webnovel

Amarah Aneh

"Kamu mau meracuni saya?" Teriakan Andrean seketika menggelegar bak petir yang sedang menyambar.

"Coba saja kamu minum!"

Andrean menyodorkan gelas minuman yang sudah ia minum tadi.

Naya terdiam sesaat, berdiri mematung, mulutnya kaku, kenapa ia begitu ceroboh, 'ini sama saja dengan membangunkan singa yang sedang tidur,' batinnya.

"Ayo minum, biar saya yakin kalau kamu tidak mengerjai saya,"

ucap Andrean lagi sambil tersenyum miring.

Naya terlihat ragu-ragu, namun Andrean menatapnya tajam, buru-buru Naya meraih gelas dan langsung meminumnya.

Glekk...

Satu tegukan lolos dari kerongkongannya, Naya seketika tersentak, rasanya sangat aneh, bukan seperti cairan pencuci piring, tapi lebih seperti air kobokan, 'benar-benar tidak enak, wajar jika pak Andrean marah,' batinnya lagi.

"Bagaimana rasanya, enak?

Naya mengernyitkan dahinya, terpancar jelas kalau minuman itu tidak enak.

"Maafkan saya pak, akan saya ambilkan yang baru untuk bapak," Tawar Naya sedikit tersenyum.

"Tidak usah, saya sudah menyuruh OB," jawab Andrean ketus.

Terlihat Naya masih berdiri mematung, hingga membuat Andrean menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa masih berdiri, bukannya kembali ke tempat mu,"

Perintah Andrean dengan sedikit menurunkan nada suaranya, ia jadi tak tega melihat Naya, 'salah sendiri kenapa terus bertindak ceroboh,' gerutu Andrean dalam hati.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu di ketuk.

"Silahkan masuk,"

Ucap Andrean dari dalam, dan ternyata itu adalah Stefi, dengan membawa segelas air putih untuk Andrean.

Naya seketika melirik sinis ke arah Stefi, begitupun dengan Stefi yang tersenyum tipis melihat Naya, tatapannya penuh angkuh, berjalan pelan sambil melenggak bak seperti model yang sedang di atas catwalk, merasa cewek paling cantik di dunia ini.

Belum lagi dengan penampilannya yang mencuri perhatian, tentu saja demi mendapatkan perhatian dari Andrean. 'wanita itu, dia pikir sexy apa dengan berpakaian tipis begitu,' batin Naya kesal, apa lagi saat Naya melihat baju yang Stefi pakai, membuat ia bergidik ngeri.

Begitu juga dengan Andrean, yang tak kalah herannya, sebab Stefi sudah berganti pakaian, masih sempat-sempatnya ia berdandan di sela-sela jam kerja seperti ini, apa lagi dengan rok super ketat yang ia pakai, mirip seperti celana legging emak-emak, belum lagi baju bagian atas yang sengaja di biarkan sedikit terbuka, apa lagi kalau bukan untuk Andrean, ia pikir Andrean akan tertarik melihatnya, tapi yang ada malah membuat Andrean muak melihat hal itu, Andrean bukan tipe laki-laki mata keranjang, apa lagi untuk wanita seperti Stefi, sangat jauh dari tipenya.

"Apa yang kau lakukan di sini,?" Tanya Andrean geram.

"Ini minuman untuk bos,"

Stefi menjawab dengan sedikit manja.

"Kenapa harus kamu yang membawanya,? saya sudah menyuruh OB untuk mengantarnya ke sini,"

Gerutu Andrean marah.

"Tadi ibu Salma lagi ada kerjaan yang lain bos, jadi saya di minta untuk mengantarkannya,"

Sahutnya lagi terlihat menggoda.

"Saya sudah tidak haus, melihat kamu berpakaian seperti ini membuat saya ingin muntah,"

Teriak Andrean sambil mendelik ke arah Stefi.

Terlihat Naya menahan tawa, dalam hatinya ingin berteriak, 'rasain lo cewek genit,' batinnya senang.

Sedangkan Stefi hanya termangu mendengar perkataan dari bosnya itu,

Ia pikir semua laki-laki itu sama, bisa tergoda dengan penampilan yang ia anggap sexy itu.

"Cepat kamu keluar sekarang, sebelum saya benar-benar muntah!"

Teriakan Andrean kali ini terdengar membahana, hingga membuat Stefi ketakutan.

"I-ia pak,"

Hanya itu yang keluar dari mulut Stefi.

"Satu hal lagi yang harus kamu ingat, jangan pernah berpakain seperti ini lagi di kantor, kalau tidak mau saya pecat!"

Ancam Andrean dengan tegas.

Hingga membuat Stefi semakin takut mendengarnya, Andrean terlihat begitu marah. Bahkan Naya yang selama ini menjadi korban kemarahannya, tidak pernah melihat Andrean semarah ini.

Terlihat Stefi yang terburu-buru keluar dari ruangan, wajahnya berubah masam saat Naya melihatnya, sedangkan Naya hanya tersenyum tipis ke arahnya, menandakan kalau ia sangat senang.

Ruangan seketika hening.

Tak ada pembicaraan di antara mereka, baik Naya maupun Andrean sama-sama diam, terkadang pandangan mereka bertemu satu sama lain, namun cepat-cepat mereka alihkan pandangan mereka masing-masing ke tempat yang berbeda.

Satu menit...

Dua menit...

Setengah jam sudah berlalu, waktunya makan siang.

Ceklek !

Pintu terbuka, membuat Naya dan Andrean melihat ke arah yang sama, ternyata itu adalah Riko, seperti biasanya jika sudah waktunya makan siang, Riko pasti akan menemui Andrean untuk sekedar bertanya ingin makan di luar, atau cukup pesan dari kantor.

"Makan di mana kita bos,?"

Riko bertanya sambil tersenyum ke arah Naya, dengan maksud kalau mereka akan makan siang bertiga.

"Terserah kamu aja Rik, yang penting rasanya tidak aneh,"

Balas Andrean yang terkesan menyindir Naya, masih jelas terasa di mulutnya bekas sisa minuman air pencuci piring tadi.

"Ok, Naya ikut makan bareng kita kan bos,?" Tanya Riko lagi, sambil melirik ke arah Naya.

Andrean hanya mengangguk, sambil berjalan lebih dulu, lagi pula Naya juga salah satu asistennya, sudah semestinya mereka harus terbiasa makan bersama.

Kali ini Riko memilih makan di luar, entah restoran apa yang akan menjadi pilihannya kali ini.

Hanya menempuh waktu kurang dari 10 menit mereka sudah tiba di salah satu restoran, jaraknya memang tak jauh dari kantor, mengingat perusahaan Andrean yang sangat strategis, tepat berada di tengah-tengah pusat kota.

Ternyata Riko lebih memilih restoran ala korea, yang membuat Naya begitu antusias untuk segera makan, mengingat Naya salah satu pencinta drama korea, menjadikan ia hafal betul dengan makanan yang berbau korea itu, contoh makanan khas korea yang ia tau mulai dari kimchi, bibimbap, bulgogi, kimbap, Jjangmyeon, Tteokbokki, dan tentunya yang paling familiar adalah Ramyun atau ramen. Sepertinya Naya akan pesta besar hari ini dengan memesan semua makanan itu.

"Silahkan kamu mau pesan yang mana, hari ini kamu bebas mau makan apa saja, anggap ini sebagai syukuran dengan bergabungnya kamu sebagai asisten baru, betul tidak bos,?"

Ucap Andrean memulai pembicaraan.

"Terserah kamu saja lah Rik," lagi-lagi Andrean menjawab yang terkesan cuek, walau sebenarnya ia juga ingin merayakan bergabungnya Naya menjadi asisten pribadinya, namun sepertinya Andrean begitu gengsi untuk mengatakan hal itu.

Naya pun memesan semua makanan korea yang ingin ia cicipi, dalam hitungan menit, satu persatu makanan sudah berjejer rapi di atas meja, membuat mata Naya seketika berbinar saking senangnya, berbeda dengan Riko yang di buat tercengang saat melihat semua menu sudah tersedia di atas meja, begitu pun dengan Andrean yang tak kalah bingung, apa mungkin makanan sebanyak itu akan habis, pikirnya heran.

"Selamat makan,"

Teriak Naya bersemangat, ia langsung menyantap satu persatu makanan yang sudah terhidang di atas meja, ramen adalah pilihan pertamanya yang akan ia santap, satu suapan yang cukup banyak seketika memenuhi mulutnya yang mungil, mukanya mengembung akibat mulutnya yang sudah terisi penuh, Riko dan Andrean sama-sama melongo memperhatikan Naya, yang tanpa di sadari oleh Naya.

'Benar-benar rakus, badannya saja yang kecil, tapi porsinya melebihi porsi kuli bangunan', bisik Andrean dalam hati.

Tak sampai hitungan menit, ramen sudah bersih tak tersisa, Naya pun melanjutkan makan siangnya, dengan melahap habis mulai dari kimchi, bulgogi, kimbab, Jjangmyeon, Tteokbokki dan juga segelas jus segar.

Andrean hanya berdecak, sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah Naya yang di nilainya sudah kesurupan itu, 'entah sudah berapa lama ia tidak makan, benar-benar rakus,'batin Andrean lagi.

"Apa kamu sudah kenyang,?"

Jika belum, kamu boleh menghabiskan piring beserta sendok dan garpunya," ucap Andrean datar, membuat ia tak berselera makan.