webnovel

Jangan Memanggilku!

Editor: Wave Literature

"Dasar brengsek, apa kamu tidak tahu perbuatan yang telah kamu lakukan?" Yan Wendong benar-benar ingin melempar cangkir tehnya ke anak bungsunya ini.

Dari ketiga anak laki-lakinya ini, anak bungsunya inilah yang paling membuatnya sakit kepala.

"Banyak sekali yang aku lakukan diluar sana, Aku tidak tahu mana yang Anda maksud?" Nada bicara Yan Lishu yang datar ini justru terkesan menghina Yan Wendong. Spontan orang tua ini makin emosi melihat sikapnya.

"Hah, lalu apa yang diberitakan di televisi tadi? Dari mana kamu bisa mempunyai seorang anak perempuan diluar sana!" Ucapnya sambil menunjuk ke layar televisi di ruangan ini.

Ternyata Yan Wendong mendengar pertanyaan salah seorang wartawan tadi pada siaran festival film tersebut. Rasa geramnya pun sampai membuat wajahnya seketika menggelap seperti arang. Oleh sebab itu, Ia segera menyuruh Yan Jianhua menghubungi Yan Lishu untuk menyuruhnya pulang.

Yan Lishu sangat lemas dengan ucapan Yan Wendong, ternyata dirinya diminta pulang hanya karena rumor yang tidak jelas ini. "Bukankah kalian selalu menginginkanku menikah dan mempunyai anak, kini kalian memiliki cucu perempuan dan masih tidak merasa senang?"

Yan Lishu jadi mengingat kembali sosok Qin Mu yang memeluknya. Ia juga ingat saat gadis itu dengan licik memanggilnya ayah, ia pun mengerutkan alisnya. Lain kali kalau bertemu lagi dengan gadis kecil itu, ia pasti akan mengikatnya dan memukul pantat kecilnya itu.

Sedangkan Yan Xun yang sebagai teman sekolah Qin Mu, secara tidak terduga menjadi target sorotan Yan Lishu.

Yan Xun sebagai penonton dan juga sebagai anggota keluarga termuda sebenarnya juga tidak memiliki hak untuk berbicara. Alhasil ia hanya dengan fokus menyaksikan adegan yang sudah terjadi ini. Walau demikian, ia masih belum sadar bahwa anak yang dimaksud wartawan tadi adalah temannya, Qin Mu. 

Ketidak sadarannya ini tentu membuatnya bertanya, 'kenapa tatapan paman jadi seperti itu padaku?' Semangka yang ada di tangannya bahkan hampir jatuh karena tatapannya itu.

Yan Xun mulai berkeringat dingin, ada apa dengan paman? sepertinya aku tidak mengganggunya…...

'Senang? Tidak mati sudah ampun!' Pikir Yan Lishu saat menatap tajam Yan Xun.

"Kalau kamu berani memiliki anak di luar sana, aku akan mematahkan kakimu itu!" Yan Wendong memperingatkan Yan Lishu dengan tegas.

"Anda sudah sering mengatakan itu padaku. Tapi lihat, aku baik-baik saja sampai sekarang, kan!"

"Kamu..." Orang tua ini pada akhirnya hanya bisa menatap anak bungsunya itu dengan kesal.

Melihat pertengkaran mereka semakin membara, Situ Wan cepat-cepat menarik tangan suaminya, "Sudahlah, jangan bertengkar lagi. Wartawan jaman sekarang suka mengarang berita sembarangan. Hal ini juga pasti hanya omong kosong saja, betul, kan?"

Mata Situ Wan memberikan isyarat ke arah anak sulungnya.

Yan Jianhua segera menyambungnya, "Betul kata Ibu, Ayah. Ayah jangan marah dulu, dengarkan dulu penjelasan dari Lishu!"

Kemudian Yan Jianhua melihat ke arah Yan Lishu dan memberikan isyarat kepadanya. Ia ingin melanjutkan usaha ibunya untuk menenangkan ayahnya. Dengan demikian, semakin cepat mereka berdua menenangkan emosi Ayah serta memperbaiki suasana hatinya, maka hal ini juga akan terlewatkan.

Sayangnya Yan Wendong malah tidak menerima penjelasan apapun, "Penjelasan apa lagi, hah!".

Astaga, di antara ketiga anak laki-laki Yan Wendong, sifat Yan Lishu lah yang paling mirip dengannya, 

Melihat kejadian ini, sebenarnya terdapat kesamaan antara ayah dan anak ini. Ya, mereka sama-sama memiliki sifat galak dan pemarah. Keduanya juga tidak menunjukkan rasa ingin mengalah satu sama lain.

Dengan demikian sudah jelas, Yan Lishu bahkan menjawabnya dengan enggan saat memberikan penjelasan, "Huh, ya, ini tidak nyata!"

*****

Sikap Yan Lishu memang dikenal cukup keras. Terutama sejak ia sudah dewasa dan memutuskan tinggal sendirian, ia sudah jarang menginap di rumah orang tuanya.

Selesai dari perdebatan keluarga tadi, Yan Lishu langsung menuju kamarnya di rumah ini untuk membersihkan diri. 

Setelah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dalam kamarnya, ia pun mendengar suara ketukan pintu. Ternyata Situ Wan sudah berdiri di depan pintu sambil membawakan sepiring buah-buahan, "Sudah mandi? Ah tepat, kamu bisa makan buah."

Yan Lishu mengambil buah-buahan dari tangan ibunya dan meletakkannya di atas lemari, kemudian ia pun menutup pintunya kembali.

"Eh... eh... aku belum selesai ngomong, kok sudah ditutup pintunya!" Situ Wan menggunakan badannya untuk menangkis pintu yang akan ditutup itu. Situ Wan melihat anak bungsunya ini dengan senyuman cerah, anak ini sungguh memiliki kegagahan seperti masa mudanya.

"Xiao San, akhir-akhir ini bagaimana kehidupanmu?"

Yan Lishu mengerutkan alisnya dan membalas pertanyaan ibunya dengan malas, "Ibu, jangan memanggilku Xiao San."

Kedua tangan Situ Wan langsung diletakkan di samping pinggangnya, dengan keras ia mengatakan, "Kamu dilahirkan dan dibesarkan olehku, sekarang nama panggilanmu pun aku tidak boleh memanggilnya?"

Yan Lishu terdiam dengan pernyataan ibunya yang keras itu. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan bersandar di pintu, "Ibu, apa yang ingin kamu katakan?"

Situ Wan segera mengeluarkan setumpuk foto yang disimpan di belakang badannya itu, "Coba kamu lihat ini, ada yang cocok tidak? Aku ingin kamu bisa kencang dengan salah satu dari mereka!"

Demi melepaskan diri dari tuntutan ibunya itu, Yan Lishu hanya melirik setumpuk foto itu yang ada di tangan Situ Wan dan mengambilnya. Dengan rasa tidak tertarik, ia berjalan menuju lacinya dan menaruh foto-foto dari ibunya itu.