webnovel

Bab.18. Kerajaan laut Binawali.

Malam itu Andika sengaja meminta waktu untuk menyendiri memusatkan fikiran dan melakukan tirakat do'a dan dzikir. Ia melaksanakan shalat sampai tengah malam dibawah pengawalan satu regu pengawalan bersenjata lengkap.Tidak ada yang mengganggu, hal ini sesuai persyaratannya pada Moullagar. Setelah semua dipersiapkan, Andika memulai tirakatnya dengan melaksanakan shalat dilanjutkan memusatkan diri dan fikirannya dalam lafadz dzikir, ia terus berdzikir hingga pertengahan malam. Lewat tengah malam kesadarannya mulai hilang sebagian, karena saparuh dari ruhnya telah terlepas dan membawanya meninggalkan jasad kasarnya. Ia mulai masuk ke alam ruhani mencari Sang juru kunci, Syeh Khalil Abid, sang kakek.

Syaikhuna Abid ditemuinya sedang duduk menunggu di pusara tempat ia dimakamkan. Malam itu Andika kembali mendapat ilmu dari kakeknya disamping bagaimana cara membuka pintu gerbang dunia Tsaqil.

Pada pertemuan kali ini, Ia mendapat hadiah sebuah benda dari sang kakek yaitu seuntai tasbih yang butirannya terbuat dari emas hitam yang sangat langka. Tasbih itu merupakan mustika yang dapat berubah menjadi senjata bila sewaktu-waktu Andika berada dalam situasi bahaya atau terjepit. Keutamaannya adalah ia bisa menjadi penghubung dua tempat.

Sebelum berpisah, Syaikhuna berpesan agar Andika tetap bepegang teguh pada pokok iman yang enam perkara. Selalu bergantung kepada Allah yang maha kuasa sebagai satu-satunya tempat bergantung dan tempat meminta pertolongan.

Demikianlah, setelah pamit pada sang kakek, Andikapun kembali ke jasad kasarnya yang masih duduk bersimpuh didalam tenda.

Andika membuka kedua matanya dan mengatur pernafasan untuk mengembalikan fungsi tubuh dan menyempurnakan penyatuan sebagian ruhnya yang tadi lepas mengembara kealam ruhani.

Dilihatnya keluar tenda. Sebentar lagi subuh akan tiba, jadi ia memutuskan untuk tidur sebentar mengumpulkan tenaga. Harapannya akan kedatangan Khulandar sedikit menyusut. Mungkin Jazulan dan Syeh Maulana telah tertangkap oleh pasukan Bikhasa? Sehingga harapannya untuk lolos dari Moullagar menjadi hilang.

Andika memejamkan matanya sambil duduk. Ia tetap menjaga kewaspadaan walaupun matanya tertutup. Ia hanya mengistirahatkan raganya, bukan jiwanya.

---++++

Sementara itu Syeh Maulana dan Jazulan berhasil lepas dari kejaran Bikhasa dan pasukannya. Mereka segera kembali ke istana dan menemui Khulandar sambil menantikan kedatangan Andika. Namun yang ditunggu tak kunjung tiba. Mereka menunggu hingga malam memasuki mahligainya.

Khulandar berjalan mondar-mandir dengan gelisah mendapati tamunya mendapat serangan dari bangsanya. Ia telah mengutus orang kepercayaannya untuk mencari keberadaan rombongan yang lain tercerai berai karena kejaran musuh.

Khulandar telah menyadari bahwa ada beberapa kelompok persekutuan yang ingin menjatuhkannya sebagai penguasa Agartha. Para pendahulu yang dulu bersama dengan dirinya membangun Agartha, ada yang tidak puas dan membuat makar dibelakangnya.

Tak berapa lama kemudian Handoko dan rombongannya muncul dengan tergesa-gesa. Mereka disambut dengan berbagai pertanyaan dari Khulandar. Saqqara menceritakan penculikan Rudi yang dilakukan para duyung ketika sedang naik perahu. Melihat cara mereka, sepertinya para duyung tersebut ingin mengetahui lebih banyak tentang para tamu Khulandar itu. Mendengar laporan Saqqara, Khulandar segera memerintahkan Saqqara untuk memanggil raja lautan yaitu Binawali. Ia ingin memastikan apakah Binawali terlibat atau tidak dalam penculikan itu.

Binawali adalah penguasa lautan di Agartha. Ia menguasai seluruh laut, sungai dan danau. Istananya berada dilautan Taffarak, yang merupakan laut terdalam dan pusat dari seluruh percabangan arus air dari seluruh Agartha. Istananya terkenal dengan keindahan taman lautnya dan tatakan batu permata diseluruh dinding istananya. Mereka termasuk kaum yang tidak suka diganggu dan pemarah. Namun walaupun agresif, mereka masih tunduk pada otoritas Khulandar sebagai Raja Agung Agartha.

----++++

Dikerajaan laut Binawali.

Rudi yang ditarik dalam sebuah gelembung udara mulai sadar. Dengan terkejut didapati dirinya berada dalam sebuah gelembung udara, dan dikiri kanannya adalah pemandanan dalam laut yang belum pernah ia saksikan keindahannya. Rudi terpesona oleh suguhan alam disepanjang perjalanan. Bermacam bentuk ikan dan hewan laut mereka lalui. Tak lama berselang, Ia dibawa masuk ke istana Taffarak yang sangat indah dan dingin, ia dibawa menghadap raja Binawali oleh Gulfa, panglima perang kerajaan laut. Gadis duyung cantik yang menggodanya dilaut ikut berenang di sisi Gufra bersama sekelompok duyung bersenjata tombak, sesekali gadis duyung melirik Rudi dengan pandangan ingin tahu, sedang Rudi masih dalam kewaspadaan dan heran sambil melihat sekelilingnya dengan takjub.

Mereka sampai disebuah ruang berbentuk kubah besar yang sangat indah.

Binawali duduk dengan gagahnya diatas singgasana megah berbentuk keong laut yang berhiaskan tanduk-tanduk permata yang tajam. Indah sekaligus menakutkan. Binawali yang berwujud duyung memiliki ekor berwarna ungu tua yang berkilau serta duri tajam disepanjang sirip ekornya hampir mirip ekor naga.

Rudi tercengang menyaksikan makhluk dongeng kini hadir didepan matanya. Ia yang dirantai kaki dan tangannya diseret dalam sebuah gelembung udara buatan. Dihadapan sang raja Rudi didorong lalu ditekan pundaknya agar berlutut.

"Lepaskan dia," perintah Binawali pada Gulfa.

"Tapi Tuanku, dia...."

"Lepaskan kataku.!" bentak Binawali.

"Baik Tuanku." Gufra segera melepaskan rantai besi yang mengikat tangan dan kaki Rudi. Rudi berdiri dengan perlahan dan waspada sambil menunjuk Binawali.

"Siapa kalian?" mengapa menangkap ku? tanya dengan heran.

Binawali turun dari singgasananya berenang mengelilingi Rudi yang berada dalam gelembung.

"Jadi manuskrip itu benar? Kalian bangsa manusia diciptakan sebagai penguasa di Bumi. Hmmm aku ingin tahu dimana letak kekuatan kalian."

Lalu ia berdiri tepat didepan Rudi. Beberapa detik kemudian terjadi perubahan pada Binawali. Perlahan-lahan ekornya berubah menjadi sepasang kaki dan kini ia berwujud manusia seutuhnya. Binawali mengulurkan tangannya ke udara dan menekuk jari-jarinya seperti mencengkeram sesuatu. Rudi yang menyaksikan dari dalam gelembung tiba-tiba memegang lehernya sambil bersuara lirih seperti tercekik. Kakinya menendang sana sini dan tangannya seperti berusaha menahan sesuatu dilehernya. Rudi hampir kehabisan nafas dan wajahnya berubah kebiruan.

Tiba-tiba gadis duyung yang menggodanya tadi maju selangkah dan berbicara dengan bahasa yang tidak dimengertinya. Namun cekikan yang dirasanya perlahan mengendur dan menghilang.

Dengan enggan Binawali menurunkan tangannya dan beranjak pergi.

"Dia sangat lemah. Tidak berguna bagiku. Anannia! kau boleh membawanya, " katanya sambil kembali kesinggasananya.

Gadis duyung yang dipanggil Anannia segera menarik Rudi meninggalkan ruang singgasana Binawali.

Sepeninggal Rudi, Gulfa bertanya dengan nada khawatir.

"Mengapa tuanku melepaskannya? Dia adalah salah satu manusia yang dibawa Khulandar dari dunia manusia."

"Aku tau. Tapi aku tidak tertarik padanya. Bukan dia yang bisa membuka gerbang. Lepaskan dia kembali tapi tetap awasi diam-diam. Biarkan Anannia bersamanya, akan lebih mudah bagi kita memantau kegiatan mereka."

"Baik tuanku. Hamba mengerti." Gulfa segera beranjak meninggalkan Binawali.

---- ++++

Rudi dibawa oleh Anannia kesebuah bangunan lain yang tidak kalah indahnya. Bangunan ini didominasi warna biru dan hijau. Tumbuhan laut hidup dengan berbagai bentuk dan warna menghadirkan hiasan keindahan taman bawah laut yang berbeda. ikan-ikan kecil aneka warna berenang riang seperti kupu-kupu dipadang rumput, binatang karang yang bermain disela-sela bunga karang yang melambai-lambai seperti tarian alam yang memanjakan mata, bahkan pasirnya berwarna warni, kuning hijau kebiruan.

" Maaf...kalau aku boleh bertanya, siapa namamu? " tanya Rudi sambil menatap gadis duyung cantik itu. Gadis itu tersenyum manis. "Annania" jawabnya singkat.

Kau anak raja naga itu? tanya Rudi lagi.

Annania tertawa. Dia bukan naga. Namanya Binawali. bagaimana kau tahu aku anaknya? tanyanya heran.

Rudi mengangkat bahunya santai, ketakutannya sedah hilang. Ditatapnya Annania dengan senyum ramah, " yaah...karena hanya kau yg tidak terlihat takut padanya." Annania tersenyum lagi.

Rudi dibawa kesebuah ruangan besar yang didalamnya terdapat sebuah benda mirip piring terbang yang sering dilihatnya difilm-film fiksi luar angkasa. Namun ini sebagian dindingnya terbuat dari kaca atau sejenis bahan transparan.

Didalam piring kaca itu Rudi tidak perlu lagi berada dalam gelembung. Benda ini seperti kenderaan kedap air. Rudi maklum benda itu adalah sebuah kendaraan air yang dipakai sebagai alat transportasi di negeri bawah laut ini. Annania, gadis itupun telah merubah ekornya menjadi sepasang kaki. Sepertinya makhluk-makhluk di Agarta ini memiliki kemampuan yang tidak biasa, batin Rudi.

Annania membawanya berkeliling wilayah istana negeri bawah laut. Pemandangan luar biasa menakjubkan disuguhkan pada Rudi yang tidak menyangka betapa ajaibnya dunia didalam laut ini. Para penghuninya sangat banyak. Penduduknya juga berkehidupan layaknya suatu negeri seperti didaratan. Mereka hidup berkelompok, berkeluarga, memiliki sekolah, pasar, pusat hiburan dan perkantoran, bangunan-bangunan banyak terbuat dari bahan kaca atau kristal dipadukan pilar-pilar karang raksasa, kubah besar berbentuk kubah kaca menjadi pusat pemerintahan dan pemukiman. Mereka juga sangat menguasai teknologi tinggi, terutama senjata yang dapat digunakan didalam air. Bahkan mereka memiliki lahan pertanian.

Annania membawanya ke sebuah lahan pertanian yang menanam buah berwarna merah dan kuning. Bentuknya mirip strawbery namun mempunyai biji seperti jeruk dan rasanya pun sangat manis dan menyegarkan. Ada beberapa jenis buah dan tanaman lain yang bentuknya aneh dan lucu menurut Rudi. Seperti mangga dan buah labu dengan kulit buahnya bersisik seperti buah naga, dan banyak lagi yang Rudi diberi kesempatan menikmati mencicipi hampir semua yang dilihatnya.

Juga ada kebun bunga dan herbal yang dikelola oleh para gurita dan kepiting. Namun gurita disini mempunyai tentakel bertingkat, jadi seperti rok penari rumba.

Menurut Annania, gurita adalah jenis hewan yang sangat pintar dan tekun, sedangkan kepiting adalah tenaga kerja yang sangat rajin. Beberapa jenis hewan laut lainnya yang mengelola kebun mempunyai bentuk yang tidak diketahui Rudi. Ia belum pernah melihat mereka sebelumnya, sehingga setiap melihat keajaiban ciptaan Tuhan mulutnya memuji dengan kata-kata pujian atas indahnya makhluk ciptaan Tuhan.

"Masya Allah. Masya Allah. Alhamdulillah.!"

Annania selalu memperhatikan dirinya setiap ia mengucapkan kalimat-kalumat tahmid tersebut. Matanya memperhatikan Rudi dari atas kebawah dengan pandangan heran.

Setelah berputar-putar dikebun buah dan bunga, Annania membawa Rudi ke sebuah Goa bawah laut. Goa itu sangat besar dan indah. Dinding dan langit-langitnya dipenuhi cahaya kuning berpendar yang berasal dari sejenis lumut. Tepat ditengah goa terdapat sebuah kolam yang airnya berwarna biru muda pekat. Airnya menggelegak mengeluarkan asap putih yang mengepul.

"Hawa dingin didalam goa berasal dari air kolam ini. walaupun sangat dingin air ini tidak membeku." Annania berkata pada Rudi yanf terheran- heran.

"Air apa ini? Apakah air ini memiliki khasiat tertentu?" tanya Rudi penasaran. "

"Ini adalah "Kolam Takdir" artinya siapapun yang mengalami sakit yang sangat parah, jika mandi dikolam ini, apabila memang umurnya masih ada, maka ia akan sembuh seketika. Namun sebaliknya jika memang ia akan mati dengan penyakitnya itu, maka ia akan segera mati." Annania menjelaskan panjang lebar.

"Begitukah? " tanya Rudi heran? Bagaimana jika orang sehat yang masuk kesini.? tanya Rudi iseng.

"Maka ia akan tinggal disini selamanya. Karena hatinya telah diikat dengan alam bawah laut. "

Rudi cepat - cepat menarik kakinya yang hendak dicelupkannya ke air kolam itu. Dengan senyum setengah terpaksa ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak bisa dibayangkan jika ia harus terjebak dibawah laut ini dan menjadi duyung.

"Kenapa? Kau takut menjadi duyung seperti aku?" tanya Annania sambil melangkah pelan kearah Rudi. Tubuhnya semakin dekat dengan Rudi. Rudi mengelak samar sambil tertawa.

" Eh...aku ini hanya manusia biasa, tidak mungkin sama dengan kalian makhluk yang sangat hebat." katanya sambil tertawa miris.

Annania menatap Rudi lekat-lekat, wajahnya yang cantik dan halus terlihat sedikit sedih. Rudi hampir meminta maaf ketika Annania tiba-tiba saja tertawa.

"Ha ha....kau ini lucu juga. Aku belum pernah bertemu manusia. Ternyata kalian menyenangkan juga. Aku cuma bercanda, air kolam ini bisa menyembuhkan penyakit, bukan merubah takdir makhluk, kalau manusia akan tetap manusia, ah.. sudahlah ! sebaiknya kau kuantar pulang kepada teman-teman mu kembali." katanya sambil membalikkan badannya kembali ke dalam kendaraan tadi. Rudi mengikuti tanpa bersuara. Jadi tadi dia ditipu sama jin laut ini? batinnya kesal.

Annania membawa Rudi kembali ke permukaan laut dan mengantarnya hingga ke pintu gerbang istana Khulandar, yang disambut oleh Jazulan dan yang lain dengan seribu pertanyaan.

---++++