PANIK, Dheva benar-benar panik saat melihat Clara tiba-tiba menghilang dan tak terlihat batang hidungnya sesaat, setelah Dheva membuka pesan teks dan berbalas pesan singkat kepada ibunda.
Hanya permen coklat milik Clara yang terlihat, tergelak mengenaskan dan ditinggal pergi pemiliknya.
Dheva berlari dengan kencang, menoleh kesana-kemari dengan mata liar, mengharapkan adanya atensi dari anakan kelinci liar yang tiba-tiba hilang tanpa jejak.
Peluh membasahi pelipis Dheva dengan kaki jenjang nya tak henti-hentinya berlari sembari sesekali meneriaki nama sang kekasih, mulai dilanda putus asa, ia segera bertanya ke beberapa penghuni kompleks C dan D yang terdekat dari lokasinya.
"hoshh.. hoshh, Bu ! liat Clara ga?" tanya Dheva.
Bu Ijah yang tengah menyiram tanaman seketika terperanjat akan Dheva yang tengah memanjat setengah pagar kediamannya, persetan soal tata Krama. Dheva benar-benar panik dan hampir tak bisa berfikir jernih.
"Astaga nak, kaget ibu. ngga, ibu ga liat nak Clara tadi, emang nya kenapa?"
Bu Ijah memegang dada yang berdetak dengan cepat. Dheva benar-benar biadab, memanjat pagar putih milik Bu Ijah dan bertanya dengan suara bass yang mengalun, benar-benar merusak pendengaran Bu Ijah yang tengah 'Me time'.
Beruntung Bu Ijah adalah orang yang sabar, ia hanya memegang dada dan terperanjat kecil, kemudian tersenyum hangat setelah Dheva berlalu dengan tergesa.
_______
Dheva masih belum menemukan atensi Clara, kenapa anak itu sangat susah di temukan?!, ia rasa, dengan badan nya yang kecil dan pendek, tak mungkin dapat berlari dengan kencang dan tiba-tiba menghilang?!
"Pak !! hoshh.. numpang hosh.. numpang nanya, emhh liat anak kecil pake Hoodie kelinci ga pak? putih gitu Hoodie nya, dia kepang dua, pake celana item, badan nya pendek, pipi nya tembem, pokoknya persis anak kecil lah !" Terang Dheva.
Ia bertanya sembari mengatur nafas yang tak karuan, keringat lagi-lagi mengalir hingga lehernya. Dheva membungkuk, memegangi lutut dan berusaha mengatur nafas. Ia bertanya dengan lengan yang sedari tadi menghapus lelehan keringat.
"Oh? iya iya, tadi saya liat nak. Kalo ga salah dia juga lagi makan sosis juga, trus dari tadi rada lompat-lompat kecil sambil samar-samar dia nyanyi. Lucu sih anak nya, hehe. Adek nya ya ?" Tanya bapak itu.
Dheva seketika mematung, dengan raut datar dan beberapa spekulasi memenuhi pikirannya. 'Apa setua itu?' Batinnya.
"Trus dia kemana pak?" Dheva kembali menyela dengan cepat tanpa memperdulikan pertanyaan pria tua didepannya yang mengambang.
"oh? disana, dia lewat sana. Kayak nya mau ke komplek B." Ujar nya kembali
Dheva segera mengangguk dengan cepat, "Terimakasih pak !" Teriak nya ketika atensi nya perlahan menjauh beberapa meter dari pria tua itu.
______
Lagi-lagi Dheva kembali berlari, kali ini mata liar nya menatap awas ke arah komplek B yang ia injaki, bukan apa-apa. Tapi, komplek ini terkenal karena banyaknya anjing yang menjaga beberapa rumah di sekitar sini.
Dheva seketika bergidik ngeri, ia melangkah dengan pelan. Komplek B benar-benar sepi, seperti tak ada satu makhluk pun yang menghuni.
Dengan meneguk ludah susah payah, ia berjalan dengan tenang. Sembari memeluk tubuh kaku, ia menatap sekitar dengan pandangan ngeri.
'Bodo amatlah, trobos ajala !' batinnya.
Dheva kemudian bergegas pergi dengan cepat, kali ini ia sedikit berlari kecil sembari melihat kesana-kemari, jikalau saja mata elang nya mendapat atensi kelinci kecil miliknya yang liar.
Dheva sedikit berhenti pada persimpangan didepan, ia mengambil nafas dengan teratur, berkacak pinggang dan mulai meregangkan beberapa otot yang terasa kaku karena berlari.
Setelah meregangkan otot, ia kembali berjalan. Kali ini sekitar 5 rumah elit dan besar menghiasi jalanan yang ia pijaki.
"ggrrhhh.."
Geraman pelan terdengar, samar-samar geraman itu tertangkap Indra pendengaran Dheva, ia segera berbalik. Berhenti sejenak dan mulai mendengarkan dengan seksama.
"Grhh.. Grhhmm.."
Geraman demi geraman terdengar, kali ini lebih jelas dan mengerikan. Sepertinya berasal dari arah taman belakang milik salah satu rumah yang pemiliknya sedang tak ada di rumah.
Dheva dengan bodoh nya mendekati taman itu, berusaha memastikan bahwa apa yang ia dengar benar-benar geraman seekor anjing atau bukan.
Sampai pada tubuh mengejang kaku dan pelipis nya seketika menghasilkan keringat dingin mengucur deras hingga ke bawah leher.
'Mati aku cok' Teriaknya dalam hati.
_________
Clara berlari, meninggalkan Dheva yang tengah menatap ponsel dengan pandangan serius. Berkali-kali ia memanggil nama pemuda itu. Tapi nihil, tak ada sahutan apapun bahkan sekedar memberi kode atau semacamnya.
Clara kemudian memiliki ide licik, ia segera mengendap-endap pergi dan berlari, saku kecil Hoodie kelincinya terguncang.
Membuat permen coklat milik nya terjatuh tanpa disadari oleh pemiliknya, Clara tertawa riang didalam hati, merasa puas kala mengerjai pemuda itu dengan senang hati.
Ia kembali menulusuri kompleks C, menatap berbinar beberapa jajanan yang berjejer, walaupun tak seramai biasanya. Ia tetap menambahkan kompleks C sebagai tempat tersembunyi jajanan favoritnya.
Stan sosis menjadi incarannya kali ini, Ia memilih sosis goreng untuk ia makan sembari di baluri saus tomat kesukaannya, Es jeruk manis, odading, siomay, batagor, dan semacamnya dimakan oleh Clara dengan lahap.
Kaki nya tak berhenti melangkah kesana-kemari guna mencari jajanan yang pas, badan nya mulai bergoyang ke kiri dan ke kanan kala Indra pengecap nya merasakan makanan yang ia sukai.
"eumm yummy~~" bibir nya tersenyum dengan raut wajah puas, pipi nya penuh dengan kunyahan pelan didalamnya. Ia rasa, lidah nya serasa menari-nari dan dirinya di terpa rasa bahagia kala makanan masuk ke dalam mulutnya.
"Aaaa..ummh~" Clara kembali bergumam kala pentol bakso yang ia beli masuk kedalam mulutnya, kemudian bahu nya naik hingga pipi nya membulat sempurna dengan mata terpejam dan kepala yang dimiringkan.
Beberapa penjual makanan disana bahkan mencuri pandang, dan beberapa diantaranya menahan pekikan gemas, Tudung Hoodie yang sengaja ia pakai menambah kesan imut yang menjadi-jadi.
Bahkan penjual es jeruk manis yang dibeli Clara memiliki pikian konyol yang melintas, bagaimana jika ia menculik makhluk menggemaskan ini dan menyumpal makanan ke dalam mulut mungil nya setiap hari? mungkin ia akan mati mengenaskan karena kadar ke imutan yang di atas rata-rata.
Saat dirasa mood nya sepenuhnya kembali, Clara kemudian berjalan riang dengan sesekali melompat, melambaikan tangan ke beberapa Penghuni kompleks yang ia kenal.
Dan menyapa para bapak-bapak yang tengah bermain kartu dengan ricuh, "Hai pak!" Sapa nya dengan suara lucu, kemudian pergi sesaat setelah ia menyapa dengan sok akrab.
Langkahnya pun riang dengan sedikit melompat kecil dan bernyanyi, kepala nya ke kanan dan ke kiri, sangat menggemaskan jika dilihat.
"meow" samar-samar ia mendengar suara kucing.
Langkah nya seketika berhenti, ia menoleh kesana-kemari, mata bulat nya menatap liar disekitar.
"meow.. meow"
Clara menelengkan kepalanya, sangat penasaran. Gambaran cocok untuk Clara, ia segera mendekati semak yang rimbun dan selokan disebelahnya.
"Meow.." Suara kucing itu kembali terdengar.
Dengan pandangan bingung, ia berusaha menangkap suara menggemaskan kucing tersebut, hingga Mata bulat nya menangkap sesuatu, Sampai pada, "WAH ! KUCING !" Clara berteriak heboh saat menemukan anakan kucing di seberangnya.
Sangat disayangkan ukuran selokan yang memotong jauh antara kardus dan dimana Clara berpijak.
Tangan nya berusaha menggapai kardus yang berada beberapa centi di depannya, ia bisa saja melompat, tapi Clara terlampau takut jatuh ke dalam selokan yang dalam.
"Eugh.. hampir sampai"
Tangan nya terulur jauh, berusaha sekuat tenaga mencapai kardus yang berisi kucing diseberang nya, tumpuan lutut nya bergetar, dan sampai pada; "AHH !!! TOLONG !"
________
-TBC-
#Nm