webnovel

TPST - Menyogok

Sebelum menghampiri cewek cantik yang sekarang tengah terduduk santai itu, Mervin terlihat jelas memperhatikan keindahan bentuk tubuhnya dan juga sebagian wajahnya.

Perlahan Mervin melangkahkan kakinya, sebab dia tidak berniat untuk mengagetkan ceweknya. "Nih buat lo," ucap Mervin dengan cukup enteng.

Mendengar hal itu membuat Aksena melirik ke arah di mana Mervin berada. "Lo nyogok gue?" tanya Aksena sambil terus memperhatikan ice cream yang tengah Mervin pegang.

Kening Mervin mengernyit sambil menatap Aksena. "Nyogok untuk hal apa?" tanya Mervin yang kebingungan ke mana tujuannya, karena dia sama sekali tidak berniat untuk menyogok.

Tatapan Aksena semakin fokus mencurigai cowok di hadapannya dan pandangannya kemudian dia alihkan memperhatikan cup ice cream tersebut.

"Lo ngasih ice cream nyogok gue biar bisa akur sama lo kan?" tanya Aksena penuh dengan kecurigaan.

Tidak berpikir, Mervin langsung menggelengkan kepalanya. "Gak ada alasan untuk nyogok lo, apalagi untuk bisa akur sama lo." Mervin berucap dengan penuh kejujuran.

"Tadi pagi juga bukannya lo mengatakan kalau lo sudah memaafkan gue kan?" tanya Mervin yang malah menjadi ragu dengan apa yang sudah Aksena ucapkan sebelumnya.

Aksena mematung saat itu juga dan kemudian dia mengalihkan pandangannya, dia tidak ingat kalau dia sudah berbaikan dengan Mervin, karena tadi pagi dia mengiyakan hal itu agar dia bisa bebas dari Mervin.

"Hm," gumam Aksena penuh dengan kebingungan.

Mervin terus memperhatikan Aksena sambil memegangi satu cup ice cream yang sudah sengaja dia beli, tapi sampai saat ini belum kunjung Aksena terima.

"Kalau tujuan lo nyogok gue agar bisa lebih dekat dengan gue, nilai lo nyogok gue gak cukup." Dengan begitu enteng Aksena berucap.

Bola mata Mervin membulat sejenak, dia sama sekali tidak berniat ke sana, tapi mendengar apa yang sudah Aksena ucapkan, membuat dia menjadi terdiam penuh pemikiran.

"Bokap gue juga bisa beliin ice cream yang lebih banyak dari yang lo kasih," ujar Aksena dengan enteng.

Hal ini membuat Mervin menggeleng-gelengkan kepalanya, dia cukup dibuat terdiam oleh semua ini, karena biasanya cewek bisa dengan mudah luluh atau mempunyai perasaan lebih jika diberikan cokelat atau ice cream.

Mampus lo, diem kan?

Rasanya Aksena ingin tertawa dengan begitu keras di sini saat melihat Mervin yang dengan seketika terdiam memikirkan apa yang sudah dia ucapkan.

Melihat Mervin yang terdiam ini membuat Aksena merasa penuh dengan kepuasan, bahkan sekarang dia tidak menutupi senyumannya yang membuat Mervin semakin terdiam.

Kenapa lo cukup berbeda dengan cewek yang pernah gue temui? Apakah ini hal yang membuat lo bisa dengan mudah mengambil hati gue?

*****

Setelah beberapa saat terdiam, Mervin kembali berucap, "Lo kalau mau menyamakan gue dengan Bokap lo, ubah status kita."

"Mau diubah jadi apaan? Ngaku cowok gue aja effort lo cuma segini, gimana ceritanya kalau hanya sebatas teman?" tanya Aksena yang merasa kalau perjuangan Mervin akan lebih rendah dari ini.

Mervin menggelengkan kepalanya, karena yang dia maksud bukan mengubah status dia dan juga Aksena menjadi sebatas teman.

"Terus? Status yang lo maksud apaan? Gue gak percaya sama cowok dan cewek sahabatan, karena itu semua bullshit!" ketus Aksena yang begitu menunjukkan kalau dia sama sekali tidak percaya akan hal tersebut.

"Kenapa bullshit?" tanya Mervin sambil terus memperhatikan Aksena.

Dengan cukup dalam, Aksena menarik napasnya. "Cewek sama cowok sahabatan itu untuk menutupi perasaan masing-masing dan biasanya mereka lari ke status sahabatan, sebab mereka tidak bisa menjalin sebuah hubungan. Jelasnya, mereka tidak bisa pacaran!"

Aksena menjelaskan hal tersebut sesuai dengan apa yang ada dalam benaknya dan hal itu tidak begitu salah, karena kebanyakan memang seperti itu.

Saat cowok dan cewek memilih untuk menjalin hubungan dalam ikatan sahabatan, sebenarnya mereka ingin menjalin sebuah hubungan pacaran, hanya saja biasa mereka mempunyia sebuah problem yang menghalangi apa yang mereka inginkan.

Setelah mendengar apa yang sudah Aksena jelaskan membuat Mervin kembali berucap, "Gue bisa pacaran sama lo, sehingga gue tidak menginginkan status sahabat dengan lo."

Aksena mengalihkan pandangannya dan kemudian memperhatikan Mervin dengan penuh keseriusan. "Terus perubahan status yang lo maksud apa, hah?" tanya Aksena yang sudah malas untuk menduga.

"Bokap lo statusnya siapa lo?" tanya balik Mervin yang terlihat enggan untuk langsung memberikan sebuah jawaban pada Aksena.

Di sini Aksena kebingungan ke mana memberikan responsnya, karena sudah jelas dia mengatakan Bokapnya, tapi kenapa Mervin menanyakan tentang status?

"Keluarga gue," jawab Aksena dengan menggunakan nada bicara yang datar, tapi bercampur dengan setengah kebingungan yang ada.

Setelah itu Mervin menganggukkan kepalanya dengan begitu enteng. Di sini kening Aksena malah semakin mengernyit, karena dia kebingungan dengan hal itu.

"Kalau lo mau menyamakan gue dengan Bokap lo, minimal samakan dulu status gue dengan Bokap lo."

Deg

Aksena mematung saat itu juga, dia malah merasa terjebak dengan apa yang sudah dia ucapkan sebelumnya dan sekarang dia benar-benar kebingungan harus memberikan sebuah jawaban yang seperti ini.

"Gak mau gue punya keluarga kayak lo!" ketus Aksena yang terlihat begitu enggan mempunyai hubungan yang lebih dekat lagi dengan Mervin.

"Kalau Tuhan menakdirkan gue sama lo jadi keluarga bagaimana?" tanya Mervin dengan enteng.

Pertanyaan yang saat itu juga langsung membuat Aksena terdiam dengan bayangan yang ikut terbang memikirkan bagaimana jadinya jika apa yang sudah Mervin ucapkan adalah sebuah hal yang pada kenyataannya sudah Tuhan tulis?

Setelah memikirkan hal tersebut sampai pada akhirnya hal itu terbayang di pikirannya dan saat itu juga Aksena langsung menggeleng-gelengkan kepalanya, karena dia tidak ingin jika hal itu sampai terjadi.

"Gak, gue gak mau!" tolak Aksena yang benar-benar tidak ingin.

Sebuah senyuman terukir di bibir Mervin. "Memangnya lo bisa menolak takdir?" tanya Mervin lagi dengan begitu enteng dan hal ini sukses membuat Aksena kembali terdiam.

Terus kalau emang gue dan dia ditakdirkan bersama, bagaimana?