webnovel

1. KEPOMPONG TELAH BERUBAH

Sepulang sekolah seperti biasanya , Bara selalu menjemput Senja. Sekolah Bara dan Senja memang berbeda tapi searah, itulah mengapa Bara selalu menunggu Senja dan begitupun sebaliknya "Eits... lama amat neng? hampir jadi krupuk nih!!!" Kata pertama Bara saat Senja mulai menggapai helm dari tanganya. "seperti biasa, pelajaran tambahan, yuk cabut!" Senjapun membalas dengan senyuman manis. Mereka terlihat seperti dua pemuda yang sedang menjalin asmara, tapi sebenarnya mereka hanyalah sahabat, sahabat yang sangat erat sejak dibangku merah putih. Rumah yang masih satu komplek, masa biru putih satu sekolah.Terpisah sementara dibangku putih abu-abu dan saat kembali pulang ke rumah. Tak pernah ada kecanggungan diantara keduanya, saat Bara butuh Senja, dia selalu ada untuknya, begitupun sebaliknya. Senja terlihat lebih manja pada Bara, karena Senja berusia 8bulan lebih muda dari Bara. Mereka selalu bersama dan tejadwal, menjemput Senja pergi dan pulang sekolah, belajar bersama meski berbeda jurusan, pergi makan sesekali keluar, hingga banyak yang mengasumsikan mereka "Pacaran".

"Tiiin...tiiiiin..tiiiiiiin" terdengar suara klakson sepedah motor Bara. Senjapun langsung berlari keluar dengan sehelai roti tanpa selai ditanganya. "Maaf...maaf...telat" sambil melahap roti yang sedari tadi digenggamnya. "lha...memangnya ini mau kemana neng?" neng adalah panggilan Bara pada Senja sejak dulu. "@#%#%@" Senja bingung tak berkutik, "ini hari apa sih?" sambil menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. "Hari kamis, off day neeeeng..tanggal merah!!!".sambil menunjukkan baju yang dipakai Bara, setelan celana pendek hitam dengan kaos oblong putih bermerk." Nah terus kenapa kesini???huft" Senja sebenarnya malu, tapi dia tutupi dengan rasa kesal. "Ya seperti biasa, jalan-jalan, makan, ngobrol, yuk!" jawab Bara lancar. "Wait!!! ganti baju dulu" sambil balik badan dan hendak berlari, namun Bara dengan cepat meraih tangan Senja, pagi itu entah kenapa tangan yang memang terbiasa bergandengan terasa berbeda saat diraih. Senja merasa ada sesuatu yang dalam dari cara Bara meraih tangannya, meski hanya sekedar meraih untuk menghentikan langkah Senja. "Yaaaaaa masak jalan-jalan pakai seragam dihari libur? gak lucu tau!!!" gerutu Senja. "Udaaaah gak papa, gak akan ada yang memperhatikan juga,lagian tuh pakai jaket" sambil menunjuk ke jaket jins yang sedari tadi ada dipundak Senja.

Setelah hampir satu setengah jam mereka berdua tiba disebuah tempat yang begitu indah, sejuk dan tidak terlalu ramai. Taman yang memiliki telaga kecil buatan dihiasi dengan bunga tetatai yang indah. Terlihat bangku-bangku taman terisi oleh beberapa muda mudi yang terlihat seperti berpacaran. Hal ini membuat Senja canggung dan risih. "Kenapa sih? " tanya Bara yang sedari tadi heran melihat Senja clingukan sana sini. "Tuuuh!" sambil menunjuk ke beberapa muda mudi dengan ekspresi yang menyedihkan. "Pengen seperti itu?" Bara mulai menggoda, "enak aja?!, risih tau!!!" jawab Senja dengan lantangnya dan untung tidak ada yang dengar. " Hahahahaha... normal gak sih neng?" Bara menambahi muka merah Senja dengan mengecek suhu dikening Senja yang memang tidak demam. Senja terdiam dan sekali lagi perasaan lain itu muncul sama persis saat Bara meraih tanganya tadi pagi. "Ada yang mau aku curhatin neng" Bara mulai duduk dan terlihat serius. "Hallooo.. aku???hahahaha, formal banget bahasanya baaaaang" giliran Senja yang mulai geli mendengar ucapan Bara. "Kenapa sih? serius nih!!!" Sambil membuang pandangan ke kolam ikan persis didepan tempat duduk mereka. "iya... iya... kamu kenapa?" Senja mencoba merayu Bara dengan mengusap rambut dikening Bara, yang sebenarnya tindakan ini membuat hati Senja menjadi terasa aneh. "hahahaha... udah cuuuuzzz cerita kenapa?" Senja menambah dengan tertawa lepas menutupi kegelishan hati yang mulai membingungkan. " gua jatuh cinta neng" berucap dengan volume yang sedikit diperkecil."gua???" jawab Senja terheran. "ya...ya...aku jatuh cinta!!!" tukas Bara kesal, " hehehe..sama siapa sih?" Senja mulai ingin tau, berharap ada satu nama yang dia sebut , bukan wanita lain bukan pula dirinya. Lama terdiam membuat suasana semakin aneh , "Anya" jawab Bara pelan tapi terdengar jelas dan pas masuk gendang telinga Senja. Dia terdiam sesaat entah apa yang difikirkan, "Anya siapa?" tanya Senja penasaran , "ya Anya... murid baru dikelas, gua belum cerita ke elu neng?" Senja hanya menggeleng ,obrolan pun pecah kembali dengan kata elu gua. Bara lupa dia belum pernah menceritakan Anya pada Senja , murid baru dikelasnya yang dia kenal 3 bulan terakhir. "Ya... gua suka sama dia neng, hati ini tuh ya (sambil menggapai tangan Senja dan melekatkan tangan itu ke bagian dada kirinya) tuh... kenceng banget degupanya neng, nyebut nama Anya aja bisa seheboh ini kah?" tegas Bara. Senja terdiam dan mencoba menatap Bara seperti sebelumnya, tapi mata tak pernah bisa berbohong , ada sesuatu disana, perasaan aneh yang akan segera ia sadari. "terus?" hanya kata itu yang mampu terucap dari bibir Senja. "Ya kasih saranlah apa gitu? apa gua dekatin lebih intens lagi, atau langsung tembak dorrr!!!" tersenyun sumringah sambil memainkan tangan seolah memegang pistol . "emangnya dia suka gitu sama kamu?" tanya Senja, seketika bara langsung memalingkan wajahnya mendekat wajah Senja "kok jadi kamu sih panggilnya?" goda Bara."lah... aku kamu gua elu sama aja lah!!!" jawab Senja yang mulai kehabisan alasan. "oke ...oke... ya siapa sih di sekolah itu yg gak suka sama Bara Permana? Anya aja.... pertama masuk kelas, ngelihat pesoana mas Bara auto minta duduk bersebelahan with Bara neng!?" tersenyum agak sedikit congkak. "sombong amaaat!!! dia minta duduk disana...pasti karena bangku sebelah kosong baaang!" ucap Senja judes. " Ya udah.. ungkapin aja langsung, siap ditolak saja!! hehehe" saran yang terlihat tak tulus. "iya sih. harus siap ditolak, tapi resiko besar diterima" Bara tetap tak mau kalah. "yuk pulang, baru inget ada tugas praktek besok, belum nyiapin bahan nih!" berdiri sambil melihat jam tangan (melihat jamnya saja tanpa memperhatikan jarumnya) . " Mau dibantu?" tawar Bara yang biasanya ikut ribet saat Senja ada tugas praktek "gak laaaah... gampang, siapin aja mental buat besok. hehehe" jawab Senja menolak dengan tidak ikhlas.

Diperjalann pulang Senja lebih memilih diam,dibonceng tanpa berpegangan tak seperti biasanya. Entah apa yang Senja rasakan, seperti akan kehilangan sesuatu yang ia pun sebenarnya tak pernah memiliki. Setibanya dirumahpun Senja hanya terdiam dikamar, tidak membuka chat baik WA,DM, Line, email bahkan tlfon dari Bara pun tak diangkat olehnya. Bara resah dengan sikap Senja yang mulai aneh sejak pulang tadi, Bara memutuskan menemui Senja dirumahnya. Jaraknya tak terlalu jauh, Bara mengayuh sepedah menuju rumah Senja. Setibanya disana Bara langsung menanyakan Senja pada ibu Nita yang sedari tadi terlihat santai diberanda rumah. "Selamat sore tante, Senja ada tante?" tanya Bara sopan, "Bara.. sebentar ya... tante panggilakan" jawab ibu Senja sembari berdiri menuju ke ruangan dalam rumah. Beberapa menit kemudian datang dan menghampiri Bara dengan senyum khas keibuan "Senja sudah tidur Bar, mungkin kecapekan , tadi menyiapkan tugas sendirian dan baru selesai setengah jam yang lalu, maaf ya" jawab ibu Senja. "oh iya tante... kalau begitu titip pesan saja ya te, besok dijemput Bara seperti biasa, Bara pamit , terima kasih te" Bara mencium punggung tangan bu Nita dan dibalas bu Nita dengan usapan lembut dibahu Bara.

Sepertinya bukan Bara yang harus mempersiapkan diri untuk sebuah penolakan, tapi Senja lah yang harus menyiapkan diri untuk kehilangan.

***

Tak terasa waktu sudah menunjukakn pukul 06.30 Senja tak pernah selama ini, hampir 30 menit Bara terdiam didepan rumah Senja tapi Senja tak kunjung datang menghampiri. Bara memutuskan untuk masuk ke rumah bercat putih tersebut. "Permisi....permisi" ucap bara sedikit mengeraskan volume suaranya. Meski pintu terbuka sedari tadi tapi.... tak ada satu orangpun yang menjawab Bara. "Bara... kok masih disini?" seorang laki-laki paruh baya tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang hingga membuat Bara kaget " Eh om... belum om, ini nunggu Senja om" jawab Bara dengan sedikit resah. "Lhooooo Senja sudah berangkat dari tadi naik ojol,katanya harus pagi-pagi karena ada yang harus disiapkan" tambah om Haris (ayah Senja). "Tumben....Senja gak ngabari ya om?biasanya minta saya jemput lebih pagi" Bara heran. "Mungkin ndak mau meropatkan pagi-pagi Bar" jawab om Haris. Perbincangan merekapun selesai saat Bara berpamitan pada om Haris.

***

Sementara itu Senja dikelas dengan aktivitas yang sama setiap harinya,meskipun pagi ini diawali dengan hal baru. Senja harus mulai terbiasa tanpa Bara, karena ia berfikir dan yakin jika Anya akan membuka hati untuk Bara. Selain karena Bara juga lumayan tampan, dia juga pandai dan baik, apa lagi kabarnya Bara adalah siswa yang difavoritkan para siswi disekolah tersebut.

Jam istirahat masih lama, Senja hanya menghabiskan waktunya dengan membaca, sesekali melihat HP yang sebenarnya sudah banyak pesan dari Bara tapi ia takut membuka pesan-pesan itu. Entah disadari atau tidak, Senja mulai merasa sedih, kehilangan dan bahkan terluka yang tak berdarah. Tapi ia pun bingung, rasa apa ini?. Hingga jam pelajaran usai Senja hanya diam dan terus terdiam

***

Dalam kebingungan sikap Senja pagi ini, Bara tetap menebar senyum bahagia bertemu Anya. Anya cantik berwajah indo dan bertutur kata sangat sopan dan memiliki kedewasaan yang jauh dari Senja. Sepulang sekolahpun Bara lupa dengan rutinitasnya yang selalu menjemput Senja,hari ini Bara memulai deeptalk dengan Anya disalah satu kafe dekat sekolahnya. " Silahkan duduk" Bara mempersilahkan Anya duduk dikursi yang lumayan tidak tinggi dan menggeser kursi yang lain untuk berada lebih dekat dengan Anya. Senyuman Anya benar-benar seperti anggur merah yang memabukan, "Mau pesan minum sekarang?" tambah Bara sembari menunjukkan daftar menu pada Anya. Anya hanya mengangguk dan menyetujui apa yang dipesan Bara. Saat menunggu pesanan itulah Bara memuli pembicaraan, "Nya... maaf ya, entah kenapa saat mulai kenal kamu aku gak pernah bisa melupakan senyum manismu" Anya tersenyum "Kamu suka aku Bar?" tanpa diduga Anya langsung membuat Bara terpukau dengan pertanyaan itu. "Iya... kamu gak marahkan?" jawab Bara cepat "Ya enggaklah, aku juga suka banget sama kamu Bar". tambah Anya yang semakin membuat Bara sumringah. Mereka pun semakin haru semakin menunjukkan perhatiannya. Bara sering menjemput dan mengantar pulang Anya. Pergi nonton ,makan dan jalan-jalan bersama, pesona Anya mampu membuat Bara lupa akan Senja.

***

Sudah hampir dua bulan Bara tak pernah ada kabar, Senja memutuskan untuk mendatangi Bara disekolahnya. Senja sadar... bahwasanya saling menjauh saling terdiam justru akan membuat keadaan semakin tidak baik,meski sebenarnya ini pun juga tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Pukul 13.20 Senja tiba disekolah Bara, itu artinya 10menit lagi Bara keluar sekolah. Senja membawakan Bara biskuit berselai strawbery dan nanas kesukaannya. Sudah 20menitan Senja menunggu, tapi Bara tak terlihat juga, sampai akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke pelataran sekolah. Melepaskan pandangan ke hampir semua sudut sekolah dilantai dasar, tapi tak ia jumpai Bara. Kemudian ia memutuskan untuk naik ke lantau dua gedung sekolah, dia memandang ke segala arah , dari atas ia melihat tas berwarna navi yg tak asing, tas itu bersandar ditempat duduk taman. Dari arah barat terlihat dua sejoli yang bergandengan tangan dengan segelas minuman boba ditangan keduanya. Air mata Senja menetes tanpa bisa ia membendungnya, perasaan sakit itu hadir lagi.Ya... kedua sejoli itu Bara dan Anya, akhirnya Senjapun memutuskan untuk pulang tanpa menemui Bara

***

Menceritakan kisah awal dimasalalu, Senja dan Bara bukanlah tokoh Utama dalam kisah ini, tapi dari sinilah awal kesedihan bagi seseorang dikehidupan selanjutnya.. simak terus ya... pasti seru

Rif_dianicreators' thoughts