webnovel

Rumah Sakit!

" Abi tahan dulu ya, sakitnya!" ucap Nabil dengan pelan.

" Iya! Abi nggak apa-apa, Bil!" jawab Abi. Nabil melirik ke arah spion mobilnya, dilihatnya wajah cantik Fatma yang terlihat sedih.

" Ehmmm!" dehem Abi Fatma. Astaghfirullah! batin Nabil yang telah menyadari kesalahannya dengan menatap Fatma. Fatma melihat abinya yang berdehem seakan ingin tahu apa yang dia dehemi, tapi Abinya hanya tersenyum saja. Sesampai di rumah sakit, Nabil langsung mengambil kursi roda dan membawa Abi masuk ke dalam IGD, sementara Fatma duduk di ruang tunggu dan menelpon seseorang.

" Siapa yang kamu telpon?" tanya Nabil pada Fatma.

" Kepala Sekolah Fatma, Bil!" jawab Fatma sambil memperhatikan ponselnya.

" Aku tinggal dulu sebentar, ya! Aku harus pergi ke kantor untuk izin pada atasan!" kata Nabil pelan.

" Iya! Biar aku yang menunggu Abi!" jawab Fatma lagi.

" Aku pergi! Assalamu'alaikum!" pamit Nabil.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma dengan dada berdebar, karena sejak dia di khitbah entah kenapa setiap kali dia berbicara dengan calon suaminya itu dadanya selalu seperti itu. Fatma ragu untuk memberikan kabar kepada Umminya, karena akan membuat panik umminya. Akhirnya dia menghubungi Arkan, karena dia pikir Daffa pasti ada kelas pagi-pagi gini. Ada nada tersambung tapi tidak diangkat. Sekali lagi Fatma menghubungi abangnya itu.

- " Assalamu'alaikum, Fatma!" -

" Wa'alaikumsalam, abang!"

- " Ada perlu apa pagi-pagi sudah menghubungi abang?" -

" Ini tentang Abi, bang!"

- " Abi kenapa, Fat?" -

" Abi dan Aku lagi di rumah sakit, bang!"

- " Siapa yang sakit?" -

" Abi kakinya berdarah karena jatuh!"

- " Innalillahi! Sekarang bagaimana?" -

" Masih di ruang IGD, bang!"

- " Kalau begitu abang kesana sekarang!" -

" Iya, bang! Aku tunggu! Maaf mengganggu kerja abang!"

- " Assalamu'alaikum!" -

" Nggak pa-pa! Wa'alaikumsalam!"

Fatma menutup panggilannya dan melihat ke pintu ruang IGD dengan perasaan khawatir.

" Keluarga bapak Azzam Fayyad!" seorang pria memakai jas putih memanggil nama Abi.

" Iya!" jawab Fatma lalu berjalan mendekati pria tersebut.

" Keluarga Pak Azzam?" tanya pria tersebut.

" Iya! Saya putrinya! jawab Fatma tanpa berani menatap orang tersebut.

" Bapak kamu kakinya terluka tapi tidak ada yang serius, hanya perlu dijahit saja!" ucap pria tersebut.

" Apa Abi saya sudah bisa dilihat dokter?" tanya Fatma.

" Sudah! Sus!" panggil dokter tersebut.

" Ya, Dok?" jawab seorang suster perempuan yang memakai seragam warna hijau dan berkerudung.

" Antar mbak ini menemui pak Azzam di tirai 3 ya!" ucap dokter tersebut.

" Iya, dok! Mari mbak!" ajak suster tersebut lalu masuk ke dalam IGD.

" Terima kasih, dokter! Permisi! Assalamu'alaikum!" pamit Fatma.

" Wa'alaikumsalam!" jawab dokter itu. Hmmm! Gadis yang soleha! Apa sudah ada yang memiliki? batin dokter tersebut. Fatma melangkahkan kakinya mengikuti suster itu dan berhenti di tirai no. 3, dilihatnya Abinya yang sedang meringis menahan sakit.

" Assalamu'alaikum Abi!" sapa Fatma.

" Wa'alaikumsalam, Fatma!" jawab Abinya. Lalu fatma mencium tangan Abinya.

" Bagaimana perasaan Abi?" tanya Fatma sedih.

" Alhamdulillah, Abi baik-baik saja! Kamu nggak perlu khawatir!" jawab Abinya.

" Fatma memberitahu Bang Arkan kalau Abi di sini!" ucap Fatma.

" Iya! Nggak pa-pa! Asal ummi nggak tahu!" jawab Abinya.

" Nggak, Bi! Ummi belum tahu!" jawab Fatma.

" Assalamu'alaikum!" seorang pria menyapa mereka.

" Wa'alaikumsalam!" jawab keduanya.

" Arkan!" sapa Abinya.

" Bagaimana keadaan Abi?" tanya Arkan saat mencium tangan Abinya dan Fatma mencium tangan abangnya.

" Alhamdulillah baik! Maaf, Abi jadi merepotkan kamu, nak!" ucap Abinya.

" Nggak pa-pa, Bi! Kebetulan Arkan ada meeting diluar jadi sekalian izin mau kesini dulu!" jelas Arkan pada Abinya.

" Kamu nggak ngajar, Fat?" tanya Arkan.

" Nanti, bang! Setelah jam istirahat, Fatma sudah minta izin pada kepala sekolah!" jawab Fatma.

" Bagaimana sampai Abi bisa seperti ini?" tanya Arkan pada Fatma.

" Kita menghindari mobil yang melaju kencang, bang! Abi kaget karena mobil itu membunyikan klaksonnya dengan keras saat Abi akan menghindari lubang!" tutur Fatma.

" Kamu bagaimana? Tidak apa-apa?" tanya Arkan.

" Aku hanya lecet saja dan tanganku sepertinya sedikit keseleo karena menahan tubuhku!" jawab Fatma.

" Apakah sudah diobati?" tanya Arkan.

" Belum, bang! Biar aku obati di rumah saja!" jawab Fatma.

" Nanti biar diurut sama Mbah Surti saja tanganmu!" kata Arkan.

" Assalamu'alaikum!" sapa seorang pria.

" Wa'alaikumsalam!" jawab mereka bertiga.

" Nabil?" ucap Arkan.

" Bang Arkan! Kapan datang?" tanya Nabil.

" BAru saja! Kamu kok bisa tahu?" tanya Arkan.

" Nabil yang membawa Abi dan Fatma kesini, Ar!" jawab Abinya.

" O, begitu! Terima kasih, ya, Bil!" ucap Arkan.

" Sama-sama, bang! Sudah kewajiban saya sebagai sesama muslim, selain itu saya kan calon menantu Abi!" tutur Nabil yang membuat wajah Fatma tersipu dengan dada yang selalu berdebar-debar jika ada Nabil didekatnya.

" Ehmm!" Arkan berdehem saat melihat Nabil menatap Fatma, walau dengan kepala tertunduk.

" Maaf, semuanya! Bapak Azzam sudah bisa dibawa pulang setelah menyelesaikan administrasi terlebih dahulu!" ucap seorang suster pada mereka.

" Iya, sus! Saya yang akan mengurusnya!" jawab Arkan.

" Arkan permisi dulu, Bi! Assalamu'alaikum!" ucap Arkan mengikuti suster itu.

" Wa'alaikumsalam!" jawab mereka bertiga.

Setelah urusan administrasi selesai, Abi di bawa oleh Arkan pulang kerumah setelah mengantar Fatma ke sekolahnya, sedangkan Nabil pergi ke kantornya untuk melanjutkan kerja.

Fatma berjalan masuk ke dalam ruangan kepala sekolah untuk memberitahu jika dia sudah kembali untuk mengajar lagi.

" Assalamu'alaikum!" sapa Fatma.

" Wa'alaikumsalam!" jawab orang itu.

" Maaf, Bu! Saya sudah kembali!" ucap Fatma.

" Bu Zahirah! Ayo silahkan duduk!" kata orang itu.

" Terima kasih, Bu Warda!" jawab Fatma lalu duduk di sofa yang ada disitu.

" Bagaimana keadaan ayah Bu Zahirah?" tanya Warda.

" Alhamdulillah baik, Bu! Kakinya terluka jadi harus dijahit!" jawab Fatma. Fatma di panggil Zahirah jika diluar, karena panggilan Fatma hanya diberikan oleh keluarganya saja dan calon suaminya. Setelah berbincang-bincang, Fatma akhirnya kembali ke kelas untuk mengajar. Fatma mengajar anak-anak kelas 1 SD Islam Al Ilmi II baru tiga bulan, karena dia baru saja selesai kuliah dan langsung diterima bekerja di sekolah itu. SD Islam Al Ilmi II adalah salah satu SD Islam yang berprestasi dan banyak mencetak siswa-siswa yang berprestasi dan para pengajarnya semua lulusan S1 dan S2 pendidikan. Meskipun masih tergolong baru, Fatma cukup bisa bergaul dengan baik di lingkungan sekolah yang memang semua pengajarnya adalah wanita yang siswanya putri semua. Sedangkan yang putra sekolahnya di SD Islam Al Ilmi I yang bangunannya berhimpit dan terpisah dengan tembok yang cukup tinggi.

" Selamat siang anak-anakkkkk!" sapa Fatma.

" Selamat siang Ustadzahhhhh!" jawab murid Fatma.

" Ustadzah darimana? Kok baru datang?" tanya salah seorang muridnya.

" Ustadzah ada sedikit urusan! Kita belajar dulu, ya! Ngobrolnya nanti jika pelajarannya sudah selesai!" kata Fatma pada muridnya.

" Iya, Ustadzahhhh!" jawab mereka serempak. Fatma mengajar muridnya dengan suka cita, karena dia sangat menyukai anak-anak.