Deg..deg..deg...deg...deg!!!!
Jantung Max berdetak sangat cepat merasakan benda kenyal di punggungnya.
" Kenapa kamu mabuk-mabukan?" tanya Netta yang masih memeluk pinggang Max.
" Bukan urusan kamu!" jawab Max datar. Max kesal jika mengingat betapa genitnya Netta pada Dewa.
" Kamu marah?" tanya Netta lagi.
" Pergilah! Dokter Dewa pasti menunggumu!" kata Max melepas pelukan Netta dan berjalan ke ranjangnya. Netta tahu, jika Max pasti menganggapnya sebagai wanita gampangan karena kejadian kemarin saat di kantor. Max berbaring sambil menutup matanya, dia tidak menghiraukan Netta bahkan dia tidak memandang Netta sama sekali. Jangan sebut gue Arnetta kalo hanya Max saja gue nggak bisa menaklukan. Netta mendekati ranjang dan merangkak ke atas tubuh Max. Max merasakan tubuh Netta merangkak diatasnya berusaha menahan hasratnya sekuat tenaga. Kelemahn Max hanya ada pada Netta, bukan wanita lain. Dia tidak akan pernah tertarik pada tubuh toples wanita manapun meskipun itu Vina, mantan istrinya dulu. Netta menyentuh dada Max yang dibalut kaos slim berwarna putih. Max menahan desahan yang hampir keluar dari bibirnya. Karena Max tidak bereaksi, Netta menurunkan tangannya ke bawah, kearah perut sixpacknya. Shiittttt! Kalau dia terus turun aku nggak akan bisa menahan lagi. Netta tidak menyadari jantung Max yang berdetak seperti lonceng gereja karena suara hujan yang turun. Saat Max masih juga tidak bereaksi, Netta menurunkan tangannya tapi segera ditangkap oleh Max yang membuka matanya.
" Apa mamumu?" tanya Max menahan ketidak mampuannya menolak Netta.
" Aku mau kamu!" kata Netta terang-terangan. Max mendorong pelan Netta dan bengun dari ranjangnya.
" Kita bukan suami-istri!" kata Max yang berdiri di depan pintu lalu keluar dari kamarnya. Netta yang merasa jika Max kecewa padanya mengejar tanpa menghiraukan jika dia hanya memakai lingerie saja. Max bergegas turun menuju ke dapur untuk meminta Marni membuatkannya kopi sebelum masuk ke ruang kerjanya. Netta juga bergegas turun menyusul Max, betapa terkejutnya Max saat dilihatnya Netta turun dengan lingerie di tubuhnya. Glekkk! Max menelan salivanya, dia segera sadar jika dirumah itu dia tidak sendiri. Dengan cepat ditariknya Netta ke ruang kerjanya sebelum Maman melihat.
" Auchhh, Max!" teriak Netta saat Max mencekal tangannya dan menariknya.
" Apa kamu sengaja ingin memamerkan tubuhmu?" teriak Max marah setelah mereka di dalam ruang kerjanya.
" Aku..." Netta menundukkan kepalanya dan meneteskan airmata saat mendengar suara keras Max. Max yang tadinya sangat marah, merasa menyesal karena berteriak pada Netta.
" Ku mohon pergilah! Bukankah kamu akan menikah dengan Dr. Dewa?" kata Max membelakangi Netta.
" Aku bukan mainan, Netta! Aku juga memiliki hati! Aku bukan patung!" kata Max sedih.
" Aku tahu! Aku...minta maaf!" ucap Netta. Deg!
" Untuk apa? Aku yang bejat disini! Aku yang bajingan! Aku yang..."
" Tidak! Kamu tidak seperti itu!" Netta berlari ke depan Max dan duduk di meja kerja Max agar bisa sejajar dengan pria itu.
" Look at me!" kata Netta menangkup wajah Max.
" I am so sorry! Aku sudah tahu semuanya! Aku tahu apa yang terjadi selama ini! Aku yang minta maaf karena menutup mata akan kehidupanmu akibat kemarahan dan dendamku!" kata Netta panjang lebar. Max menatap mata Netta, dia melihat ketulusan Netta akan kata-katanya.
" Aku...hancur, Netta! Aku hanya pria miskin sekarang! Aku tidak memiliki apa-apa lagi!" ucap Max lemah.
" No! Kamu masih Max ku yang dulu! Semua perusahaanmu hanya dibekukan oleh Ken! Itu karena rasa cintanya padaku!" kata Netta. Wajah Max berubah jadi menggelap dan memalingkan ke kanan, tapi Netta mengembalikannya ke hadapannya.
" Apa kamu cemburu?" goda Netta.
" Aku cemburu pada siapa saja yang dekat denganmu! Apalagi menyentuhmu!" kata Max pelan.
" Tidak ada yang menyentuhku, Max!" kata Netta, Max menatap tidak percaya.
" Ken yang mencintaiku! Bukan aku! Kecuali Dewa yang sempat mencium leherku!" kata Netta kesal.
Cup!
Bibir Max mencium leher Netta, membuat Netta terdiam kaget.
" Aku tidak mau ada bekas pria lain di tubuhmu!" kata Max. Lalu Max pergi keluar dari ruang kerjanya sambil membuka kaosnya.
" Pakailah ini!" kata Max meletakkan kaosnya di atas sofa. Netta turun dari meja dan memakai kaos Max yang kebesaran. Dia mencium bau parfum Max dikaos itu. Masih sama! Aroma maskulin milik Max selalu bisa menenangkan Netta. Netta menyusul Max yang keluar kamar dengan tidak memakai kaos.
" Tuan Muda?" panggil Marni.
" Letakkan saja di ruang kerjaku, Mbok!" kata Max. Dia pergi keluar rumah untuk mengambil sesuatu di mobilnya.
" Max! Kamu mau kemana?" tanya Netta.
" Apa tidak ada payung dirumah ini, Mbok?" tanya Netta yang melihat Marni keluar dari ruang kerja.
" Sepertinya ada di kamar Tuan, Nyonya!" kata Marni. Netta berlari ke lantai 2 dan masuk ke kamar Max. Dicarinya payung di dalam kamar, tapi tidak ada, dikamar mandi juga sama. Di walk in closet! batin Netta. Dibukanya walk in closet Max dan dilihatnya ke sekeliling lemari. Itu dia! batin Netta saat melihat beberapa payung di box pojok. Diambilnya sebuah payung, saat akan keluar, dia melihat sebuah benda dengan tulisan yang membuatnya terpaku.
" Forever Love " tulisan itu ada diatas sebuah lemari besi kecil dengan foto Netta yang sedang tertawa. Netta mencoba membukanya dengan memutar tanggal lahirnya.
Klek!
Lemari besi itu terbuka dan dilihatnya sebuah box navy yang pernah diberikannya pada Max.
" Kamu menemukannya!" kata Max dari arah belakang.
" Kamu masih...menyimpannya?" tanya Netta datar.
" Tentu saja! Hanya benda itu yang aku miliki darimu!" kata Max. Netta memutar tubuhnya dan melihat tubuh basah Max. Dia menatap sebuah kalung yang menggantung di leher Max. Netta mendekat dan memegang kalung tersebut, sebuah kalung dengan bentuk pena emas seperti yang diberikannya.
" Mandilah! Nanti kamu sakit!" kata Netta meninggalkan Max. Max menutup walk in closetnya dan membersihkan tubuhnya. Saat dia keluar dari kamar mandi, lampu kamar telah berganti dengan lampu dinding. Max yang keluar dengan hanya memakai handuk menatap Netta yang berdiri tepat depannya. Glek! Kembali Max menelan salivanya. Dia sangat merindukan wanita didepannya ini.
" Apa kamu hanya akan diam saja disitu?" tanya Netta menggoda.
" Bagaimana dengan Dewa?" tanya Max.
" Apa kamu mau aku bersamanya?"
" Tidak!" jawab Max cepat.
" Lalu kamu maunya aku bersama siapa?" tanya Netta membuat Max malu dan kesal.
" Kalo kamu diam berati kamu mau aku bersama dengan Dewa!" kata Netta dengan sengaja, lalu dia pura-pura memutar tubuhnya dan masuk ke dalam walk in closet untuk mengambil pakaian.
" Apa yang kamu lakukan?" tanya Max takut.
" Ganti! Karena kamu tidak mau aku bersamamu!" kata Netta merajuk. Max bingung harus bagaimana, karena dia tidak memiliki apa-apa untuk hidup bersama dengan Netta dan diberikan padanya apalagi menikahinya. Netta sengaja membuka lingerienya di depan Max hingga meninggalkan dalaman saja. Max masih bingung karena Netta adalah seorang direktur sebuah perusahaan terkenal yang sangat cantik dan...seksi meskipun sudah melahirkan seorang anak. Glekk! Sekali lagi Max menelan salivanya melihat tubuh Netta yang sepertinya sengaja Netta ekspose didepannya.