Acara pembagian makanan sudah Dexstar laksanakan, mereka semua juga sempat bermain-main dengan anak-anak yang ada di sana. Masyarakat bersikap hangat kepada mereka dan Skay senang mengetahui fakta itu. Saat ini Skay berada di dalam tenda, ia makan karena sedari pagi perutnya belum diisi makanan.
Ia makan dengan nasi dan juga lauk sisa tadi, anggotanya yang lain sudah pada makan dan hanya ia sendiri yang belum makan. Ia sengaja menyuruh anggota Dexstar untuk beristirahat, ada yang di tenda masing-masing ada juga yang di luar dan duduk di bangku. Skay makan dengan tenang, setelah habis ia membuang tempat makanannya ke tempat sampah.
"Kalian lihat Yula?" tanya Skay.
"Cari air sama yang lain."
"Udah dari tadi berangkatnya?" tanya Skay lagi.
"Iya, ketua butuh sesuatu?"
Skay menggeleng. "Enggak, kalian lanjutkan istirahatnya. Saya mau nyusul Yula dan yang lain," pamit Skay.
"Hati-hati ketua."
"Iya," balas Skay.
Skay turun, ia mulai masuk ke dalan hutan. Kebetulan jalan mau ke air terjun sudah di tandai oleh anggota Dexstar, jadi memudahkan untuk berjalan ke sana seorang diri. Akesnya pun cukup mudah, rumput-rumput tinggi sudah ditebangi dan hanya tinggal pohon-pohon yang menjulang tinggi.
Skay terus berjalan, udara di sini sangat asri beda sekali dengan udara yang ada di desa. Di sana cenderung lebih panas dan pengap, sampai akhirnya Skay bisa melihat Yula di bawah sana. Ia segera turun, sebab percuma memanggil nama Yula, karena di sini suara arus air cukup deras.
"Kok kamu bisa ada di sini?" tanya Yula yang terkejut mendapati keberadaan Skay.
"Tadi aku cari-cari kamu, terus mereka bilang kamu ada di sini," jawab Skay.
"Aku tadi nemenin mereka ambil persediaan air," ujar Yula sembari menunjuk para laki-laki yang tengah mengisi air di dalam galon dalam jumlah yang sedikit banyak.
Skay duduk di sebelah Yula. "Kamu ngerasa kayak ada yang janggal gitu enggak?" tanya Skay.
"Emangnya apaan?" tanya Yula.
Skay menggeleng singkat. "Aku enggak tau, hatiku kayak cemas gitu. Aku sendiri enggak tau apa yang terjadi," jawab Skay yang mulai merasakan perasaan aneh yang sulit untuk di deskripsikan.
Skay merasa gelisah sendiri, ia minum air pemberian Yula. Dirinya mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan-lahan. Mungkin ini hanya perasaannya saja, ia tak boleh merasa takut seperti ini, karena melihat wajah pucat milik Skay.
Yula pun mengajak Skay pergi dari sini, dengan tangan digenggam oleh Yula Skay berjalan pergi keluar dari hutan ini. Entah kenapa jantung Skay berdetak lebih cepat lagi, ia tak bisa merasa tenang persis seperti kejadian waktu ia tinggal di desa dulu. Perasaan ini benar-benar aneh, ada apa sebenarnya dengan dirinya?
"Ketua, ada kabar penting."
Skay dan Yula melihat ke depan, mereka melihat ada salah satu anggota Dexstar berlari ke arah mereka.
"Ada apa?" tanya Skay dan Yula bersamaan.
"2 teman kita di temukan tewas di semak-semak."
Deg
Yula dan Skay mematung di tempat, Skay terduduk lemas di atas tanah basah ini. Pandangannya kosong, kabar apa lagi ini Tuhan?
***
Sementara Tije dan Vito membuang mayat 2 orang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Mereka tak tau apa yang terjadi kepada 2 orang itu, tadi Kenzo menyuruh mereka untuk datang ke laboratorium dan ternyata sudah ada mayat. Pasti ini ulah Kenzo, dan mereka disuruh untuk membuang mayat ini.
Mayat itu bergulung-gulung jatuh ke dalam jurang, Tije membersihkan debu di tangannya. Mereka bergidik ngeri melihat luka-luka yang ada di tubuh orang itu. Kenzo benar-benar psikopat, sialnya mereka tak bisa mencegah hasrat Kenzo untuk tak membunuh orang sembarangan. Tak ada yang berani menentang apa yang Kenzo lakukan.
"Kita kembali sebelum ada yang tau," ujar Tije.
"Dia anggota Dexstar, entah bagaimana jika Skay tau," ucap Vito sembari berjalan menjauh bersama dengan Vito.
"Biarlah menjadi urusan Kenzo, lagi pula Skay sudah di peringatkan jika Kenzo itu psikopat," jelas Tije.
"Akan ada peperangan antara Kenzo dengan Skay," ujar Tije.
"Semoga saja Kenzo tak lepas kendali dan membunuh Skay," ucap Vito penuh harap.
"Kenzo tak mungkin menyakiti Skay, akun merasa mereka ada suatu ikatan tak terlihat," ungkap Tije.
Vito terdiam, ia menjadi teringat kejadian kemarin di mana Kenzo bisa makan sepuasnya di samping Skay. Sebelumnya Kenzo tak bisa makan, dia bergantung kepada obat yang mempunyai efek samping. Jika dipaksakan untuk makan Kenzo akan sakit, namun kemarin sungguh luar biasa.
Bahkan ia tak menyangka jika Kenzo bisa menghabiskan makanan segitu banyaknya. Dan setelah Skay pergi dari markas, Kenzo tak lagi makan dan hanya minum sedikit itu pun untuk membantu menelan obat. Benar kata Tije, mereka sebenarnya mempunyai sebuah ikatan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
"Apakah mereka saling jatuh cinta?" tanya Vito.
"Mungkin iya mungkin tidak, di sini mereka mempunyai misi yang berbeda. Misi kita menghancurkan desa ini dan isinya, setelahnya kita akan membangun segala macam teknologi. Serta misi Skay membuat kita pergi dari sini dan menggagalkan rencana kita," ungkap Tije.
"Skay sangat peduli dengan yang namanya kemanusiaan dan lingkungan, sedangkan Kenzo tak memikirkan itu semua. Jabatannya sebagai ilmuwan membuat ia gemar menciptakan teknologi yang dapat merusak bumi ini, Kenzo juga seorang psikopat," tambah Vito.
"Kenzo dan Skay, dua orang berbeda dari segala jenis perbedaan," ucap Tije dan Vito secara bersama-sama dan mereka tertawa lepas.
"Stop membicarakan raja sains kita, nanti kita bisa didepak dari Dark Wolfe," bisik Vito.
Mereka berjalan sedikit cepat menuju markas, kebetulan pembuangan mayat tadi cukup jauh dari posisi markas. Tenang saja, tadi mereka sempat menyuntikkan pengawet kepada tubuh mayat itu. Juga cairan entah apa yang membuat mayatnya tak bau dan juga tak di makan oleh serangga.
Sesampainya di markas mereka langsung masuk ke dalam, menyemprot tubuh mereka dengan disinfektan agar tak ada virus dari luar yang mereka bawa. Tije selesai terlebih dahulu dan berjalan menuju ruang makan. Di sana terdapat Dokter Edward dan juga Satya yang duduk sembari bermain HP.
"Kapan dokter akan kembali ke kota?" tanya Tije.
"Kau mengusir saya?" tanya Dokter Edward.
"Tidak! Hanya bertanya saja," balas Tije dengan mulut berdecak sebal.
"Saya akan kembali ke sana, setelah memastikan ketua kalian baik-baik saja. Bisa-bisa saya mendapatkan masalah jika dia mati karena kelaparan," jelas Dokter Edward.
Tije mengangguk paham. "Obatnya akan segera di temukan, juga obat dari seorang psikopat akan segera datang," ujar Tije dengan suara rendah.
"Semoga saja secepatnya, dia tersiksa dengan semua ini tanpa ada yang tau," balas Dokter Edward. Setelah percakapan singkat itu suasana kembali hening, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.