webnovel

Lahirnya Seorang Putra

Di sebuah rumah sakit seorang wanita sedang berjuang dalam hidup dan mati. Keringat berukuran membasahi wajahnya. Beberapa orang dokter dan perawat mengelilingi tubuhnya yang sedang terbaring di atas ranjang mengangkat kedua kakinya. Wanita itu sedang berusaha dalam perjuangan melahirkan seorang anak yang kini ada di dalam kandungannya.

Seorang pria duduk di samping wanita itu seraya menggenggam erat tangan istrinya. Dia sangat panik melihat istrinya yang semakin lemah. Sudah satu jam lamanya sang istri terus merasakan sakit yang begitu menyiksa tetapi bayi yang ada dalam kandungannya masih enggan untuk keluar.

"Sayang, bertahan lah. Kamu harus kuat, demi anak kita!" pria itu memberikan semangat kepada wanita yang sangat dicintainya yang sedang berjuang untuk melahirkan putra mereka.

"Dokter, keadaan pasien sudah sangat lemah. Apa yang harus kita lakukan?" seorang perawat bertanya kepada dokter yang bertugas menangani persalinan itu. Dokter tersebut terlihat panik. Di rumah sakit tersebut perlengkapan untuk operasi masih sangat minim karena itulah dia tak ingin mengambil risiko dengan melakukan operasi persalinan di sana.

"Kita tidak punya pilihan lain, kita harus tetap menolong persalinan nya di sini," ucap sang dokter kepada perawat itu.

Wanita itu terus berusaha dan berjuang sekuat tenaga yang dia miliki. Dia menyentuh perutnya yang terasa sangat sakit, kemudian menyampaikan pesan kepada putranya melalui hatinya karena dia tahu bahwa hatinya dan juga hati sang putra sedang terpaut bersama.

'Nak, berjuanglah! Kita harus sama-sama berjuang. Mama tahu kamu pasti bisa melakukannya!' ucapnya di dalam hati. Kemudian dia menarik napas panjang dan dalam, setelah itu dia mengumpulkan semua tenaga yang dimilikinya. Lalu mencoba menyalurkan tenaga itu untuk mengeluarkan bayi yang ada di dalam perutnya.

Suara tangis bayi memecahkan kesunyian, memberikan senyuman dan juga air mata di dalam ruangan yang menjadi seksi perjuangan. Rasa sakit yang melilit tiba-tiba lenyap begitu saja seiring dengan keluarnya bayi dalam keadaan selamat. Luka yang sebelumnya menghiasi wajah sang ibu berubah menjadi senyuman penuh rasa lega dan pernah ketenangan. Kenikmatan seorang ibu yang tak pernah bisa diceritakan kepada orang lain adalah nikmat saat dia baru saja melahirkan anaknya. Tidak ada bahasa yang bisa menggambarkan rasa yang dimiliki oleh setiap ibu yang telah merasakannya.

Dokter menyerahkan bayi itu kepada seorang pria yang merupakan ayah dari bayi tersebut. Pria itu mengumandangkan adzan di telinganya. Berharap agar Tuhan senantiasa menjaga putranya.

Ponsel nya tiba-tiba berdering, wajah pria itu berubah seketika. Setelah dia mematikan ponsel dia pun berpamitan kepada istrinya.

"Ada apa?" wanita itu bertanya kepada suaminya. Dia bisa melihat ekspresi wajah suaminya yang tiba-tiba berubah.

"Sayang, aku harus pergi. Ada masalah di perusahaan, aku harus menyelesaikan masalah itu keluar kota. Kamu tunggu di sini ya!" ada masalah yang sangat mendesak sehingga membuat Dika harus meninggalkan istrinya yang baru melahirkan dan putranya.

"Oya, aku sudah menyiapkan nama terbaik untuknya." pria itu juga memberikan selembar kertas berisi sebuah nama. Nur tidak ingin melepaskan kepergian suaminya. Hatinya ragu ketika melihat suaminya menghilang dari mata. Wanita itu pun mulai menangis dan memanjatkan doa berharap agar suaminya segera kembali.

***

Dika dan juga Davin pergi bersama menggunakan sebuah mobil. Mereka diantar oleh seorang sopir dan juga oleh seorang pengawal. Mereka harus segera menemui seorang klien untuk meng klarifikasi masalah kontrak kerjasama di antara kedua belah pihak.

Perjalanan itu cukup melelahkan hingga akhirnya Davin dan Dika terlelap di dalam perjalanan. Namun tiba-tiba terdengar sebuah benturan yang begitu kuat. Davin mencoba membuka matanya, dia melihat sekitar ternyata mobil yang di tumpang mereka sudah terjatuh ke dalam jurang dan masuk ke dalam sebuah sungai yang cukup besar. Davin mencoba membangunkan Dika, pria itu terbangun dan juga merasa terkejut sama dengan dirinya.

Namun yang membuat Davin merasa heran adalah dia tidak menemukan sopir dan pengawal yang seharusnya juga berada di mobil yang sama. Kedua orang itu mencoba membuka pintu mobil, setelah berjuang akhirnya Dika berhasil membuka pintu dan mulai berenang ke permukaan. Namun sampai di sana Dika melihat sopir dan juga pengawal berdiri di pinggir sungai sambil menyodorkan pistol ke arah mereka. Melihat Dika selamat, pengawal itu segera memberikan tembakan kepada pria tersebut.

Saat itu, Davin ingin keluar dari dalam air dan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang sudah berani menembak kakaknya. Namun Dika menghalangi Davin. Dika mencoba menahan tubuh Davin.

Setelah memastikan kedua orang itu meninggal dunia, sopir dan pengawal segera meninggalkan tempat tersebut. Di depan mata Davin, Dika menghembuskan nafasnya. Davin mencoba mengangkat tubuh Dika dan membawanya ke tepian tetapi pria itu sudah kehilangan nyawanya.

"Aaa...." pria itu berteriak dengan sekuat tenaga. Dia marah atas kejadian yang menimpa keduanya. Dia marah karena Dika telah mengorbankan diri demi melindungi dirinya. Dia marah atas penghianatan yang diterimanya. Hatinya yang dipenuhi dengan amarah dan dikuasai oleh kebencian memutuskan untuk membalas kan dendam sang kakak yang telah meninggal dunia.

Mereka mengira bahwa kedua orang untuk sudah meninggal dunia tetapi tidak ada yang mengetahui jika ternyata Davin masih hidup. Pria itu berjanji kepada dirinya sendiri untuk membalas kan dendam kakaknya.

***

Seorang pria paruh baya sedang duduk di sebuah kursi. Dia baru saja mendapatkan kabar bahwa orang kepercayaannya telah menyelesaikan misi yaitu menyingkirkan dua orang yang telah menghalangi jalannya. Dia adalah Dimas Ibrahim. Yang merupakan kakak tertua dari keluarga Ibrahim.

Davin memasuki ruangan di mana pria itu berada. Dia mengambil sebilah pisau kemudian meletakkan pisau di leher Dimas mengikat tubuhnya dari belakang.

"Apakah kamu pikir kamu bisa menyingkirkan kami begitu saja? Kamu pikir kami akan menyerah begitu saja? Tunggulah! Aku akan segera datang untuk membalas dendam kepadamu dan juga kepada orang-orang yang bekerjasama dengan mu." pada awalnya Davin ingin membunuh Dimas seperti pria itu membunuh Dika, tetapi dia mengurungkan niatnya saat mendengar percakapan antara Dimas melalui ponsel dan mengatakan bahwa ada lima orang untuk menghancurkan Davin dan juga Dika. Dia memutuskan akan menemukan keempat orang tersebut dan melakukan balas dendam yang paling menyakitkan yang pernah dibayangkan oleh setiap manusia. Salah mengancam Dimas, Davin pergi meninggalkan ruangan itu.

Pintu ruangan itu terbuka seorang pengawal ingin masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Ada apa pak?" tanyanya.

"Tidak apa-apa. Semua baik-baik saja!" jawab Dimas, dia menutup pintu kemudian beralih mencari Davin beberapa saat yang lalu berada di dalam kamar itu. Tetapi pria itu sudah terlambat karena Davin sudah menghilang dari balik jendela yang terbuka lebar.

***