami sampai. Sebenarnya dua puluh satu menit lagi, tetapi aku sengaja menyebut dua puluh saja agar ciri khas kampung Segenap tidak hilang dari adat dan budayanya.

Habibati, semakin dekat menuju rumahmu aku semakin senang sayangku. Bukan hanya dirimu yang gugup, aku pun sama seperti yang kamu rasakan saat ini. Keringat dinginku bertimbulan, untung saja aku memakai kaus, kalau tidak kemeja biru pemberianmu ini akan basah kuyup. Kan tidak indah saat melamarmu aku terlihat keringatan, lagipula aku tidak ingin segera membanjiri kemeja pemberianmu ini dengan keringat gugupku habibati, jujur aku nervouse sekali! Udah dulu ya cintaku, sampai ketemu di rumahmu. Tidak lama lagi kok, sabar ya menungguku? Masa iya tidak sabar? Selama ini kamu sudah cukup lama menunggu dan kamu sanggup, masa iya dua puluh menit menungguku tidak mampu? Sampai jumpa sebentar lagi habibati, i love you.

***