webnovel

Terjebak di Dunia Albheit

Albheit Online, dunia yang penuh imajinasi dan menarik perhatian massal. Setiap orang yang bermain game ini tidak akan lepas dari bermain game ini. Fitur-fitur yang futuristik memanjakan para pemainnya. Game ini juga punya banyak rahasia yang selalu diperbaharui. Sampai pada akhirnya pada tahun ke tujuh game ini akhirnya memberhentikan berjalannya server game ini. Seorang laki-laki yang dirinya adalah seorang pemain profesional dan memiliki 6 karakter laki-laki dengan job class berbeda, terburu-buru untuk memainkan game ini sebelum ditutup. Dia terlambat mengikuti semua orang yang sudah mencoba semua fitur yang sebelumnya dibatasi karena dia harus menghadapi ujian. Karena merasa ada satu job class yang belum pernah di coba, akhirnya dia memainkan job class terakhir dengan membuat karakter baru. Awalnya dia ingin membuat karakter laki-laki lagi, tetapi merasa ingin mencoba fitur baru ini, akhirnya dia membuat karakter perempuan. Walau akhirnya dia menyadari tidak bisa menggantinya. Tetapi karena dia tidak ingin membuang waktu dengan membuat karakter baru lagi, akhirnya dia tetap memakai karakter baru itu. Namun, di saat server sudah hampir tertutup dan semua orang sudah keluar dari game ini, dia masih saja bermain sampai lupa waktu karena dia ingin menikmati waktu terakhirnya. Akhirnya begitu server sudah ditutup, dan sistem logout sudah tidak bisa digunakan, dia baru tersadar. Dia terjebak dalam game itu! Namun dia tidak putus asa, melainkan dia berjuang sebagai pemain terakhir di game itu. Dengan semua informasi yang dia miliki selama 6 tahun bermain game ini, dia mencoba menjalani hidup di dalam game ini dengan sebaik mungkin.

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
50 Chs

CH.36 Perpecahan

Mengetahui sorakan itu dari salah satu 7 Deadly Sins itu, aku langsung melompat ke belakang dan kembali ke benteng supaya tidak terkena serangan dari mereka seperti yang kemarin lagi. Semuanya ini akan berakhir perang perang.

"Semuanya serang!! Habisi tujuh orang itu."

Untuk bagian pertama aku tidak akan turun tangan langsung karena hal yang sama akan terulang lagi jika tidak berhati-hati. Makanya semuanya menyerang dengan sihir-sihir tingkat menengah sampai tingkat atas sebagian untuk mengecek sebenarnya seberapa kemampuan bertarung mereka untuk menghadapi kami.

Kalau aku mau bilang sebenarnya satu dari mereka saja mampu menghabisi para warga saja. Namun itu tidak kubiarkan, makanya aku menyiapkan rencana sampingan. Rencana di mana sebagian dari seluruh penyihir akan membawa tugas lain sebagai penyembuh, penyuplai mana, pelindung, dan lainnya. Fokus utamanya tetap untuk menyerang, tetapi yang lain perlu diperhatikan juga.

"Huh, sihir seperti ini mudah untukku. Walleat."

"Sudah kuduga cara ini tidak akan berhasil, lihat saja semua serangan itu ditangkis dengan mudahnya oleh satu dari mereka."

Yang menangkis serangan itu lagi-lagi orang bernama Rick itu. Aku sering mendengar seseorang yang tampaknya seperti pemimpin itu memanggil namanya berulang kali, jadi aku sudah pasti mengetahuinya.

"Sebaiknya kita hentikan serangan percuma ini. Kita harus pakai strategi kedua yang sudah kita siapkan."

"Akan segera dilancarkan."

Strategi kedua berisi dengan kecohan dari para prajurit penyerang jarak dekat. Dengan mengerahkan prajurit dan menyerang dengan sihir tingkat bawah dan menengah kecil, maka dengan perlahan kita bisa menjatuhkan 7 Deadly Sins itu.

"Prajurit maju!!"

Setelah membuka pintu gerbang, para prajurit maju dan menyerang 7 Deadly Sins dengan formasi yang dibentuk dengan cepat. Walau aku tahu ini pasti tidak akan berhasil, tetapi semua kemampuan entah prajurit atau penyihir harus dimanfaatkan dengan baik.

"Oh ayolah masa setelah mempersiapkan segalanya cuma segini kemampuan kalian? Lemah. Yotsuyu, bantai mereka."

"Sangat dipahami, saatnya melegakan tanganku yang sudah gatal dan pikiranku yang kesal karena mereka. Aeterlize. Ditambah dengan, Hyakuman-no-Itami."

Sekejap saja sebagian dari para prajurit itu mengalami luka tebasan pedang yang begitu cepat oleh seorang perempuan bernama Yostuyu itu. Kemungkinan besar kemampuan dari perempuan itu adalah fokusnya kepada pedang. Ini merepotkan.

Hampir bisa dibilang tidak ada celah yang memungkinkan dari pihak kita untuk memberikan serangan yang berdampak walau hanya sedikit saja. Tujuh orang 7 Deadly Sins itu saling melengkapi kelemahan satu sama lain. Menghadapi sekaligus bertujuh akan sulit.

"Kioku, aku rasa pertarungan ini akan berakhir kalah kalau kita tidak melakukan sesuatu. Mereka akan membantai kita tanpa ampun nantinya."

"Sebenarnya aku juga mengerti, tetapi apa yang bisa kita lakukan? Apa Keena punya rencana yang terpikirkan?"

"Rencana yang kupikirkan adalah melawan mereka satu persatu. Maka kita harus memisahkan mereka. Namun aku tidak berpikir ide cara memisahkan mereka."

Kalau kubilang mereka itu hampir satu kesatuan, sulit untuk memecahkan mereka jadi seorang diri. Juga tidak cukup personil yang mampu menarik perhatian dari mereka untuk membawa mereka pergi. Yang bisa hanya aku dan ratu Kioku saja.

"Hmm bagaimana kalau aku menarik perhatian sebagian besar dari mereka dan menahannya untuk sementara? Aku akan menarik perhatian lima dari mereka, kalian akan urusi dua dari mereka."

"Tapi kemampuan seorang dari mereka saja sudah setara dengan dirimu Kioku."

"Tidak perlu khawatir. Dengan tubuh ini aku mampu melepas kekuatanku tanpa khawatir akan apa pun. Tubuh mekanik buatan seperti ini bisa dibuat ulang juga."

Ratu Kioku memang selalu seperti itu, tidak mementingkan dirinya sendiri di atas orang lain. Yang dia inginkan adalah keselamatan semua orang dan kelanjutan kehidupan di dunia ini. Memang begitulah susahnya hidup ini, tidak ada yang bisa dilewati dengan melintas di jalan pintas. Semuanya perlu pengorbanan agar hasilnya setimpal.

Yang dilakukan ratu Kioku sebenarnya belum seberapa, dulu dia berhasil menyelamatkan satu dunia Kimino ini. Sedangkan aku, satu negara kerajaan saja tidak bisa, lemah sekali aku. Perbedaan yang signifikan membuatku merasa tidak berguna.

"Hah~ baiklah, lakukanlah yang menurutmu baik Kioku. Namun jangan paksa dirimu sendiri, kalau memang terlalu sulit bawalah beberapa orang yang terpercaya dan kuat."

"Kalau begitu Koshiyu sayang, bagaimana kalau aku menebus kejadian 32 tahun yang lalu untuk menyelesaikan semuanya ini sendiri?"

"Aku tidak salah dengar bukan? Kioku mengatakan untuk bertarung bersamanya berdua saja? Walau maut di hadapanku tentu saja aku mau."

Pasangan suami istri ini memang hebat, tidak ada hal apa pun yang bisa menghalangi mereka. Aku salut dengan mereka yang berani meregang nyawa mereka walau sebenarnya tahu kalau mereka tidak akan menang melawan lima orang dari 7 Deadly Sins itu.

"Kioku, buat tubuh Koshiyu kembali muda. Bertarung dalam tubuh tua seperti itu akan menyebabkan banyak halangan."

"Benar juga kata Keena. ReVerse."

Sekejap saja tubuh raja Koshiyu yang sudah tua dan beruban menjadi seperti tubuh yang muda seumuran denganku. Mungkin ratu Kioku ingin membawa kembali tubuh raja Koshiyu di masa keemasannya dengan segala kemampuannya.

"Kalau begitu kami tinggal dulu. Selamat tinggal Keena."

"Aku mohon urusi ketiga anakku jika kamu masih di sini dan tidak pulang. Kami akan bersenang-senang."

Aku tidak tahu lagi harus mengatakan untuk harus sedih atau tersenyum. Dari kata-kata mereka, mereka benar-benar sudah siap mati demi negara kerajaan yang dulu mereka pimpin. Seluruh tubuhku ini bergetar merespon ucapan mereka.

"Baiklah, tentu saja."

Namun aku juga tahu, menangis dan bersedih hanya akan menghambat mereka untuk melakukan yang terbaik. Maka walau mataku berkaca-kaca, aku tetap tersenyum kepada mereka yang sudah terbang menjauh dengan cepat.

Sekarang bagaimana aku bisa menjelaskan kejadian ini kepada anak-anak raja Koshiyu dan ratu Kioku? Walau mereka sudah di umur kepala dua dan tiga, mereka tetap akan merindukan kedua orang tua mereka. Apalagi ratu Kioku, mama mereka yang barusan saja kembali.

"Tidak ada waktu untuk bersedih. Semuanya dengarkan perintahku, sesudah raja Koshiyu dan ratu Kioku mengalihkan perhatian lima dari 7 Deadly Sins, kalian akan membantuku menghabisi dua yang tersisa. Paham!?"

"Paham!!"

Benar saja, dengan kemampuan raja Koshiyu dan ratu Kioku, lima dari antaranya berhasil terpancing. Kurasa tujuan 7 Deadly Sins memang untuk balas dendam kepada mereka karena sudah menghabisi mereka di perang 32 tahun yang lalu.

Sebenarnya aku tidak tahu bagaimana asal-usul mereka, tetapi jujur mereka lebih manusiawi dibandingkan para prajurit atau pemimpin Imperial Arkness yang aku ketahui lewat memori ratu Kioku yang aku lihat. Berbeda sekali, itulah kenapa aku sedikit heran.

"Semuanya serang. Jangan ragu untuk melakukan yang terbaik. Serangan kalian tidak akan menyakitiku."

Ada sihir milik job class Mage Healer yang bersifat support terhadap sesama tim. Setiap serangan dari teman sendiri tidak akan menjadi serangan 'friendly fire' terhadap anggota tim yang lain. Ini hanya berfungsi ketika sihir ini diaktifkan terus-menerus.

'Yang terpancing orang yang terlihat seperti pemimpin, orang yang suka mengamuk, yang kelihatannya seperti penasihat, lalu yang menyerangku, dan satunya lagi orang yang pertama kali berbicara denganku seolah maniak segalanya.'

Sisa dua orang yang di sini adalah orang yang paling malas dan satu orang lagi yang aku tidak tahu sebenarnya dia itu Sins yang mana dari ketujuhnya. Kalau dugaan sementaraku yang pergi setidaknya ada Sin Pride, Sin Wrath, dan Sin Greed, sisanya aku tidak tahu. Yang di hadapanku seharusnya adalah Sin Sloth yang tidak terbangun sama sekali.

"Ya ampun aku ditinggal sendirian di sini dengan Loeru. Mereka berlima jahat sekali menyerahkan semuanya ke diriku. Hah~ apa boleh buat."

"Karena aku akan menghabisi dirimu katakanlah namamu. Aku akan mengingat nama orang yang akan kuhabisi."

"Jangan berkata sombong seperti itu. Cukup ketua saja yang pantas menyombongkan diri, tapi baiklah. Namaku Hiro, aku tidak akan kalah dari kalian walau jumlah kalian banyak untuk menghabisi kami berdua saja. Ngomong-ngomong aku Sin Lust."

Nama yang terlalu bagus untuk seorang yang berpihak pada kejahatan. Namun aku rasa orang ini tidak punya nama keluarga karena tidak mungkin orang yang memperkenalkan diri tanpa nama lengkap. Ah lupakan, kenapa aku peduli dengan hal seperti ini.

"Lust? Hawa nafsu? Ahh kukira seseorang yang kuat, tetapi ternyata lemah, huh. Sama seperti perempuan yang sedang tertidur itu di sampingmu."

"Jangan remehkan kami berdua. Loreu, bangunlah mari kita hajar mereka semua."

"Nghh~ sudah harus bertarungkah? Aku masih ingin tidur, tapi baiklah. Hifrid."

Perempuan yang selalu tertidur itu akhirnya bangun dan mengerahkan sebuah sihir. Namun aku tidak melihat dampak apa pun dari sihir itu, hanya kekosongan dan tidak terjadi apa pun. Apa sebenarnya efek dari sihir itu? Atau jangan-jangan sihir gagal? Apa pun itu aku harus menyerang mereka. Melihat mereka pasti lemah dari jarak dekat.

"Huh sihir gertakan atau sihir gagal atau apa pun itu aku tidak takut. [Noukiri]."

Dengan menguatkan kakiku, aku langsung berlari dengan cepat ke arah mereka untuk menghajar mereka dengan kedua pedang pendek baruku ini. Namun sesuatu yang tidak terduga membuatku terkejut sampai tidak tahu harus berbuat apa.

Di sekujur tubuhku, keringat dingin mulai mengalir dengan derasnya mengetahui bahwa aku terjebak dalam sihir lawanku. Satu, aku menjadi lambat sekali dan sulit bergerak. Dua, tubuhku menjadi panas seketika dan setiap aku bergerak, semua indera perasaku aktif merespon terlalu sensitif.

"Sial, apa ini!?"

Jangan-jangan ini sihir dari mereka? Bagaimana aku bisa lepas dari ikatan mereka ini? Aku terjebak oleh sihir yang sangat aneh. Kalau aku tidak melakukan sesuatu pasti aku yang akan terbunuh oleh mereka dengan mudahnya karena tidak bisa bergerak.

"Bagaimana, masih ingin meremehkan kami? Kami adalah Sin Lust dan Sin Sloth, dua Sins kombinasi debuff terkuat yang akan membuat lawan tidak bisa berkutik. Yang barusan itu karena kau terikat oleh sihir pasifku yang membuatmu menjadi terikat kepadaku secara perlahan dan menjadi sensitif akan setiap gerakan."

"Dan sihirku membuatmu melambat hampir 80%."

"Sial, aku harus kabur."

"Tidak semudah itu nona cantik, aku akan bermain-main denganmu dulu."