webnovel

TERDAMPAR DI LEMURIA

Bermaksud menyingkir sejenak dari kehidupan yang menjenuhkan di kota besar, Gayatri berlibur beberapa hari di kota kelahiran nenek buyutnya. Tempat yang amat jarang dikunjungi. Sebuah benda keramat tak sengaja ia temukan. Ternyata benda itu adalah portal yang mampu membawanya memasuki kehidupan di masa ribuan tahun lalu. Petualangan Gayatri di negeri bak dongeng yang bernama Lemuria pun dimulai.

Serafey · Fantasy
Not enough ratings
13 Chs

Ashfara

Amma meniup ubun-ubun Ashfara yang tergeletak lemah di pelukannya. Mata anak itu masih tertutup rapat, hanya nafasnya yang terlihat naik turun dengan teratur seperti sedang tidur nyenyak.

Nyanyian orang-orang yang duduk melingkar sudah berhenti bersamaan dengan meredupnya cahaya dari bola kristal. Baba berdiri dan menghampiri Amma. Diperhatikannya dengan seksama wajah Ashfara.

"Dia tertidur, Amma. Apa kita bawa pulang sekarang saja?" tanyanya.

Amma belum bergeming, dia takut jiwa Ashfara yang asli belum kembali. Ditepuk-tepuknya pipi montok anak perempuan itu.

"Bangun, Ra … bangunlah, sayang …" bisiknya di telinga Ashfara.

Ashfara belum juga membuka matanya. Orang-orang sudah mulai beranjak meninggalkan tempat itu. Namun Amma tak ingin pulang selama anaknya belum bangun.

Babaji berjalan mendekati mereka. Ketiga kakak lelaki Ashfara mengikutinya sambil bersenda gurau, mereka menirukan gaya berjalan kakeknya yang memegang tongkat. Di saat begini, masih sempat-sempatnya anak-anak itu bercanda.

Baba menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan anak-anaknya itu. Hendak marah tapi itu darah dagingnya sendiri. Dia sendiri teringat tingkahnya saat kecil dulu yang tak kalah bandelnya. Entah apa alasan R'wheyna mau menerimanya. Kannawa menatap istrinya dengan pandangan sayang, teramat sayang.

Babaji meletakkan tangannya diatas dahi Ashfara.

"Tenang R'wheyna. Dia sudah kembali, sekarang ia tertidur biasa saja karena kelelahan. Anak sekecil ini sudah melakukan perjalanan menembus waktu yang menguras energinya." Kata Babaji.

"Babaji, kapan dia akan terbangun?" tanya Amma.

"Sebentar aku bangunkan." Ujar Babaji. Dikeluarkannya manisan buah dari dalam tasnya ke atas hidung Ashfara. Anak itu bereaksi, matanya terbuka sedikit namun kemudian terpejam lagi.

"Ra? Dia bangun, tapi tidur lagi!" seru Amma pada Baba.

Babaji tak kehilangan akal. Dia menoleh pada cucu-cucu lelaki yang membuntutinya.

"Kalian mau MANISAN BUAH?" tanyanya dengan suara yang sengaja dikeraskan.

Serempak ketiga anak itu menjawab, "MAUUUU …!" Mereka berhamburan, tak sabar berebutan ingin mendapatkan manisan buah dari tangan Babaji.

Ashfara yang tadinya masih tidur tiba-tiba ikut terbangun dan mengambil manisan buah dari tangan Babaji yang terulur padanya. "Ini punya, Ra!" katanya galak.

Amma dan Baba yang melihat itu tak bisa menahan rasa kaget sekaligus gelinya.

"Hahaha … dasar anak manja! Kalau sudah dengar manisan buah pasti semua dikalahkan." Ucap Amma sambil mencubit gemas pipi Ashfara.

"Aduuh! Sakit Amma …" keluh Ashfara sambil menggelendot manja di tangan ibunya.

"Amma, Baba … tahu tidak? Tadi Ra mimpi aneh," kata Ashfara dengan ekspresinya yang serius tapi lucu.

"Mimpi apa, sayang?" tanya Amma dengan penuh perhatian. Rupanya Ashfara mengira jiwanya yang bertukar tubuh sebagai mimpi.

"Ra lihat orang-orang yang aneh, rumah mereka aneh, baju mereka aneh. Dan yang menakutkan lagi, mereka memakan ayam dan ikan. Hiii … seram!" cerita Ashfara dengan lancar.

Sambil bercerita anak itu mengunyah buah manisan yang ada di tangannya. Pipinya sampai belepotan saking lahapnya. Baba dan Amma mendengarkan saja celotehan Ashfara.

"Mereka itu … tak mengerti kemauan, Ra. Hanya seorang nenek yang baik hati yang bisa memahami Ra." Lanjut Ashfara lagi. Saat sedang mengingat-ingat sosok nenek yang ditemuinya dalam mimpi, tiba-tiba ia terdiam dan melihat kearah Babaji.

"Babaji, aku rasa dia adalah Mamaji!" Kata Ra dengan cepat. Ra memang tak pernah bertemu dengan neneknya, istri dari Babaji. Ia lahir ketika neneknya itu sudah meninggal.

"Benarkah itu?" tanya Babaji dengan tenang.

"Iya, benar. Dia sudah tua seperti Babaji, tapi masih kuat. Mungkin umurnya sudah ratusan tahun." Tambah Ashfara.

"Mana ada manusia di masa depan yang umurnya panjang, Ra." Potong Baba. "Umur mereka pendek-pendek karena bumi semakin sesak dengan manusia."

"Ra tidak bohong, Mamaji benar sudah tua sekali tapi dia baik-baik saja," Ashfara masih bersikukuh dengan pendapatnya.

"Iya, iya… sudahlah, lupakan Mamajimu. Kita pulang sekarang ya," ajak Amma.

Tak menggubris ajakan Amma, Ashfara justru berpaling pada Babaji.

"Babaji, manisan buahnya masih ada? Ra masih lapar," kata anak itu sambil memegangi perutnya, pura-pura kelaparan.

"Ini, manisan terakhir hari ini buat Ra …" kata Babaji sambil mengulurkan sebuah manisan kering.

Ashfara menerimanya dengan raut wajah gembira.

"Babaji … Mamaji bilang dia merindukan Babaji dan menunggu dijemput. Rindu itu apa?" tanya Ashfara dengan polosnya.

Babaji yang hendak naik ke punggung naganya tersentak dan menghentikan langkahnya.

"Dia bilang begitu padamu, Ra?" tanya Babaji seolah tak percaya.

Ashfara mengangguk dengan cepat. "Benar, dia bilang begitu padaku."

"Baiklah, sepertinya memang ada urusan lama yang harus Babaji selesaikan. Nanti kalau sudah waktunya Babaji akan menjemputnya," ujar Babaji dengan senyuman penuh arti.

Babaji melambaikan tangan kemudian melompat ke punggung naganya yang berwarna hijau kekuningan. Dalam sekejap naga itu sudah melesat tinggi ke langit dan kemudian menghilang.

"Ayo kita juga pulang!" ajak Baba. Bergantian Baba menaikkan Kal, Kaf dan Kay ke punggung Daggeon. Terakhir Amma melompat sambil menggendong Ashfara.

"Pegangan yang kencang, Ra!" kata Amma. Ashfara mengangguk.

Setelah semuanya aman berada dipunggung Daggeon, Baba memerintahkan naga itu untuk terbang.

Daggeon terbang dengan santai saja. Dia mengerti kali ini membawa banyak anak-anak dan tak membuat mereka jatuh.

Diatas punggung Daggeon, Ra kembali berceloteh.

"Amma, apakah tadi Ra tertidur cukup lama?" tanyanya. Ra merasa seperti sudah lama tak bertemu dengan ibunya.

"Tadi? Kamu tidur sudah hampir dua minggu, Ra." kata Baba dari arah depan.

"Dua minggu itu berapa lama?" tanyanya.

"Dua minggu itu sama dengan empat belas malam, lama sekali bukan?'" sahut Amma.

Ashfara membuka jari-jari tangannya dan menghitung, namun tak juga ketemu hitungan 14. Ashfara umur 3 tahun belum paham matematika.

"Huuff… sepertinya memang lama sekali Ra tertidur ya, Amma?" katanya akhirnya.

"iya, lama sekali sayang. Apa Ra tidak kangen Amma dan Baba? Kok perginya lama sekali?" tanya Amma sambil memeluk Ashfara.

"Kangen sekali, Amma. Berulangkali Ra minta pulang pada Mamaji, tapi dia bilang tidak bisa mengantarkan. Harus Amma yang menjemput Ra pulang."

Amma mencoba memahami rumitnya kejadian yang dialami Ashfara. Walaupun tetap saja tidak sepenuhnya mengerti, Amma hanya berusaha membuat Ashfara nyaman. Amma tak ingin Ashfara terus teringat pada pengalamannya melintasi portal waktu. Dia masih terlalu kecil.

"Apakah Ra tidak mengantuk?" tanya Amma sambil mengusap kepala Ashfara.

"Ngantuk sedikit," jawab anak itu.

"Kalo begitu tidurlah bersandar pada Amma. Rumah kita masih agak jauh." Kata Amma. Tangan Amma terus mengusap kepala Ashfara hingga lama kelamaan anak itupun menguap dan mulai memejamkan mata.

Daggeon terbang begitu tenang kearah matahari yang sebentar lagi terbenam. Langit terlihat berwarna jingga dihiasi awan-awan putih keemasan. Bintang gemintang diatas kepala mulai tampak berkerlipan. Dunia yang indah bak dongeng ini bernama Lemuria.

SELESAI