107 Kelahiran 2

" Assalamu'alaikum! Abi! Ummi!" sapa Brian yang datang dengan berlari-lari.

" Papa! Mama!" sapa Brian juga.

" Dari mana saja kamu, dasar suami nggak becus!" teriak Fahmi hampir menampar Brian jika saja Iris tidak menahannya.

" Kalo kamu tidak bisa menjaga menatuku, lebih baik kamu gak usah ketemu dia lagi!" kata Fahmi marah.

" Astaghfirullah! Mas! Sabar! Jangan pake emosi! Kita biarkan dia memberikan alasannya!" kata Azzam yang kaget melihat sikap Fahmi.

" Tapi, Mas..."

" Sayang!" kata Iris. Brian menundukkan kepalanya karena merasa menyesali sikapnya pada Fatma. Dia melihat Arkan yang menampakkan aroma kemarahan pada wajahnya dan dia yakin kakak iparnya itu akan semakin menambah daftar kebenciannya pada Brian.

" Maaf! Apa suami Nyonya Manaf ada?" tanya perawat.

" Saya, Sus!" jawab Brian maju ke depan saat seorang perawat datang dan memanggil dirinya.

" Silahkan masuk, Pak!" kata Perawat itu. Brian mengikuti perawat tersebut ke ruang persalinan, tapi sebelumnya dia dibawa ke sebuah ruang dokter.

" Dr. Cecil?" sapa Brian.

" Pak Brian!" jawab Cecil.

" Ada apa?" tanya Brian.

" Duduklah dulu!" kata Cecil.

" Ada apa? Dokter janganmembuatku takut!" kata Brian gemetar. Dia belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, jantungnya berpacu dengan cepat dan keringat dingin membasahi tubuhnya.

" Ini berhubungan dengan istri anda!" kata Cecil.

" Kenapa Zahirah? tanya Brian semakin takut.

" Air ketuban istri anda sudah pecah, kami khawatir bayi anda akan keracunan, karena itu kami memutuskan untuk SC!" kata Cecil.

" Lakukan yang terbaik untuk istriku!" jawab Brian.

" Tapi operasi ini beresiko tinggi!" kata Cecil.

" Apa maksudmu berisiko tinggi?" tanya Brian.

" Istri anda..."

" Pokoknya lakukan apapun itu yang bisa menyelamatkan merka berdua!" kata Brian.

" Tanda tangani surat-surat ini! Saya akan ke ruang operasi!" kata Cecil.

" Apa aku bisa ketemu istriku sebentar?" tanya Brian.

" Maaf, tapi..."

" Tolong! Aku tidak bertemu dengan dia seharian ini!" pinta Brian. Cecil menatap pria tampan dihadapannya itu, terlihat wajah sedihnya terpancar disana.

" Baiklah! Hanya sebentar!" kata Cecil. Brian sangat senang sekali. Kemudian Cecil membawa Brian ke ruang bersalin.

" Sayang!" panggil Brian pada Fatma yang terbaring lemah dengan beberapa perawat disana.

" Beri mereka waktu 5 menit!" kata Cecil, lalu semua pergi meninggalkan

" Habib!" sahut Fatma lemah.

" Maafkan aku! Aku memang suami yang gak berguna!" kata Brian dengan mata berkaca-kaca.

" Kamu salah! Kamu suami yang hebat! Aku sangat beruntung bisa diberi Allah seorang pendamping hidup yang soleh dan hebat sepertimu!" kata Fatma terharu melihat wajah tampan suaminya yang hendak mengeluarkan airmata.

" Tapi aku tidak bisa menjagamu hingga kamu seperti ini!" kata Brian lagi.

" Do'akan saja untukku dan buah hati kita agar diberikan keselamatan dan kelancaran!" kata Fatma tersenyum.

" Tentu saja! Kamu harus kuat dan sehat untuk bayi kita dan aku!" kata Brian.

" Ins Yaa Allah! Tentu saja!" kata Fatma.

" Sudah waktunya, Pak!" kata Cecil.

" Pergilah!" kata Fatma.

" Aku sangat mencintaimu!" kata Brian mengecup kening istrinya dengan lembut.

" Aku juga mencintai kalian berdua!" jawab Fatma.

" Tidak ada dokter pria!" kata Brian. Fatma tertawa melihat keposessifan suaminya.

" Iya, Pak!" jawab Cecil yang tahu karakter suami posessif satu itu. Lalu Brian dibawa perawat untuk meninggalkan ruangan untuk untuk mengisi dan menandatangani persyaratannya.

" Bagaiaman?" tanya Abi dan Ummi.

" Zahirah harus dioperasi karena ketubannya pecah duluan dan dia tidak bisa melahirkan dengan normal!" kata Brian.

" Astaghfirullahaldzim!" ucap semua yang ada disitu.

" Kamu mau kemana?" tanya Fahmi melihat Brian berjalan menjauhi mereka.

" Aku akan shalat sunnah untuk keselamatan dan kelancaran persalinan istriku, Pa!" kata Brian.

" Subhanallahu! Kenapa aku bisa begitu bodoh!" ucap Abi.

" Kita shalat sama-sama, Nak!" ucap Abi lagi.

" Aku juga mau ikut!" kata Briana.

" Aku juga!" sahut Daffa.

" Ayo kita semua shalat berjama'ah!" kata Abi. Kemudian mereka semua meninggalkan ruang operasi, hanya tinggal kakak perempuan Brian dan suaminya yang menunggu mereka disana.

" Kenapa kamu sedih? Zahirah akan baik-baik saja!" kata Frans suami Brisia.

" Entah kenapa saat melihat mereka semua bersama seperti itu, hatiku sangat merindukan Tuhan!" kata Brisia.

" Kita bisa berdo'a juga seperti mereka!" kata Frans.

" Tapi itu beda, Frans! Saat aku melihat Bre memakai hijab, aku menangis dikamar karena terharu dan seakan hati kecilku meraung-raung padaku untuk melakukan hal yang sama pada diriku!" kata Brisia.

" Apakah itu sebabnya kamu tidak lagi memakai pakaian pendek?" tanya Frans.

" Iya! Karena dengan memakai pakaian tertutup aku merasa orang lebih menghormatiku dengan tidak menatapku dengan pikiran kotor!" tutur Brisia.

" Segitu besarkah pengaruh Bre pada dirimu?" tanya Frans.

" Bukan Bre, sayang! Tapi Brian! Kamu tahu? Aku malu padanya! Dia yang awalnya adalah seorang pria yang dingin dan menakutkan, sekarang dia adalah suami dan calon ayah yang soleh! Semua yang ada pada dirinya berubah karena Zahirah dan agamanya!" kata Brisia lagi.

" Jadi apa yang kamu inginkan sayang?" tanya Frans seakan tahu kemana arah pembicaraan ini. Brisia terdiam sejenak.

" Aku ingin jadi mualaf, sayang!" kata Brisia yakin. Frans menghela nafas panjang, dia sudah bisa menebak apa yang akan dikataan istrinya itu.

" Pikirkanlah dulu baik-baik sayang! Jika memang kamu sudah mantap, kita akan sama-sama jadi mualaf!" kata Frans. Brisia terdiam mencerna jawaban suaminya, dia terbelalak.

" Kita? Apa maksudmu dengan kita?" tanya Brisia.

" Apa kamu...kamu juga mau?" tanya Brisi dengan mata berkaca-kaca. Frans menganggukkan kepalanya.

" Aku mencintaimu Frans! Sangatr mencintaimu!" kata Brisia memeluk dan mencium suaminya.

" Aku adalah suamimu dan sangat mencintaimu, sayang! Aku tahu kegalauan hatimu terhadap kepercayaan kita pada Sang Pencipta!" kata Frans.

" Oh, Frans! Kamu memang suami idaman!" kata Brisia bahagia.

" Kamu juga istri yang terbaik, sayang!" balas Frans.

" Ya Allah! Hanya kepadaMu hamba menyembah dan hanya kepadaMu hamba memohon pertolongan! Hamba tahu hamba banyak berbuat dosa dan saat ini hamba berusaha untuk menjadi hambaMu yang lebih baik lagi! Sekarang ini istri hamba sedang bertarung mempertaruhkan nyawanya demi kelahiran anak kami yang pertama, Ya Allah! Hamba memohon ampun jika selama ini ucapan dan sikap hamba selalu sombong! Tapi istri hamba adalah seorang wanita soleha dan calon ibu yang amanah! Hamba memohon kepadaMu dengan segenap jiwa dan raga hamba, Ya Allah! Berikanlah kelancaran dan keselamatan pada mereka, Ya Allah! Berikanlah kelancaran, Ya, Allah! Brukan keselamatan, Yaa Allah! Hamba bertawakkal kepadaMu! Semoga Engkau mengijabah do'a hamba! Aamiin!" Brian memanjatkan do'anya dengan mata berkaca-kaca, dia sangat takut akan keselamatan kedua orang dicintainya.

" Bagaimana dokter?" tanya Brian saat Cecil keluar dari ruang operasi.

" Selamat! Anak bapak lahir dengan selamat dan semua sehat! Ibunya juga sangat kuat dan sehat!" kata Ceci.

" Alhamdulillah, Ya Allah!" semua bersyukur dengan bahagia, bahkan Brian langsung melakukan sujud syukur saat itu juga.

" Alhamdulillah! Trima kasih, Yaa, Allah! Semua anak hamba selamat...?" ucap Brian kaget.

" Semua? Apa maksud anda?" tanya Brian bangun dari sujudnya.

" Iya, semua! Anda mendapatkan sekaligus anak 2, putra dan putri!?|" kata Cecil tenang.

" Kembar?" teriak mereka semua.

" Iya!" jawab Cecil.

avataravatar
Next chapter