Keysa menatap pantulan dirinya di cermin, rasa kantuk sudah menyerang matanya. Sudah dua jam ia membaca isi buku harian Kaysha. Isinya hanya seputar masa kecil Kaysha yang penuh kenangan hangat dirinya dengan orang tuanya. Sesekali, Kaysha menulis tentang Keysa yang seolah diasingkan oleh kedua orang tuanya. Kaysha yang pada saat itu masih kecil, tidak bisa berbuat apa – apa. Jadilah, gadis kecil itu melampiaskan rasa kesalnya pada buku harian hitam itu.
Sejak kecil, Keysa diurus dan diasuh oleh Bi Inah, seorang pengasuh yang sangat menyayanginya. Sayangnya, Bi Inah sudah pulang ke pangkuan Tuhan sejak Keysa menginjak kelas lima SD. Keysa juga tidak diperbolehkan sekolah di luar. Sehingga, ia sekolah di rumah sejak SD hingga SMA atas usul sang ayah.
Kalau dipikir – pikir, selama membaca buku harian milik Kaysha, perasaan Keysa tidak bisa digambarkan. Ada rasa iri, sedih, dan bahagia di hatinya. Keysa iri dengan kehidupan Kaysha yang penuh kehangatan. Tetapi, di saat bersamaan ia sedih karena kini Kaysha sudah pergi. Ia bahagia karena ternyata selama ini Kaysha terus melontarkan protes sejak kecil. Kakaknya benar – benar pelindungnya.
"Gue kangen sama lo, Kak," gumam Keysa pelan.
Keysa membuka halaman terakhir buku harian itu. Keningnya berkerut melihat halaman terakhir yang dirobek hingga setengahnya.
"Kenapa kamu gak jujur, Mark? Gue gak nyangka kalau…"
Keysa makin bingung setelah ia membaca halaman terakhir buku harian.
"Ada apa dengan Kak Mark?" tanya Keysa pada dirinya sendiri.
"Ngantuk banget gue," Keysa menguap lalu menggeliat untuk merilekskan badannya. Tak kuat menahan kantuk, Keysa melangkahkan kakinya ke ranjang Kaysha. Gadis itu tertidur dengan memegang buku harian kembarannya.
***
Mark menatap jam tangannya, sudah satu jam menunggu kabar dari calon tunangannya. Tetapi, Keysa tak kunjung membalas pesannya. Mark berjalan santai ke mobilnya. Pelayan di rumahnya menyapanya dengan hormat. Mark tersenyum ramah sebagai balasan.
"Pagi Tuan Mark! Apakah hari ini Tuan ingin memakai sopir?" tanya lelaki paruh baya yang bekerja sebagai sopir sekaligus penjaga keamanan di kediaman Mark.
Mark menatap lelaki itu sekilas, "Saya sendiri aja, Pak Dono."
"Siap Pak. Hati – hati di jalan," Pak Dono menunduk sopan.
Mark masuk ke mobil mewahnya. Ia mulai melajukan mobilnya ke kediaman calon tunangannya. Sesekali ia bersenandung kecil, mengikuti lagu yang keluar dari radio. Tak terasa, Mark sudah sampai di kediaman calonnya.
Seorang pelayan wanita yang sibuk menyapu halaman depan membulatkan matanya. Tidak biasanya, Mark datang tanpa pemberitahuan. Wanita itu segera menawarkan bantuan untuk menyimpan jas formal milik Mark, tetapi lelaki itu menolak.
"Kay kemana? Kok pesan saya gak dijawab?" tanya Mark pada pelayan wanita itu, Rere namanya.
"Nona Kay sedang membuat sarapan, Tuan," jawab Bibi Rere.
"Tumben Kay bikin sarapan. Biasanya dia suka gak sarapan," komentar Mark sedikit heran. Ia tidak banyak bertanya lagi. Ia kini masuk ke dapur untuk menemui calonnya.
"Kay!" panggil Mark dari balik mini bar dapur.
Keysa yang sedang menyuapkan nasi gorengnya menoleh pada Mark. Ia membulatkan matanya dan menatap penampilan Mark dari atas ke bawah. Mark memakai jas kerjanya berwarna hitam dipadukan dengan celana hitamnya. Penampilan Mark sangat rapi, seolah bersiap untuk menikah. Keysa menatap dirinya sendiri, ia baru bangun dan memakai baju tidur dengan motif kartu favoritnya, doraemon.
"shit!" gumam Keysa pelan.
"Nona sebaiknya segera bersiap. Sepertinya, Tuan Mark kesini untuk menjemput Nona," bisik Bibi Tina pada Keysa.
"Bi Rere, tolong antarkan Mark ke ruang makan. Aku mau bersiap dulu," perintah Keysa menatap Bibi Rere yang berdiri di belakang Mark.
"Baik, Non," sahut Bibi Rere.
"Kak, aku siap – siap dulu ya. Kakak nunggu ya. Aku entar nyusul," ucap Keysa menatap Mark dengan senyumnya.
"Take your time," ucap Mark kemudian ia berlalu dari dapur dan mengikuti langkah Bibi Rere.
"Siapin nasi goreng juga buat Kak Mark. Itu porsinya buat dua orang kok," perintah Keysa sembari menunjuk nasi goreng buatannya.
Keysa melangkahkan kakinya ke kamar Kaysha. Keysa memakai pakaian kasual, dengan kaos hitam dipadukan dengan blazer senada dengan celana panjang sebagai bawahan.
"Udah mirip Kak Kay," kata Keysa memperhatikan penampilannya sebelum keluar dari kamar mandi tamu. Ia belum berani memakai kamar mandi milik Keysa yang terletak di dalam kamar. Jadilah, kamar mandi Kaysha dikunci oleh Haidar demi keamanan.
Keysa segera menyusul ke ruang makan. Tak ingin membuat Mark menunggu lebih lama.
"Selamat makan," ucap Keysa kemudian ia mulai melahap sarapannya.
Mark tertawa kecil melihat Keysa yang tak basa basi terlebih dahulu. Ia mulai menyantap nasi goreng buatan gadis dihadapannya.
Setelah selesai sarapan. Mark menatap Keysa yang ternyata masih mengunyah suapan terakhirnya. Keysa sudah selesai menelan suapan terakhirnya.
"Kamu mau apa kesini?" tanya Keysa.
"Aku mau ketemu kamu aja sebenernya. Sekalian mau bilang kalau acara tunangan kita saat malam hari mengundang rekan kerja aku sama teman – teman kamu. Nah, aku ingin memastikan sesuatu Kay," tutur Mark.
Keysa menelan ludahnya kasar, apa Mark menyadari ada yang berbeda. Ditambah, kemarin Keysa masih belum berperan sebagai Kaysha dengan sempurna.
"Silakan. Apa yang mau kamu pastiin?" tanya Keysa.
"Kamu yakin mau tunangan sama aku?" Mark menatap Keysa serius.
'Gak yakin. Soalnya gue bukan tunangan lo!' batin Keysa.
"Kok nanya begitu?" tanya Keysa bingung.
Mark tersenyum tipis, "Soalnya aku gak sesempurna yang kamu lihat, Kay. Aku banyak kekurangan dan kita sama – sama tau kalau udah tunangan orang sekitar akan bertanya kapan pernikahan."
Keysa terdiam beberapa saat, 'Terus lo gak jujur sama Kak Kay masalah apa?' batin Keysa.
Ingin rasanya Keysa bertanya tentang buku harian Kaysha pada lelaki di hadapannya. Tetapi, Kaysha saja merobeknya otomatis itu masalah yang penting dan serius. Ia sebaiknya mencari tau setelah mengenal Mark lebih jauh.
"Kay?" panggil Mark lembut.
"Aku siap kok. Ini acaranya udah dirancang sejak lama dan aku juga yakin sama kamu," sahut Keysa menyinggungkan senyumnya.
Mark berdiri dari kursinya, ia mendekati Keysa yang sedikit heran dengan kelakuannya. Mark mengusak rambut Keysa, "Terima kasih udah yakin sama aku."
Keysa mengangguk saja sebagai jawaban. Suara dering telepon membuat fokus Mark teralihkan, lelaki itu mengambil ponselnya. Keysa sedikit bernapas lega dalam hati karena tangan Mark tak lagi diatas kepalanya.
"Ya?" tanya Mark setelah ia menekan tombol hijau di ponselnya.
"Hm. Saya segera kesana," tanggap Mark setelah mendengar penjelasan dari orang yang meneloponnya.
"Kenapa?" tanya Keysa.
"Aku harus pergi. Ada kendala di perusahaan," ucap Mark.
Keysa mengangguk. Ia terdiam beberapa saat, ia ingin ke rumah kedua orang tuanya untuk menanyakan perihal acara pertunangan yang seharusnya dilangsungkan oleh Kaysha.
"Aku ikut ya," kata Keysa kemudian ia menatap Bibi Tina untuk mengambil tas miliknya.
"Ke kantor?" tanya Mark bingung.
Keysa tertawa kecil, ia menggeleng, "Aku mau ketemu Mamah."
"Oke aku anter ya," kata Mark sembari memakai jasnya yang tadi sempat ia lepaskan saat sarapan.
Keysa menerima tas kecilnya.
"Ayo berangkat," ucap Mark kemudian ia menggenggam tangan Keysa.
***
"Hah? Makanan aku enak?" Keysa menatap Mark yang sedang menyetir.
"Iya enak. Aku kaget ternyata kamu bisa masak. Dulu waktu aku lamar kamu, kamu nolak soalnya gak jago masak," tanggap Mark.
"Terus aku terima lamaran kamu kenapa?" tanya Keysa refleks.
Mark menaikkan alisnya mendengar pertanyaan Keysa.
'Salah ngomong lagi gue.' Batin Keysa menangis.
"Kamu ngetes aku nih ceritanya?" tanya Mark.
"Iya hehehe," balas Keysa kaku, "Ayo tebak."
'Ayo cerita biar gue ngerti.' Batin Keysa.
"Soalnya aku pantang menyerah. Aku bilang kamu bisa belajar masak nanti dan aku percaya kamu bakalan buktiin semuanya ke aku. Selain itu, Aku cakep, pasti kamu akhirnya luluh juga sama aku," ucap Mark percaya diri.
"Betul! Seratus poin untuk kamu!" balas Keysa semangat.
"Asik dapat seratus poin dari calon," ucap Mark kemudian tangannya kirinya mengusap lembut rambut Keysa.
"Poin masak aku gimana? Aku dapat apa?" tanya Keysa penasaran.
"Dapat semua hati aku," jawab Mark bercanda.
Keysa tertawa kecil mendengar jawaban Mark. Keysa bisa paham kenapa kembarannya menerima Mark sepenuhnya. Kaysha itu menyukai orang yang pantang menyerah dan tampan, itu semua ada pada Mark. Sifat Mark juga sangat sempurna, siapa yang tak akan jatuh cinta dengan kepribadiannya? Dalam hati kecil Keysa ia bertanya – tanya, apa yang sebenarnya di sembunyikan lelaki itu.