Kegelisahan dalam hati semakin mengganggu disaat akal seringkali membentak hati. Apalah dayaku yang hanya manusia biasa dalam menjalani kehidupan dunia yang melalaikan ini. Aku berusaha menuju pribadi yang lebih baik lagi demi seorang wanita dambaan hati, namun tidak semudah yang dibayangkan, Ternyata dia telah memilih laki-laki lain yang ternyata temanku sendiri. Saat mengetahui hal itu sebuah titik dalam hati meretak hingga menimbulkan retakan yang besar. kebimbangan yang benar-benar membuatku semakin terpuruk. Aku duduk disebuah ayunan ditengah taman dengan melihat keindahan disekeliling, kemudian merenungi hal yang membuatku bimbang. Kisahnya wanita yang rumit, mencintai orang lain yang tidak mencintainya, kemudian aku hadir mencoba mengisi dan menjadi penghibur agar membuat ia memilihku. Itu tidak mudah sebab sekali cinta maka akan tetap cinta. Ia belum mampu melepaskan cintanya pada laki-laki itu, tapi tidak membuatku untuk menyerah. Seiring berjalannya waktu aku masih sering membuat upaya untuk mendapatkannya, namun tetap tidak menemukan titik terang. Disebuah ruang khusus tempatku sering menulis, aku tumpahkan semua kegelisahan hati dan pikiran pada sebuah buku usang, membuat pena mengikuti kata hati yang sering terbantahkan oleh pikiran, Disela-sela semua itu aku teringat seorang teman berkata bahwa satu-satunya tempat terbaik untuk mengeluh terhadap masalah dunia adalah diatas sajadah, ambillah wudhu, kemudian pakailah pakaian sucimu, kemudian sujudlah, kemudian berbisik lah pada bumiNya, kemudian mengeluhlah, kemudian meneteskan air mata.