90 Percaya Padaku

Brian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dia akan ke kantor karena ada rapat pemegang saham hari ini. Tubuhnya bergetar saat dia keluar dari kamar mandi dan melihat sosok bidadari surganya berdiri di pintu balkon kamar mereka. Untuk beberapa menit mereka hanya saling pandang, Brian seakan tak percaya dengan penglihatannya. Dikuceknya kedua matanya, lalu dicubitnya pipinya.

" Auw! Sakit!" ucap Brian ambigu. Sedangkan sosok tersebut hanya tersenyum melihat tingkah Brian yang menurutnya sangat lucu.

" Habib! Apa kau tidak merindukanku?" tanya Fatma.

" Tentu saja aku sangat sangat dan sangat merindukanmu, sayang!" jawab Brian sambil berlari dan memeluk istri tercintanya. Dikecupnya kening Fatma dengan sangat lama seakan dia tidak mau mereka berpisah lagi.

" Jangan menolakku lagi! Aku akan mati jika kau melakukannya lagi!" ucap Brian lembut, tubuhnya luruh dilantai dan memeluk ppinggang Fatma. Fatma mengecup kening suaminya dan tersenyum.

" Ins Ya Allah selama Allah tidak mentakdirkan kita untuk berpisah, kita akan selalu bersama-sama!" jawab Fatma lembut.

" Aku akan menetang takdir itu!" jawab Brian sambil mendongakkan kepalanya melihat istrinya.

" Tidak ada yang bisa menolak takdir, Habib! Kita hanya bisa berdo'a agar Allah memberikan takdir yang baik kepada kita! Aamiin!" tutur Fatma bijak.

" Aku akan meminta pada-Nya saat aku shalat!" kata Brian.

" Berdirilah dan pakailah pakaian yang ada di sofa! Kata Danis pagi ini kamu ada meeting penting!" kata Fatma. Brian berdiri dari simpuhnya dan melihat ke arah sofa.

" Aku tidak ingin kerja! Aku ingin bersamamu hari ini!" kata Brian manja.

" Tapi ini meeting penting, Habib!" ucap Fatma tidak berhasil melepas pelukan erat dari suaminya.

" Aku tidak perduli!" kata Brian.

" Tapi aku peduli, Habib! Ingat pada nasib ribuan karyawanmu yang masih membutuhkan dirimu!" tutur Fatma lagi.

" Tapi aku masih sangat merindukanmu, sayang!" ucap Brian sambil meletakkan kepalanya di ceruk leher Fatma. Fatma menghela nafas lalu menghembuskannya dengan pelan.

" Ok! Aku akan ikut denganmu ke kantor!" kata Fatma akhirnya.

" Benarkah?" tanya Brian kaget dan melepaskan kepalanya untuk memandang wajah istrinya. Fatma mengangguk tersenyum. Dengan cepat Brian memakai pakaiannya di depan Fatma, Fatma merasakan wajahnya memerah saat melihat rubuh toples Brian.

" Apa kamu malu, Qolbi?" goda Brian.

" Kamu terlalu vulgar, Habib!" kata Fatma.

" Hanya di hadapanmu, sayang!" jawab Brian. Beberapa saat kemudian Brian telah selesai dan Fatma memakaikan dasi dan jasnya.

" Lain kali jangan meletakkan barang-barang sembarangan! Dan jangan merusak sesuatu yang kita beli dengan susah payah!" tutur Fatma.

" Iya! Saat itu aku sangat frustasi karena kau menolakku!" kata Brian.

" Aku akan ganti pakaian! Keluarlah untuk berdiskusi dengan Danis!" kata Fatma.

" Iya, sayang! Aku sangat mencintaimu!" kata Brian tegas, lalu keluar dari kamar. Fatma menatap suaminya dengan perasaan sedih, ada sesuatu yang masih mengganjal dihatinya. Fatma mengelus perutnya dengan lembut.

" Kita harus kuat, sayang!" ucap Fatma ambigu. Lalu dia masuk ke dalam walk in closet dan memakai pakaiannya.

" Apa kita bisa sarapan dulu?" tanya Fatma yang telah berdiri di pintu ruang kerja Brian.

" Tentu saja, sayang!" jawab Brian dengan hati bahagia. Mereka bertiga sarapan bersama tanpa ada yang berani berbicara. Tidak lama kemudian mobil Brian telah berada di jalanan untuk menuju ke kantornya.

" Apa kamu baik-baik saja?" tanya Brian saat di dalam mobil.

" Iya! Aku baik!" jawab Fatma singkat.

" Apa dia baik?' tanya Brian takut sambil melihat ke arah perut istrinya.

" Syukur Alhamdulillah, anak kita baik-baik saja!" kata Fatma. Brian memegang tangan Fatma dan mengecup punggung tangan itu.

" Berjanjilah untuk selalu berada disisiku!" pinta Brian dengan wajah sayu memandang istrinya.

" Ins Yaa Allah!" jawab Fatma ragu. Mobil mereka memasuki parkiran perusahaan, satpam kantor membukakan pintu mobil saat sampai di lobby kantor. Brian keluar dari dalam mobil lalu menunggu Fatma untuk ikut keluar.

" Selamat Pagi, Bos! Nyonya Bos!" sapa satpam bernama Edi dan Seno.

" Assalamu'alaikum!" sapa Fatma.

" Wa'alaikumsalam!" jawab keduanya.

" Selamat Pagi Pak Edi! Pak Seno!" balas Fatma.

" Ayo, sayang!" kata Brian, seketika Edi dan Seno membusungkan dada dan menghadap kedepan. Brian meninggalkan Fatma di dalam kamar diruangannya. Dia pergi meeting bersama Danis. Brian tidak bisa fokus saat meeting, karena pikirannya terus pada Fatma.

" Bos!" panggil Danis, Brian hanya menatap layar slide dengan tatapan kosong.

" Ehm! Bos!" panggil Danis lagi mendekati telinga Brian.

" Heh!" sahut Brian.

" Mereka tanya pendapat kita!" ucap Danis.

" Kamu urus saja! Aku mau ke ruanganku!" kata Brian, lalu berdiri dan meninggalkan ruang meeting.

" Pak Brian! Bapak mau kemana? Meeting ini belum selesai! Pak!" teriak salah satu pemegang saham.

" Pak! Pak Brian!" panggil yang lain. Danis jadi serba salah, ingin rasanya dia menyeret Bosnya untuk kembali ke sini.

" Tolong bapak-bapak tenang semua!" teriak Danis. Brian membuka pintu kamarnya, dilihatnya istrinya tertidur. Subhanallahu! Baru 2 hari kita tidak bertemu, aku merasa kamu semakin cantik dan menggemaskan! Betapa sangat beruntungnya aku memilikimu! Ya Allah! Jangan pisahkan kami apapun yang terjadi! batin Brian sambil bersimpuh di samping ranjang dan meletakkan dagunya diatas tangannya yang diletakkannya diatas ranjang. Dia menatap Fatma dengan intens. Perlahan mata Fatma bergerak-gerak beberapa saat kemudian. Bibirnya membentuk lengkungan dengan kedua pipi yang berlesung. Dia tersenyum melihat wajah sangat tampan sedang menatap dirinya yang sedang tertidur.

" Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Fatma pada Brian.

" Apakah aku mengganggu tidurmu?" tanya Brian.

" Tidak!" jawab Fatma. Fatma mengelus pipi suaminya dan Brian merasa tubuhnya bergetar bagai tersengat aliran listrik.

" Apa kamu ingin membangunkan boo-boo?" goda Brian.

" Kamu harus puasa selama 3 hari, Habib!" jawab Fatma. Wajah Brian berubah menjadi murung.

" Apa selama itu?" tanya Brian.

" Itu lebih lama dari masa haidku, Habib!" jawab Fatma tersenyum.

" Huh! Kenapa wanita harus mengalaminya? Menyiksa suami sekali!" gerutu Brian dengan bibir mengerucut.

" Astaghfirullah! Apa suamiku ini sangat mesum hingga segitu tidak tahannya?" goda Fatma balik.

" Aku ingin menyapa anakku, sayang!" bisik Brian.

" Kamu bisa mengunjunginya dalam 3 hari kedepan, Habib!" jawab Fatma mencubit hidung suaminya. Brian berdiri dan naik ke ranjang lalu memeluk istrinya dari belakang. Dibukanya khimar Fatma, lalu diciumnya tengkuk istrinya dengan lembut. Fatma melenguh merasakan sekujur tubuhnya merinding.

" Bisakah kau menjelaskan pada istrimu ini apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Fatma untuk mengalihkan perhatian Brian. Brian sontak menghentikan kegiatannya dan memutar tubuh Fatma agar menghadap padanya. Brian memejamkan matanya dan membukanya perlahan lalu menatap mata istrinya dengan tatapan sayu.

" Aku dijebak, sayang! Dia masuk ke ruanganku tanpa sepengetahuanku dan tiba-tiba memelukku dalam keadaan...kau sudah melihatnya! Rasanya aku ingin membunuhnya!" kata Brian penuh amarah.

" Astaghfirullah! Jauhkan pikiranmu dari hal itu, Habib! Ingat dengan akibat semua itu!" kata Fatma.

" Aku begitu marah padanya! Dia pikir siapa dirinya bisa datang lagi begitu saja, terlebih dia telah mengetahui jika aku telah menikah dan sangat mencintai istrikua!" tutur Brian. Fatma menatap suaminya.

avataravatar
Next chapter