webnovel

COMMOTION AMONG CRIMSONMANES

Seluruh keluarga Crimsonmane yang mendengar kabar ini mungkin akan menjilat ludah mereka sendiri.

Selama ini mereka berpikir bahwa merekalah yang terdepan, mendapatkan intelijen super rahasia mengenai keberadaan Sempena Ilahi melalui buku coret-coret karya seorang kerabat yang bahkan sebagian menganggapnya tidak waras. Berpikir bahwa mereka akan kembali berjaya mengambil alih pemerintahan, tahu-tahunya hal ini sudah menjadi prioritas penyelidikan oleh Kekaisaran Adidaya Roma. Lebih mencengangkan lagi ketika ahli seni mistis Ninshu negeri Kagatse pada ufuk timur, dan seorang necromancer dari Benua Iblis sudah melancarkan invansi demi merebut kekuatan paling keramat dalam jagat sihir.

Jika mengetahui bahwa orang lain sudah tahu akan keberadaan Arcane murni di luar Roma, satu fakta inilah yang mungkin membuat satu keluarga 𝘒𝘶𝘥𝘢 𝘈𝘱𝘪 benar-benar kebakaran jenggot (Jika saja kuda punya jenggot): Arcane murni malah memilih seseorang terasing di antara mereka, yang mereka kutuk, yang mereka anggap sebagai anak haram, aib dan noda dari keturunan murni penyihir Crimsonmane, dan seseorang tersebut bernama Alicia Crimsonmane.

Padahal satu-satunya Crimsonmane tanpa sihir dalam sejarah. Ibunya mungkin saja melakukan hubungan gelap sampai lahirnya anak ini. Tapi kenapa sang haram jadah ini yang ditunjuk Kesunyian Ilahi? Apakah 𝘬𝘶𝘥𝘢 𝘳𝘢𝘴 𝘮𝘶𝘳𝘯𝘪 milik-Nya sendiri sudah tidak Ia minati?

Ruangan pertemuan villa Alasdair penuh dengan kebisingan. Air ludah saling bertabrakan satu sama lain. Mereka bahkan tidak dipaksa untuk datang, tapi para penyihir kuda merah yang tersebar di seluruh kerajaan Camelot langsung menyerbu kediaman patriark, beberapa hari sejak rapat terakhir mereka. Mereka meminta petuah dari sang patriark Alasdair, akan tetapi Alasdair saja tidak tahu jalan pikiran Ilahi yang mistis nan diam sepanjang waktu.

"Bisakah kalian diam sebentar?" pekik Alasdair menggaung di ruangan pertemuan. "Kalian mau menanyakan tanggapanku? Akupun tidak tahu! Aku tidak mengerti! Mengapa anak seperti Alicia bisa dipilih oleh Arcane murni."

"Jangan-jangan Donar dan Leith berhasil mendapatkan Arcane tersebut namun mereka diam-diam membelot kepada kita, memberikan kekuatan tersebut kepada putrinya, karena masih menyimpan dendam dengan seluruh keluarga!" tebak Ulysses.

Penelope menentang tuduhan Ulysses. "Bah, kau terlalu banyak mengisi otakmu dengan teori konspirasi! Padahal kau sendiri yang meragukan tulisan Ailsa, sekarang kau malah mengada-mengada tentang keluarga mereka! Kekuatan Arcane itu bukan barang yang bisa diberi!"

"Kau mengasumsikan bocah yang tak berdarah murni itu dipilih oleh Kesunyian Ilahi untuk memegang substansi sihir paling murni? Sejak kapan kau begitu bersimpati kepada Alicia dan keluarganya? Jangan bercanda!"

"Sejak patriark memutuskan untuk menjalin kembali hubungan dengan mereka! Sekarang bukan masalah lagi jika dia berdarah murni atau tidak. Itu bahkan belum terbukti sama sekali! Itu hanyalah gosip hasil bualan istrimu yang mulutnya tidak bisa diatur!"

Ulysses meledak, ia mulai mengeluarkan tongkatnya. "Kau berani mengata-ngatai istriku?"

"Penelope! Ulysses!" Alasdair menyebut nama mereka lantang mengisyaratkan agar jangan membuat keributan di villa-nya yang sudah sumpek.

Wanita Crimsonmane tersebut lalu beralih kepada Alasdair. "Ayahanda, kita tidak seharusnya gundah akan hal ini. Lihat sisi baiknya. Arcane murni tetap dipegang oleh seorang Crimsonmane."

"Seorang Crimsonmane yang mungkin memiliki dendam kesumat kepada kita, yang mungkin ingin menggulingkan keluarganya sendiri," respon sang patriark

"Tanpa bermaksud menyinggung, tampaknya itu pikiran yang berlebihan, Ayahanda. Jika Alicia bisa mengendalikan Arcane murni, bukankah artinya sekarang dia adalah penyihir sama seperti kita?" Penelope memandang sekelilingnya. Muka para Crimsonmane masih datar sedatar ubin lantai marmer. "Ayahanda tidak perlu dilema akan hukum darah murni lagi. Mungkin sudah saatnya kita berhenti bersikap dingin kepadanya dan mulai menyambutnya kembali layaknya keluarga."

Alasdair merenung sejenak.

"Kita bisa dengan perlahan meyakinkan Alicia untuk bergabung membantu perjuangan kita, buat dia merasa bagian dari Crimsonmane lagi. Tidak ada gunanya mengasingkan perempuan mungil itu," lanjut Penelope kembali.

Sebelum Alasdair sempat membuka mulutnya, sesosok pria dengan tongkat tiba-tiba muncul dari pintu masuk. Lantas semua orang pun ikut teralihkan dengan suara tapak kaki dan ketukan tongkat orang itu. Mereka melihat Donar berjalan memasuki ruangan musyawarah sedikit pincang, lengkap dengan beberapa stiker luka di dahinya.

"Donar!" Alasdair terlihat tidak percaya dengan penampilannya. "Demi Kesunyian Ilahi, apa yang baru saja menimpamu?"

"Maafkan aku karena berpenampilan tidak pantas, Ayahanda, aku tidak akan lama," jawab Donar, "Aku bersama dua Crimsonmane yang lain baru saja terlibat perkelahian dengan seorang necromancer, dan saraf motorikku masih dalam tahap pemulihan akibat perkelahian tersebut."

"Kau, ikut bertarung melawan necromancer? Dan dua lainnya, jangan bilang yang kau maksud adalah anak-anakmu!"

"Kurasa di ruangan ini tidak ada yang berpatisipasi selain aku, maka ya, anak-anakku terlibat dalam pertempuran tersebut. Itupun karena terpaksa, sebenarnya." Pernyataannya seolah menyinggung absennya kaum penyihir elit di pertempuran itu.

"Ngomong-ngomong terkait anak-anakku," lanjut Donar lagi, "Kalian tentu telah mendengar kabar terbaru mengenai sumber Arcane murni di Caledonia. Karena aku diberikan mandat oleh Ayahanda, ada baiknya jika aku meluruskan kepada kalian apa yang terjadi secara langsung."

"Sungguh kebetulan. Kami semua cukup prihatin dengan kabar burung itu. Jadi, apa yang ingin engkau 'luruskan?'"

"Aku mendengar desas-desus bahwa aku dan Leith sengaja memberikan Arcane murni kepada Alicia tanpa seizin Ayahanda," tutur Donar, "Tapi percayalah, sebelum kita bahkan membahas jurnal milik Ailsa, putriku sudah menemukan sumber kekuatan tersebut, dan berhasil memurnikan seorang pecandu partikel Protos."

Donar mengambil salah satu kursi yang kosong. Ia melanjutkan pembicaraannya dengan tenang. Tak ada seraut pun dari wajahnya untuk menunjukkan keengganannya melaporkan ini. "Ia sudah menetralisir total dua orang di Trinketshore. Aku tidak tahu apa-apa tentang itu sampai Leith kembali dari Trinketshore hanya untuk memberitahuku bahwa Alicia hampir diculik oleh seorang shinobi, kemudian ditawan oleh penyidik dari Kekaisaran Abadi untuk diadili. Perjalanan yang cukup menegangkan untuk seorang yang pertama kali memasuki dunia sihir, kalian tahu?"

"Dia diadili oleh pengadilan sihir, kenapa dia masih bisa bebas bertarung dengan Magisterium?"

"Magisterium hampir saja menyita bola Arcane dari genggamannya, Ayahanda," balas Donar, "Sayangnya seorang necromancer menyusupi ruangan pengadilan. Dan ia tidak hanya menginginkan bola Arcane, dia ingin membunuh Alicia dan menjadikannya pion pengguna Arcane. Grand Magus Haddock memberikan kesempatan kepada putriku untuk menggunakan kekuatan Arcane-nya karena baik sang necromancer dan Grand Magus melihat sesuatu di dalam dirinya, yang aku pun sampai sekarang belum bisa melihatnya."

Kongregasi Crimsonmae masih diam seribu satu bahasa. Mungkin Donar tak dapat melihat dari jauh, tapi tergeraklah hati di dalam diri Alasdair. Dibalik mata tua renta yang lelah, ia seolah melihat masa dirinya bermain dengan cucu perempuannya saat masih sangat belia. "Ailsa. Kau dan anak-anakmu memang sama saja. Benar-benar anomali," gumamnya. Maka berkatalah lagi sang patriark kepada Donar.

"Bagaimana keadaan kedua cucuku sekarang?"

"Mereka– tunggu dulu," sahut si Donar, "Apakah aku tidak salah dengar, Ayahanda mengatakan 'kedua cucuku?'"

"Jawab saja pertanyaanku, Donar."

Sebuah gestur yang tidak biasa dari sang patriark. Donar mengobservasi gerak-gerik Alasdair sebelum ia menjawab pertanyaannya.

"Leith sudah membaik. Alicia … dia masih belum sadarkan diri sampai sekarang. Penyesuaian dengan kemampuannya, kata tabib, yang mana adalah normal. Selebihnya mereka berdua baik-baik saja."

"Begitu." Alasdair merenung lagi. "Pasti berat harus bertarung melawan semua mayat hidup itu."

"Dia membagikan kekuatan Arcane ke seluruh penyihir dan pelindung sipil. Ia memurnikan tiga totem penyobek dimensi dan sang necromancer sendiri. Ia bertahan sampai saat ini adalah sesuatu yang tidak kuduga."

"Kau yakin kau tidak mengada-ngada, kan, Donar?" Ulysses dari kejauhan berteriak kepadanya.

"Aku pun berharap aku tidak mengada-ngada. Bahkan Bartholomew Strongbark yang terkenal sangat susah memberikan pujian menyiratkan perasaan terkesan kepadanya. Kau tanya saja dia sendiri."

Para Crimsonmane mulai bertanya satu sama lain. Selama ini bisa saja mereka salah. Atau Alicia hanya beruntung saat itu. Namun baru memegang sempena Ilahi beberapa hari kemudian mengalahkan seorang necromancer? Itu antara sang necromancer adalah bocah labil murid taman kanak-kanak yang kebetulan membaca sembarangan buku untuk memanggil demit, atau itu memang adalah pencapaian yang cemerlang, melambangkan kodrat penyihir elit klan Crimsonmane yang memang berbakat.

Tiba-tiba air wajah Alasdair menjadi berseri. "Donar, jika putrimu sudah pulih, ajaklah ia kesini. Aku akan mengadakan jamuan besar untuknya!"

"Itu sangat tidak biasa, Ayahanda!"

"Oh ayolah, Donar. Dia menyelamatkan kota Eidyn dari invansi mayat hidup. Seperti yang diharapkan dari penyihir Crimsonmane. Salahkah aku mengadakan perayaan untuk pencapaiannya?"

𝘗𝘦𝘯𝘺𝘪𝘩𝘪𝘳 𝘊𝘳𝘪𝘮𝘴𝘰𝘯𝘮𝘢𝘯𝘦. Alasdair dengan enteng mengatakannya dan lainnya hanya mengiyakan seolah tidak ada apa-apa diantara mereka sama sekali. Bahkan orang yang diplomatis seperti Donar juga terpancing untuk mengkonfrontasi satu kaumnya dengan perkataan, 𝘒𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘢𝘸𝘢𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘬𝘢𝘱 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢, 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯. 𝘉𝘦𝘥𝘦𝘣𝘢𝘩 𝘮𝘶𝘯𝘢𝘧𝘪𝘬! 𝘒𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘫𝘢𝘩𝘢𝘯𝘢𝘮! 𝘒𝘶𝘬𝘶𝘵𝘶𝘬 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘬𝘦 𝘭𝘶𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘳𝘵𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘮𝘢𝘺𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢 𝘊𝘩𝘳𝘰𝘯𝘰𝘴 𝘴𝘶𝘱𝘢𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘤𝘢𝘣𝘪𝘬-𝘤𝘢𝘣𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘪𝘴𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘱𝘳𝘪𝘮𝘰𝘳𝘥𝘪𝘢𝘭, 𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘥𝘪𝘳𝘪!

Tidak seperti kalian, sayangnya. Donar memegang penuh kendali atas emosinya. Tidak baik berasumsi macam-macam tanpa fakta. Itu bukan jalan Donar.

Donar beranjak dari kursinya. "Terima kasih atas undangannya. Aku harus kembali ke pekerjaan parlemen-ku, Ayahanda. Tentu saja aku akan mengirimkan pesan tersebut ke putriku. Mari kita berharap yang terbaik."

"Baiklah kalau begitu." Alasdair memperbolehkannya bubar. "Akan kutunggu kabar baiknya."

***

𝘖𝘳𝘣 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘩𝘬𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘢𝘭𝘢𝘴𝘢𝘯. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘵𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘢𝘯𝘵𝘢𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘨𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪.

𝘈𝘩, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, 𝘯𝘰𝘯𝘢. 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘶𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘮𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵? 𝘒𝘢𝘶, 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘴𝘵𝘪𝘮𝘦𝘸𝘢. 𝘒𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘰𝘭𝘢 𝘴𝘪𝘩𝘪𝘳 𝘪𝘵𝘶? 𝘒𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 ….

𝘋𝘰𝘯𝘢𝘳, 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘥𝘪𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘴𝘶𝘮𝘣𝘦𝘳 𝘴𝘦𝘮𝘱𝘦𝘯𝘢 𝘐𝘭𝘢𝘩𝘪. 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘭𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵?

𝘚𝘢𝘯𝘨 𝐴𝘯𝘢𝘬 𝑀𝘶𝘬𝘫𝘪𝘻𝘢𝘵 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘰𝘴𝘰𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢, 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘮𝘶, 𝘈𝘭𝘪𝘤𝘪𝘢 𝘊𝘳𝘪𝘮𝘴𝘰𝘯𝘮𝘢𝘯𝘦. 𝘒𝘶𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘴𝘢𝘭 𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪, 𝘣𝘰𝘤𝘢𝘩!

Alicia kerap mendapatkan bisikan-bisikan itu berulang-ulang sampai ia mendapati dirinya berada ditengah kehampaan hitam kelam. Ia berputar-putar, mencoba memahami sekitarnya, saat siluet raksasa berpijar penuh debu bintang muncul di hadapannya. Alicia sempat terkejut, namun saat dilihat dari dekat, siluet tersebut ternyata adalah dirinya sendiri menjadi mahluk kosmik dengan mata berpendar. Orb yang berada di tengahnya tiba-tiba terbagi menjadi empat bagian kemudian menyebar menurut arah mata angin.

Siluet Alicia menggerakkan tubuhnya dengan gestur tak biasa. Alicia mini tercengang, ia mengira Alicia raksasa sedang melakukan gerakan ritual ala ilmu mistis sorcery. Namun yang pasti, gerakannya rapi, memiliki ritme tarian yang teratur. Munculnya ribuan aliran dari keempat Orb yang terpisah meluncur bak bintang jatuh, menambah keajaiban pemandangan mimpi.

Akan tetapi, penglihatan indah itu harus berlangsung secara singkat, saat tiba-tiba ia merasakan suasana mencekam dan nyalinya menciut tanpa alasan yang jelas. Ia tidak tahu apa yang terjadi, namun ia mendengar pekikan mengerikan menusuk telinganya. Alicia tahu, sumber suaranya berasal dari belakang, maka berbaliklah ia lalu menengadah ke atas. Hamparan langit hitam itu menampilkan gumpalan awan mendung dengan cahaya ungu keruh sambil menggelegarkan guntur. Tiba-tiba sepasang mata raksasa timbul dari awan tersebut, memandangi Alicia mini dengan tatapan kakunya. Mata kirinya ungu menggertak sedangkan mata kanannya seputih selaput katarak. Entah bagaimana, Alicia merasa mengenali makhluk apa yang meliriknya dengan tatapan mengancam itu.

Alicia sedang memandangi Khaos, sang Oposisi Primordial, secara langsung.

Sang gadis perlahan mundur, ia ingin berteriak tapi dunia ini serasa tidak mengijinkannya mengeluarkan suara. Siluet Alicia raksasa dengan kekuatan Arcane murni raksasa berlari melewati dirinya menuju dua mata raksasa mengerikan. Baik Alicia raksasa dan sepasang mata itu mengumpulkan kekuatan kegelapan dan cahaya secara masif dan menembak satu sama lain.

Di saat energi Khaos dan Arcane bertemu, cahaya putih menyilaukan muncul dari celah-celah dunia yang retak.

Retakan semakin besar, semakin besar, dan semakin besar!

Dilihatnya dunia yang ia pijaki hancur ditelan pendaran menyilaukan. Sang gadis terjatuh menuju dimensi putih tak terbatas! []