webnovel

Hal yang Tidak Terduga

"Ma-maafkan saya Tuan Richard Alexander. Sa-saya hanya ingin menyerahkan bingkisan ini saja."

Dengan sedikit takut, Viona memberanikan diri untuk melangkah mendekat, menyerahkan bingkisan berwarna silver itu kepada pria yang ada di depannya.

Pria itu menerima paket bingkisan dengan sedikit kasar.

"What is this?" tanya Richard pada Viona. Kedua mata biru Richard menatap tajam.

"Ma-maaf Tuan, soal itu saya kurang tahu. Sepertinya itu sesuatu yang penting untuk anda, Tuan," imbuh Viona dengan sedikit canggung. 'Wah, gawat aku tidak tahu isi dari bingkisan apa. Semoga Tuan Richard Alexander senang menerima bingkisan itu.,' gerutu dalam hati Viona.

"Sa-saya hanya diutus untuk mengantarkan paket itu kepada anda, Tuan."

"Apa ada hal lain, yang ingin anda sampaikan?" imbuh Richard.

"Tidak Tuan," balas Viona dengan sopan.

Ekspresi perempuan muda itu terlihat sangat canggung. Viona sama sekali tidak mampu untuk menatap kedua mata biru pria di hadapannya yang sedari tadi memandangnya dengan tatapan tajam dan kurang bersahabat.

Richard meletakkan bingkisan berwarna perak di atas meja, bangkit dari tempat duduk lalu berjalanan mendekat.

"Karena sudah tidak ada keperluan lagi silahkan anda keluar!" imbuh pria itu sambil membuka pintu kamarnya, mempersilahkan Viona untuk segera keluar.

"Baiklah Tuan. Maaf telah mengganggu anda," ujar Viona dengan sopan, sambil membungkukan sedikit badannya. Viona mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar nomor 1220 itu.

Sedetik kemudian pintu kamar presidential suite itu kembali tertutup. Terdengar bunyi pintu itu kembali terkunci dari dalam.

***

Richard mengambil kotak bingkisan berwarna perak di atas meja tamu. Sebuah kartu ucapan berwarna merah muda tersemat di pita pengikat kotak.

Kartu itu bertuliskan 'Happy Valentine's Day. Love knows no boundaries. You're always be my admire.' Hanya itu yang tertulis di kartu, tanpa nama pengirim atau lainnya.

Pria itu mendengus pelan lalu tersenyum sinis, saat membaca tulisan di atas kartu ucapan itu.

"Berani sekali dia melakukan hal konyol seperti ini padaku!" geram Richard sambil meremas kartu ucapan berwarna merah muda itu hingga tak kusut tak berbentuk.

Kemudian ia mulai membuka kotak bingkisan berwarna perak. Kedua alis Richard bertaut, saat mengetahui isi dari kotak itu adalah sekotak coklat swiss merk ternama.

"I hate Chocolate!" dengus Richard secara perlahan, lalu melempar sekotak coklat itu ke atas ranjang.

Sekotak coklat itu tanpa sengaja mengenai dada wanita cantik yang sedang tertidur di atas ranjang. Wanita cantik berambut coklat tua itu terbangun, terduduk di atas ranjang. Mengerjap-ngerjap melihat ke arah Richard.

"Ada apa Tuan, kenapa anda terlihat gusar?" tanya wanita itu kepada Richard.

"Oh, kau sudah bangun rupanya, Kim," sapa Richard dengan hangat.

"Itu ada sekotak coklat. Makanlah. Aku tidak bisa makan itu," ujar Richard.

"Benarkah ini untuk saya?" tanya wanita itu dengan girang.

"Ya ambilah, itu untukmu."

"Terima kasih Tuan," seru wanita itu dengan girang.

"Tetapi sebelum itu, temani dulu aku mandi."

Richard pun melangkah mendekat, kemudian menggendong tubuh wanita cantik itu sambil menciumi lehernya yang jenjang dengan penuh gairah.

"Ah, kumohon hentikan. Anda membuat saya merasa ah...," desah wanita cantik itu dengan lirih.

***

Viona segera melangkah keluar lift, turun di lantai dasar. Suasana lobi hotel mewah itu masih tampak lenggang, hanya beberapa orang petugas hotel yang berseliweran. Yah, tentu saja karena masih terlalu pagi bagi sebagian orang untuk beraktivitas di musim dingin.

Belum sampai Viona melangkah keluar meninggalkan Hotel Ritz Cartlon, telepon genggam miliknya berdering nyaring.

Viona buru-buru merogoh sling bag berwarna coklat muda yang ada di samping kiri pinggangnya, berusaha mengambil telepon genggam miliknya. Rupanya ada panggilan masuk. Viona memutar kedua bola matanya, ketika membaca nama yang terpampang dilayar telepon gengam itu. Monica Lewisky, nama yang tidak asing lagi bagi Viona.

"Halo selamat pagi Viona. Apakah kau sudah mengantarkan bingkisan untuk Tuan Richard Alexander? "

"Selamat pagi, Miss Lewisky. Saya sudah mengantarkannya sesuai alamat yang anda berikan kemarin."

"Bagus sekali. Bagaimana apakah Tuan Richard Alexander menerima bingkisan itu?"

"Benar,Tuan Richard Alexander sendiri yang menerima bingkisan paketnya"

"Bagus. Apakah beliau berkomentar sesuatu tentang bingkisan itu?"

"Tidak, beliau tidak berkomentar apa pun tentang bingkisan itu. Hanya menerimanya begitu saja lalu menyuruhku untuk pergi."

Viona memutar bola matanya, di dalam hati mengerutu 'Seandainya saja Monica Lewisky tahu pria seperti Richard itu.' Sayangnya kata-kata itu tidak terdengar oleh Monica Lewisky, atasannya. Karena kata-kata itu hanya terucap di batin Viona. Perempuan muda itu tahu jika ia sampai mengucapkan kata-kata itu sama saja mencari perkara dengan Monica yang keras kepala.

"Baiklah Viona, terima kasih atas kerja samanya. Oh ya, jangan lupa besok besok adalah hari penyambutan CEO baru kita. Datanglah lebih awal bantu tim HR-GA untuk mempersiapkan semuanya. Oke!"

"Ok, Viona. See you tommorow," imbuh Monica Lewisky sebelum mengakhiri teleponnya.

"Baik, Miss Monica. See you tommorow," balas Viona dengan sopan. Panggilan telepon pun berakhir.

***

Keesokan harinya, hari senin di minggu kedua di bulan febuari. Viona bangun lebih awal dari biasanya.

Pukul 08.00, masih pagi untuk memulai perjalanan ke kantor yang terletak di pusat bisnis West End, London.

Viona segera menuju ke stasiun bawah tanah Victoria yang terletak tidak begitu jauh dari unit apartemen tempat tinggalnya.

Tentu saja sebagai karyawan baru diperusahaan, Viona berusaha untuk menunjukkan kinerja yang baik. Ia tidak ingin mendapatkan catatan buruk di masa training ini. Satu sampai tiga bulan kedepan adalah masa-masa penting baginya agar bisa diangkat menjadi karyawan tetap.

Gadis cantik itu pun, berusaha mempercepat langkah kakinya di atas jalanan putih bersalju.

Sepagi ini salju sudah menumpuk setinggi mata kaki di jalanan raya. Mengenakan sepatu boots, Viona mempercepat langkahnya menuruni, anak tangga di stasiun kereta api bawah tanah Victoria. Hari ini, sengaja sengaja mengambil jadwal paling awal dari keberangkatan kereta, karena tidak ingin telat ke kantor. Ia ingin mendapatkan perfomance appraisal yang baik dari atasannya.

Untunglah jadwal kereta bawah tanah, selalu tepat waktu. Jadi gadis cantik itu bisa sampai di kantor lebih awal.

Yah, di bulan febuari meskipun sudah memasuki bulan terakhir di musim dingin, tetapi tahun ini salju masih saja turun. Suhu udara pagi 1 derajat celcius. Cukup membuat mengigil.

Tampak, petugas damkar membersihkan salju yang menumpuk di jalanan menggunakan truk khusus pembersih salju, agar tidak menghambat para pengguna jalan raya. Terutama para pengendara mobil.

Pukul 8.30 pagi, suasana kantor masih belum begitu ramai. Belum banyak karyawan yang datang.

Hanya ada satpam yang tampak berjaga di lobi depan, serta petugas cleaning service tampak membersihkan lantai dengan kain pel.

"Selamat pagi," sapa Viona ramah kepada satpam dan petugas cleaning servis itu.

Mereka pun membalas sapaan Viona dengan ramah. "Selamat pagi Nona Ryders."

Saat Viona sedang menunggu di depan lift, untuk menuju ke ruangan di lantai 2. Tiba-tiba ada suara yang memanggilnya dari arah belakang.

"Nona Viona Ryders!"

Hi semua saya mengadakan sedikit perbaikan di Bab 2 ini semoga ceritanya semakin baik.

Like it ? Add to library!

Rainy_Qiucreators' thoughts