webnovel

Penyesalan Yusuke

"Jadi kau sudah memutuskan hubunganmu dengan gadis nakal itu?"

"Benar, Bu. Dan sekarang dia pergi dengan laki-lak lain," sahut Yusuke murung.

Saat Yusuke Sakazaki kembali ke beranda untuk menjemput Hanaku, dengan tidak sengaja dia melihat Hanako sedang berbicara pada seorang laki-laki tampan lalu pergi naik Limosin mewah. Sebenarnya, jauh di dalam lubuk hati terdalam Yusuke, dia masih sangat mencintai Hanako Sudo. Hanya saja dia diancam oleh ibu dan kakak perempuannya untuk meninggalkan Hanako karena jika dia menolak, yang menjadi taruhannya adalah karier dan masa depan Yusuke. Tentu saja, Yusuke tidak berani mengambil risiko dengan bertaruh sangat tinggi. Dia menyetujui kesepakatan itu dan memutuskan Hanako meski berat. Akan tetapi, segala sesuatunya berubah dalam beberapa detik saja saat Yusuke melihat Hanako ternyata sudah memiliki penggantinya begitu cepat. Hanya dalam waktu beberapa menit berselang Yusuke memutuskannya.

"Baguslah jika kau sudah memutuskan gadis itu. Dia sama sekali tidak pantas untukmu, Yusuke. Sedikit pun tidak," sahut Hanami.

"Dia memang murahan. Sekarang aku merasa sangat menyesal untuk waktuku yang terbuang sia-sia selama ini. Bodoh sekali. Aku dipermainkan Hanako dalam waktu yang cukup lama dan aku tidak menyadarinya. Menduga pun tidak," geram Yusuke.

"Sekerang baru kau mengerti, Yusuke," sahut Hanami.

"Aku buta karena aku terlalu mencintai Hanako. Ya. Menyedihkan sekali memang. Tapi, tetap saja. Aku tidak menyangka jika Hanako akan begitu cepat melupakanku dan berpaling kepada lelaki lain. Padahal, sebelumnya dia memohon padaku. Hanya dalam beberapa menit dia sudah pergi dan bergandengan tangan dengan lelaki lain," keluh Yusuke.

Hanami tertawa. "Karena itu Yusuke. Jangan pernah terlalu percaya terhadap orang lain dan jangan berakseptasi terlalu tinggi. Karena, yang kau dapati nanti hanya satu. Penyesalan mendalam."

"Dengar, Yusuke," ujar Ibunya. "Jika kau ingin melihat seorang gadis itu baik atau tidak, kau bisa melihat dari cara berpakaian dan sopan santunnya. Hanako terlalu modern, dia senang memakai pakaian yang terbuka, sopan santunnya juga buruk. Sudah pasti dia bukan gadis yang baik."

"Hanako sebenarnya tidak seburuk itu."

"Mungkin tidak memang, tapi, dia melupakanmu begitu mudah. Yang artinya dia tidak benar-benar mencintaimu."

"Aku rasa aku yang sedikit keterlaluan. Aku menyakiti hati Hanako padahal ini malam Natal. Seharusnya malam ini menjadi malam yang bahagia."

"Tuhan memberkatimu, Yusuke. Kau terlalu naif," kata Hanami.

"Kau benar. Aku terlalu naif hingga aku tidak sadar diriku menjadi bodoh."

Mereka sedang duduk di ruang tengah yang telah diubah menjadi tempat makan. Ada sebuah meja besar panjang yang di atasnya penuh dengan makanan dan buah-buah segar. Tapi, sesi makan malam bersama sudah selesai sepuluh menit yang lalu dan semua orang tengah berada di ruang keluarga yang luas di seberang sedang menari dan bersuka ria bertukar kado Natal.

Yusuke mengambil botol sake di meja lalu menuangkan isinya ke dalam gelas. Dia meminum sake itu dalam satu kali tegukan panjang. Pada saat Yusuke hendak menuangkan sake untuk yang kedua kalinya, tiba-tiba ponsel genggam yang dia taruh di dalam saku samping celananya berdering nyaring. Yusuke merogoh ponsel genggamnya dan melihat ada panggilan masuk dari siapa. Ternyata Takuya Isahara. Seulas senyum seketika terbentang di wajah Yusuke. Dia bangkit berdiri dari kursinya lalu ke luar untuk menghindari kebisingan.

"Selamat Natal, Takuya." Yusuke berkata.

"Selamat Natal juga untukmu, Kawan," sahut Takuya di ujung sambungan.

"Bagaimana, apa kau jadi berangkat ke Shibuya pagi ini?"

"Ya, tentu saja. Karena itu aku mengabarimu, Yusuke. Semuanya sudah siap. Aku sudah berkemas. Pagi-pagi sekali aku akan berangkat."

"Bagus, aku sudah tidak sabar bertemu dengan kau," ujar Yusuke dengan kegembiraan yang tidak dia tutup-tutupi. Untuk beberapa saat dia melupakan rasa sakit hatinya dan penyesalan terhadap Hanako. "Aku akan menjemputmu di bandara. Kabari aku jika kau sudah tiba di Shibuya."

"Aku mengerti," sahut Takuya. "Omong-omong, apa kau sudah mendapat sesuatu tentang Ryoma Otsuka?"

Yusuke menghela napas dalam-dalam. "Sayang sekali, Takuya. Aku belum mendapat perkembangan. Hanya saja, mungkin ini berguna untukmu. Ryoma, ada gosip mengatakan jika pria itu mempunyai afair dengan model Kazuha Nikubara. Tapi, itu hanya gosip. Aku tidak dapat memastikan kebenarannya. Selain itu, Kazuha sendiri memang teman Ryoma. Mereka cukup dekat karena beberapa kali terlibat kerja sama."

"Dan belum ada klarifikasi?"

"Gosip itu seperti angin. Datang begitu saja, hilang dengan cepat."

"Bisa jadi gosip itu benar, Yusuke. Sebab, jika gosip itu sebuah omong kosong, pasti baik Ryoma maupun Kazuha melakukan klarifikasi," sergah Takuya. "Jika keduanya sama-sama bungkam, bisa jadi gosip itu benar. Karena itu mereka menutupinya."

"Aku rasa tidak begitu," sahut Yusuke cepat-cepat. "Gosip itu mereda karena Kazuha telah mengumumkan pertunangannya dengan kekasihnya selama ini. Dengan begitu, semua gosip buruk tentang dirinya dapat terpatahkah."

"Sialan! Padahal aku mengharapkan lebih dari ini," dengus Takuya. "Benar-benar sialan."

"Ini memang malam Natal yang buruk."

"Apa masalahmu, Yusuke?"

"Aku baru saja putus dengan Hanako."

"Apa katamu, kau putus dengan Hanako?"

"Aku yang memutuskan hubungan."

"Demi Tuhan, apa kau sedang mabuk? Kenapa kau memutuskan hubungan dengan Hanako? Apa kau tergoda oleh perempuan lain?" sembur Takuya.

"Tentu saja tidak. Masalahnya Ibu dan kakak perempuanku tidak menyukai Hanako dan mereka tidak memberiku pilihan lain."

"Dasar bodoh! Kau ini kan laki-laki. Seharusnya kau mempertahankan Hanako jika kau memang mencintainya. Apa pun yang terjadi," maki Takuya.

"Ibuku mengancam dengan taruhan karierku. Aku tidak mau mengambil risiko dengan bertaruh terlalu banyak. Lagipula, semua yang dikatakan ibu dan kakak perempuanku benar. Hanako sama sekali tidak baik untukku. Kau pasti tidak akan percaya jika aku katakan padamu bahwa sekarang dia sudah punya pengganti diriku. Aku baru memutuskan hubungan dengannya beberapa menit dan meninggalkannya sendirian di luar. Dan aku melihatnya pergi dengan lelak lain dengan Limosinnya," Yusuke menjelaskan.

"Jika begitu, berarti sekarang kau punya alasan untuk melupakannya dan telah mengambil keputusan yang tepat," komentar Takuya. "Kau seharusnya bersyukur untuk itu, Yusuke."

Yusuke mengepalkan tinjunya. "Aku marah sekali dan aku ingin balas dendam. Beraninya Hanako mempermainkanku."

"Jika kau tanya pendapatku, akan kukatakan jika sebenarnya kau tidak punya hak untuk marah. Kau sendiri yang mencampakkan Hanako. Selama kau tidak di Tokyo, kau juga diam-diam bermain serong dengan perempuan lain. Dapat dikatakan kau pun sama buruknya dengan Hanako."

Yusuke sekarang tertawa terbahak-bahak. "Takuya, jika seorang lelaki berselingkuh itu hal yang wajar. Tapi Hanako perempuan. Dia tidak seharusnya berbuat begitu."

"Masa bodoh dengan kau Yusuke. Percuma saja menasihatimu. Tapi, sebelum kau membalas dendam pada mantan kekasihmu yang sebenarnya tidak bersalah itu, kau harus terlebih dahulu membantuku menghancurkan Ryoma Otsuka. Setelah itu aku juga akan membantumu menghancurkan hidup Hanako Rin Sudo. Bagaimana, apa kau setuju?"

"Ide yang cukup bagus. Aku setuju. Kita akan membicarakan rencana ini lebih lanjut jika kau sudah sampai di Shibuya."

"Baiklah. Sampai bertemu di Shibuya besok pagi."

"Sampai jumpa."

Sambungan terputus.