Plakk ...
Kenan yang terlalu marah, kelepasan menampar Abel dengan cukup keras. Abel menangis merasakan sakit dan marah dengan tamparan yang kenan berikan. Dia dapat izin. Bukan sembarang memakai milik orang.
"Bos. Lo gila ya nampar cewek sekenceng itu."
Bayu yang baru melihatnya langsung berlari kearah kenan dan segera mendorong kenan menjauh dari hadapan abel.
"Bel, lo?"
Bayu berpaling dari kenan. Dia menatap abel untuk memeriksa keadaannyam. Lilis baru selesai mandi. Dia turun dar lantai tiga. Keluar untuk mencari alice, fara dan abel. Ada pembantunya yang bilang mereka di rumah kaca, lilis pun menuju kesana. Lilis kaget melihat apa yang terjadi.
Abel menunduk ketakutan dan memejamkan matanya. Menangis tersedu didepan Bayu.
"Bay, ada apa ini?" tanya lilis kepada bayu. Dia mendekati abel memeriksa keadaan abel.
"Ada apa nenek?"
Abel sudah hampir dekat ke rumah kaca. Jadi alice mendengat keributan yang terjadi diluar. Alice dan fara segera keluar. Tapi mereka malah melihat abel menangis.
"Abel kenapa?" tanya fara yang mendekati abel.
"Mama kenapa nangis?" alice juga.
"sayang, jangan deket-deket. Kamu disana aja. Mama gak apa-apa kok. Tadi gelasnya jatuh. Kamu disitu aja. Nanti kena kacanya. Jauhan sayang."
Abel tak kena tampar, tapi tadi kenan malah menampar tamanan didekatnya. Abel hanya syok da. Kaget saja, dia memejamkan mata karena sedikit takut.
"Kenan kenapa?" tanya lilis kepada abel. Abel tak berani menjawabnya. Kenan pergi begitu saja dari mereka.
"tadi aku kira pak bos nampar bu bos, kalau enggak salah denger sih, karena pakaian?" bayu melirik pakaian yang dikenakan oleh abel dan juga fara.
"Pantas. Pak bos kan gak suka baju bu bos yang dulu dipakai orang, tante." Kata bayu menjelaskannya kepada lilis.
"loh, memangnya kenapa? Dari pada gak bermanfaatkan. Sayang, kamu gak kena tampar kenan beneran kan?" tanya lilis, memeriksa pipi abel.
"Enggak kok ma. Beneran gak kena tapi kena pohon dibelakang aku." Abel menoleh menatap pohon dibelakangnya.
Ada cukup banyak tanaman disaba. Berbagai tanaman, dan tanaman dibelakangnya itu bercabang dan ada yang sangat tajam. Abel khawatir dengan tangan kenan.
"Sayang, kamu sama nenek sama tante ya. Mama lihat kedaan papa kamu ya. Maaf, susunya tumpah, nanti alice minta ke nenek ya." Kata abel ingin memastikan sendiri telapak tangan kenan.
"Jangan bu bos. Bos lagi marah banget sama bu bos karena pakai baju nyonya dulu. Biar aku aja yang periksa keadaan pak bos." Bayu menghalangi abel.
"aku yanh minta mama abel sama tante pakai baju mama yang dulu kok om. Bilangin ke papa ya, jadi kalau papa mau marah, mau pukul, pukul aku aja, jangan mama." Alice menangis menjelaskan kesalahannya.
"Enggak, nenek kan yang suruh awalnya. Jadi urusan papa alice biar sama nenek. Nenek yang salah."
Abel mendekati alice dengan hati-hati. Dia menarik alice kedalan pelukannya. Mengusap air mata alice.
"salah mama ok. Jangan nangis ya sayang, nanti mam ikutan sedih, nangis, kan Alice tau mama cengeng. Kalau alice nangis terus, nanti mama gak jadi kasih adek, ok?"
"enggak mama."
Alice menggeleng. Alice melarang mamanya menemui sang papa dulu. Begitu juga Lilis, menghentikan abel. Dia tak mau abel nanti malah yang terluka karena kenan. Lilis meminta mereka masuk ke rumah, hari hampir petang. Abel terpaksa ikut masuk dan mengabaikan kenan. Bayu yang akan mencarinya.
Kenan di belakang rumah, menyendiri. Telapak tangannya terluka, berdarah karena sengaja melesetkan tamparannya ke pohon yang tajam itu. Bayu menemukan kenan. Dia mengambik kotak p3k untuk mengobati telapak tangan pak bosnya itu.
"bos. Gue tau perasaan lo. Tapi mama lo bener, hidup lo dan alice tetap berjalan. Alice dan mama lo yang suruh abel pakai bajunya."
Kenan tak menjawab sama sekali. Dia hanya menunduk menangis tanpa suara. Kenan hanya benci takdir cintanya dan mendiang mama alice, kenapa harus seperti ini. Tidak bahagia seperti pasangan yang lain, yang bisa membesarkan anak mereka bersama. Hidup berdua selamanya, setidaknya kalai mati pun berdua.
Kenan banyak sekali mencoba, beberapa kali mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Tapi selalu gagal, ada saja, terakhir kali lilis yang mempergoki kenan hampir meminum pil dalam jumlah banyak sekaligus. Lilis selalu bilang ingat alice, bagaimana dengan alice nantinya.
Bayu menemani kenan disana. Sampai kenan puas berada disana dan menangis disana. Hingga jam makan malam. Jam sembilan.
"bos, gue laper nih. Makan yuk. Masuk ke rumah."
Bayu juga tinggal disana. Ditawari oleh kenan. Kenan menggeleng. Bayu menangis.
"Kalau lo gak mau, gimana gue bisa makan bos."
Bayu stay disana. Menemani kenan. Tak tega mendengar suara perut kroncongan bayu beberapa kali, kenan akhirnya berdiri. Meninggalkan bayu yang masih duduk. Kenan berjalan masuk ke rumahnya, lewat pintu belakang. Dia naik lift dan ke lantai tiga, ke kamarnya untuk mandi.
Semetara bayu akhirnya masuk ke rumah setelah melihat kenan tak ada dihadapannya. Bayu ke lantai dua kamarnya, untuk bersih-bersih dan ikut makan. Sementara di ruang makan sudah ada lilis, fara, abel dan alice yang akan makan malam.
"Om bayu papa mana?" tanya alice yang melihat bayu untuk pertama kalinya masuk ke ruang makan.
Baru akan menjawab. Kenan sudah datang, dia baru saja keluar dari lift. Semua diam ketika kenan berjalan ke ruang makan dan duduk di kursinya.
"Ma, aku mau itu."
Kenan menunjuk menu masakan yang ada didekat mamanya. Abel yang duduk disamping alice, mengambilkannya, dia bahkn menuangkannya di piring kenan, lalu menuangkan air minum juga. Abel lihat tangan kenan yang berbalut perban. Ternyata benar dugaan abel kalau tangan kenan terluka karena menampar pohonnya?
Abel ingin sekali mengobati dan melihat seberapa besar dalam dan lukanya. Tapi sepertinya tidak mungkin.
Karena lukanya, kenan kesujaan memegang sendok. Sementara suasana makan malam disana, sangat sunyi dan menegangkan. Tak ada yang berani mengeluarkan suara sedikit pun.
"Aku bantu makannya? Aku suapi?" abel memberanikan diri karena tak tega melihat kenan.
Kenan marah, marah karena baju wanita yang dia cintai dipakai oleh wanita lain, yang membuat jatuh cinta kepadanya, jatuh cinta lagi, tapi juga merasa bersalah karena tak bisa memenuhi janji hatinya, kepada sang mendiang istrinya, hanya akan mencintai dia, tak akan ada wanita lain. Tapi ternyata, didepannya, wanita yang baik dan bisa menggetarkan hatinya, yang membuat kenan suka menggodanya, ada kebahagiaan tersendiri di hatinya.
"papa marahnya sama alice ya, jangan sama mama abel." Kata alice membujuk papanya untuk mau menerima suapan abel.
"Mama juga ken. Mama yang suruh. Mama minta maaf, mama kira, kamu gak apa-apa." Lilis ikutan alice.
Kenan memberi isyarat pada keduanya untuk diam. Mengangkat telunjuk kirinya. Kenan membuka mulutnya dan menerima suapan dari abel. Fara melihat keduanya sangat lah romantis, seperti suami istri sungguhan yang saling mencintai.