webnovel

PERKARA JURUS SALAH SASARAN

"Hy, Sist!! Kok ngelamun sih?" Cantika menepuk bahu Nisa pelan dan segera ikut duduk di samping Nisa.

"Hm....." sahut Nisa tanpa minat sedikitpun.

"Galau amat lo, kenapa sih?"  Sari juga ikut duduk di bangku Nisa. Ia kepo berat setelah melihat keadaan Nisa yang terlihat seperti mayat hidup. "Dighosting buaya darat atau kadal putih lo? Atau di marahin abang lo dan gak dapet uang jajan? Atau gak bisa beli kuota akibat keseringan hang-out bareng kita?"

Nisa menghela nafas kasar. Ia tahu Sari berniat mencairkan suasana, tapi saat ini ia sedang tak ingin bercanda sedikitpun.  "Ck, diam deh lo berdua! Jangan sampai nih kursi melayang ke muka lo pada!"

"Napa sih?" Cantika yang tadinya hanya diam saja ikut bersuara, merasa sedikit asing dengan sifat Nisa yang sensian mengingat dari ketiganya, Nisalah yang paling absurd.

Nisa menghela napas kemudian memejamkan mata dan menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi. "Gue nyesel ngikutun saran lo, Tik! Nyesel! Gue mending gak pernah tahu ada jurus ini daripada tahu dan malah sial kayak gini!"

"Emang kenapa sih? Coba cerita sini," sahut Sari sembari membenarkan duduknya.

Nisa kembali menegakkan tubuhnya dan menatap kedua sahabatnya itu bergantian. "Lo berdua tahu?" 

Cantika dan Sari menggeleng polos membuat Nisa lagi dan lagi menghela nafas. "Ya, gak usah direspon kayak gitu juga dong, astaga!"

"Ya terus respon apa? Bilang gak tahu karena lo belum bilang? capek, Sa. Bisa-bisa kita gak jadi dengerin lo dan malah ribut sampai seabad kemudian."

"Jadi gini. Gue tadi pagi kan terlambat tuh, terus gue makai jurusnya kalian berdua yang selalu lo pada  pakai setiap terlambat. Bukannya membantu malah bikin gue kesel tuh jurus!"

"Jurus apaan?" tanya Cantika tidak mengerti..

"Jurus jaran goyang, kali?" celutuk Sari., asal menebak.

"Ck! Ya, bukanlah!" sahut Nisa kesal.

"Terus?" Tanya Cantika dan Sari.

Nisa menghela napas panjang. "Jurus rayu ala cewek cabe-cabean yang nangkring di pertigaan jalan."

Cantika dan Sari ber'oh ria.  Mereka sudah tak terkejut lagi dengan keberadaan dan khasiat dari jurus yang mereka buat itu.

"Terus masalahnya apaan? Kok lo ampe keliatan kesel kayak gini?" tanya Cantika.

"Gue salah sasaran." Nisa kembali teringat kejadian tadi pagi. Hal itu membuat mood-nya terus saja menjadi semakin turun. Teringat dengan kejadian yang membuatnya benar-benar merasa tak terima.

"Enggak! Lagian kena-eh, taik! Lo bilang apa? Cium? Ketos main cium?" Nisa menatap Bayu tak percaya kemudian menyingsingkan lengan bajunya. "Wah gak bener nih orang, sehat gak lo?"

"Lo ngeremehin gue?"

Nisa menatap Bayu sambil melipat tangannya di depan dada. "Gue bukannya ngeremehin lo, tapi gue yakin lo gak bakalan berani ngelakukan hal itu."

Bayu mendorong Nisa kuat hingga punggung Nisa bertubrukan dengan tembok, lalu cowok itu pun menumpu tangan kanannya di tembok. "Lo bener-bener nguji kesabaran gue ya ternyata!"

Nisa mencoba untuk memberontak agar terlepas dari kukungan Bayu, tapi semuanya sia-sia saja mengingat tenaganya tak sepadan dengan cowok itu.

"Lepasin! Gue mau keluar! Gak usah macem-macem deh lo, ini masih di area sekolahan!"

"Kenapa keluar? Masuk aja belum."

Nisa mengerjapkan matanya beberapa kali setelah mendengar kalimat ambigu yang diucapkan Bayu. "LO GILA?!"

Bayu tersenyum miring. "Kalau iya?"

"Lepas gak? Gue hitung sampai tiga, kalau lo gak ngebiarin gue pergi, gue aduin lo ke Rehan!" ancam Nisa mulai merasa panik. "Lo gak mau kan pulang dengan wajah babar belur? Makanya lepasin gue sekarang juga!"

"Rehan itu sahabat gue!"

Glek!

Nisa meneguk salivanya susah payah. Ia mati kutu setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Bayu. Jika seperti ini bagaimana caranya untuk bisa kabur?

Lagipula, bagaimana bisa ia baru tahu dan baru sadar bahwa Bayu ternyata adalah sahabat kakaknya yang selama ini berseliweran dan membuat kebisingan tatkala ia ingin istirahat dengan tenang di kamarnya?

Nisa memutar otak untuk mencari cara lain agar bisa lepas dari Bayu. Saat mendapatkan sebuah penerangan, Nisa membulatkan matanya dengan bangga. "Gue adiknya!"

"Gue gak peduli, gak peduli kalau lo itu siapanya Rehan. Yang pasti hukuman harus segera dijalankan." Bayu menjawab dengan santainya. "jadi, pilih lari atau cium?"

"Dasar! lepasin gak? Gue laporin lo ke guru!" Nisa berniat kembali mengancam walau dipikirannya saat ini tak ada lagi jalan keluar yang masuk akal.

"Ketos apaan lo? Gue baru tahu kalau ketos yang katanya dingin, keren, pintar dan segala tetek bengeknya ini ternyata lebih mesum dari cowok-cowok mesum yang gue kenal di sekolahan ini!"

"Oh."

" Gue kesel, Bangsat! Gue ngejelasin panjang lebar dan lo cuma bilang 'oh'? Hebat banget ya, lo!  Lo kembaran Kulkas kali ya? Punya mulut gak sih?!"

"Dan lo siswi paling berani yang pernah gue kenal! Gak ada siswi seberani lo!"

"Gue git--"

Ucapan Nisa dipotong cepat oleh Bayu. "Berani dalam hal melanggar dan melawan gue!"

Nisa tertawa remeh.  Ia berusaha untuk tidak terlihat takut agar Bayu tidak semena-mena padanya. "Biarin! Itu artinya gue bukan cewek biasa yang bisa lo lelehin hatinya semudah cewek lain!"

"Dan gue juga bukan cowok kebanyakan yang bisa lo lelehin karena rayuan lo!"

'Mampus ketahuan!'

Nisa mengutuki dirinya sendiri dalam hati, tak pernah menduga kalau aksi konyolnya itu akan terbaca semudah itu oleh Bayu.

"Lari atau gue cium?" tanya Bayu sekali lagi. 

"Gue bilang nggak, ya, nggak akan dong! Gue yakin kalau lo--"

CUP!

 Hal inilah yang membuat Nisa sedikit lebih berbeda hari ini. Duduk di bangkunya sambil terus mengingat-ingat kejadian absurd yang terjadi pada dirinya dan berubah menjadi senyap bukanlah dirinya.

Kalau bisa, Nisa ingin menmanipulasi bibir Bayu yang telah mencium pipinya tanpa permisi. Untung pipi, kalau bibir bagaimana?

'Brengsek banget gak sih tuh bocah tengil? Kalau hukumannya di batalin mah okey aja. Lah ini? Masak di suruh lari juga waktu bel pulang! Kan emang nyebelin banget tuh bocah!' batin Rose semakin kesal.

"Jangan lupa hukumannya nanti pulang sekolah!"

'Duh, nginget suaranya aja udah bikin gue makin kesel minta ampun. Gimana pas liat orangnya? Bisa-bisa di cakar tuh muka sama kuku-kuku kesayangan gue.'

Sari mengernyitkan dahinya. "Salah gimana?"

Nisa tersadar dari lamunannya. "Gue pakai tuh jurus buat cowok yang udah ngebantuin gue."

"What?! Bagus dong itu namanya!" pekik Cantika heboh. "Jadi, Tuan Putri Nisa yang terhormat, kami meminta review-nya sebentar--"

"Dah, dah! Gak ada review-review-an." Sari menginterupsi Cantika untuk mengurungkan niatnya kemudian mendekatkan wajahnya pada Nisa dengan mata berbinar. "Ganteng, gak?"