webnovel

Tentang kamu

Nasib sial menimpa Anes ketika dia sedang pergi ke toilet yang cukup jauh dari gedung museum, Anes di culik oleh kedua anak buah Andri. Mereka membawa Anes menjauh dari gedung museum, bahkan lebih jauh lagi hingga keluar kota. Lisa selaku teman Anes sangat cemas dengannya karena tidak kunjung datang. Tidak ada yang tau keberadaan Anes dimana, bahkan Anes pun tidak tau dirinya berada di letak kota mana. Anes dikurung di sebuah gedung dengan desain luar yang cukup menyeramkan bahkan semakin seram ketika dia mengetahui ternyata dia dibawa ke kota tak berpenghuni, awalnya Andri mengira hanya ada mereka berempat di tempat itu, tapi ternyata ada satu orang lagi yang bernama Deska, Deska awalnya tidak peduli dengan urusan mereka, dan memutuskan untuk memilih tidak mengetahui apa-apa meskipun dia tau, tapi Anes meminta bantuannya dengan raut wajah memelas, pada akhirnya hati Deska tergerak untuk menyelamatkan Anes. Deska dan Anes berhasil keluar dari gedung itu, karena tempat tinggal Anes sangat jauh dengan lokasinya sekarang dia memutuskan untuk tinggal bersama dengan Deska. Hari-hari yang mereka lalui bersama menjadi sangat menyenangkan, sampai akhirnya tanpa di sadari mereka telah jatuh cinta. Berbulan-bulan berlalu cinta mereka semakin banyak rintangan yang terus berdatangan, sampai mengancam umur hubungan mereka berdua. Dewi kakak dari Anes memaksanya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Tapi Anes sempat menolak perintah kakaknya secara mentah-mentah dan terjadi cekcok yang cukup besar, sehingga Anes tidak sengaja berbicara mengenai hubungannya dengan Deska. Sontak membuat Dewi kaget dengan apa yang di dengarnya, sebab selama ini yang dia tahu mereka berdua hanyalah teman biasa. Dewi pun langsung membawanya pulang ke rumah dan Dewi melaporkan semuanya kepada orang tua mereka. Pada akhirnya Anes menuruti semua perintah kakaknya untuk kuliah dan pergi dari tempat Deska. Perasaan mereka berdua sangat hancur ketika di paksa berpisah. Tapi Anes memutuskan hubungannya semata-mata agar hidup Deska tidak terancam, apa lagi hanya karena dirinya. Deska yang tidak mengetahui alasan yang jelas kenapa Anes meninggalkan begitu saja membuat dirinya sangat hancur.

kenkaneki_20 · LGBT+
Not enough ratings
11 Chs

Bulan-bulanan

Deska membalikkan badan, menghantamkan kaki kirinya tepat di pelipis Anwar yang menghalangi Deska. Tangan kanan di kibaskan pada pria yang di sebelahnya, kedua anak buah Andri tak sanggup menahan serangan, terhuyung, lalu ambruk.

Anes dan Andri yang menyaksikan aksi Deska membuat mereka ternganga, sisa tiga anak buahnya terdiam mematung melihat Deska yang mampu melumpuhkan Anwar dan temannya.

"Lepasin Anes!" teriakan Deska sambil mengambil batang balok yang tadi di bawa oleh Anwar.

Deska berjalan meski kakinya terasa sakit, lengannya terus mengeluarkan darah, begitu juga dengan pipi kanannya yang juga masih mengeluarkan darah yang hampir mengering.

"Anak kecil ngga usah sok jagoan!" balas Andri sambil memasukkan Anes ke dalam mobil. Dia bersiap berkelahi melawan Deska yang saat itu kondisinya sudah mulai menurun.

Sebuah perkelahian sedang terjadi, ketiga anak buah Andri terlibat membantu Andri untuk menghabisi Deska. Satu lawan empat, suatu hal yang mustahil. Deska telah kehilangan seluruh kepercayaan dirinya.

Melihat Deska yang sudah terpojok membuat Anes berteriak histeris dari dalam mobil, berusaha keluar dan berniat menyelamatkan Deska yang sudah tidak berdaya, di jadikan bulan-bulanan oleh Andri dan ketiga anak buahnya.

Anes keluar dari mobil, dia berlari menghampiri Deska tapi kakinya di tarik oleh Anwar yang tergeletak di aspal. Anes pun jatuh tersungkur ke atas aspal yang menyebabkan kulitnya terkikis, dengan permukaan berubah menjadi putih, kehilangan lapisan terluar sampai beberapa detik kemudian mencuatkan cairan merah yang membuatnya mengerang. Rasa panas serta perih yang di hantarkan sekaligus membuat Anes kesakitan.

Penglihatan Anes kian buram seiring air yang semakin banyak berada pada matanya, dan tidak bisa di bendung lagi ketika melihat Deska sudah tergeletak di aspal, dengan kondisi yang sudah tidak berdaya. Andri dan ketiga anaknya buahnya tertawa ketika melihat Deska sudah berhasil mereka lumpuhkan.

"Lain kali, jadi orang nggak usah sok jagoan," Andri berucap sambil meludahi wajah Deska yang saat itu sudah tidak bisa bangkit lagi.

Yang di ingat Deska saat itu hanyalah keselamatan Anes, tapi kedua kakinya sudah tidak kuat lagi untuk berdiri sendiri. Dia merasa kalau dirinya akan segera tamat di tempat ini.

Samar-samar suara sirine polisi menuju tempat kejadian, membuat Andri dan sekolompok anak buahnya menjadi panik. Anes kembali berdiri dan berteriak-teriak meminta bantuan agar polisi segera datang menyelamatkan.

Dua mobil polisi langsung berhenti ketika melihat wajah yang sama seperti di foto, ternyata itu adalah polisi yang sedang mencari keberadaan Andri, tidak sempat Andri dan sekelompok anak buahnya kabur. beberapa polisi sudah mengepung mereka, bahkan tidak segan-segan polisi itu langsung menembakkan peluru ke kaki Andri.

"Des, kamu bertahan," Anes berucap sambil menaruh kepala Deska diatas pahanya. Air matanya menetes ke wajah Deska sehingga kesabarannya datang kembali.

"Nes, syukurlah kamu nggak apa-apa," ucap Deska dengan nada suara lirih di iringi dengan senyum tipis sebelum dia kembali memejamkan matanya.

"Kamu harus bertahan, Des. Jangan pergi," Anes menangis sejadi-jadinya ketika Deska menutup matanya lagi, Anes memeluk Deska yang sudah berlumuran dengan darah.

Harusnya ini menjadi perjalanan pulang yang singkat, kini menjadi perjalanan yang penuh darah. Polisi yang sudah menangkap Andri dan anak buahnya langsung di bawa ke kantor polisi untuk di mintai keterangan serta motif apa yang mendorongnya untuk melakukan kejahatan sampai sejauh ini.

Sementara itu Anes menemani Deska di dalam mobil ambulance yang sedang menuju ke rumah sakit terdekat sebelum semuanya menjadi semakin parah. Air mata Anes terus menetes melihat Deska yang saat ini.

***

Beberapa jam kemudian kondisi Deska sudah mulai membaik setelah melakukan pertolongan pertama. Anes sangat bersyukur dia tidak kehilangan orang yang sudah menyelamatkan hidupnya. Anes tidak beranjak pergi dari kursi sambil menunggu Deska siuman, namun suasana hening di pecahkan oleh suara Putri yang ada ke rumah sakit.

"Deska!" ucap Putri sambil berjalan cepat ke arah Deska yang terbaring di atas tempat tidur dengan balutan perban di kepala serta lengan dan kaki.

"Kamu kenapa bisa kayak gini," Ucapnya sambil mengusap-usap rambut Deska sampai ke wajah.

Tatapannya langsung berubah kejam ketika dia melirik ke arah Anes yang duduk di samping tempat tidur Deska. Putri berdiri dan berjalan ke arah Anes dengan gagah, dia langsung menarik baju Anes memaksanya untuk berdiri. Anes di dorong ke tembok sampai menabrak meja sehingga pot bunga mawar terjatuh ke lantai.

"Apa yang lo lakuin ke Deska?!" Putri bertanya sambil mencengkram kuat leher Anes sehingga dia kesulitan untuk berbicara, kedua matanya menyipit menahan rasa sakit yang sedang di alaminya.

"T-tolong lepas," suara Anes terdengar lirih sambil mencoba melepaskan tangan Putri yang mencengkram kuat.

Keributan di dalam membuat suara kebisingan yang menggangu istirahat Deska, seseorang suster melerai pertikaian yang terjadi antara Putri dan Anes. Suster itu memarahi mereka berdua karena sudah berbuat seenaknya di ruangan pasien yang sedang beristirahat.

"Kalian sudah dewasa, tidak seharusnya seperti ini. Kalau keadaan seperti ini membuat kondisi pasien menurun siapa yang mau bertanggung jawab atas nyawanya?" Suster memarahi mereka berdua sambil menariknya keluar dari ruangan.

Keduanya terdiam tidak menjawab sepatah kata pun, suster itu kembali mengingatkan untuk menjaga sikap di depan pasien agar tidak membuat kondisinya menurun.

"Awas lo ya," ucap Putri sambil mengguncang kuat sebelah bahu Anes, berjalan meninggalkan Anes dan suster di depan pintu ruangan Deska.

Anes kembali masuk ke dalam sambil mengusap air matanya yang menetes, dia berusaha menyembunyikan tangisnya dari Deska. Meski Deska tidak mengetahuinya.

***

Tidak lama kemudian Deska mulai menggerakkan jari-jarinya sambil perlahan membuka kedua matanya. Ekor matanya menyapu memperhatikan sekitar ruangan, dia bingung sekarang berada dimana. Dia hanya ingat terakhir kali dia sedang di pukuli dengan Andri dan sekolompok anak buah buahnya.

Merasa ada sesuatu benda bulat yang menindih tangannya, dia melirik pelan ke arah tangannya. Deska melihat Anes yang sedang tertidur sambil menggenggam tangannya, sehingga kepalanya ikut menindih tangan Deska.

"Nes ...." Deska berucap sambil menarik tangannya dari tangan Anes, dia berusaha mengelus kepala Anes namun Anes terbangun dari tidurnya.

"Deska!" ucapnya yang sontak terkejut melihat Deska sudah membuka kedua matanya setelah beberapa jam tidak sadarkan diri.

Anes langsung bangun memanggil Dokter untuk memeriksa kondisi Deska saat ini, Anes sangat bahagia akhirnya Deska kembali membuka matanya. Dokter sudah memastikan kalau Deska sudah jauh lebih baik hanya tinggal pemulihan luka-lukanya.

"Maaf ya, aku nggak bisa lindungi kamu," Deska berucap sambil memegang wajah Anes yang saat itu menatapnya dengan tatapan sendu.

Bersambung...