webnovel

TEARS [SHERINA ADELIA]

Ketika airmata berbicara dalam isak. Mereka tak akan peduli dengan apa yang kamu rasakan, yang mereka tahu hanyalah membuatmu semakin menjadi tak berarti. Itulah hidup, saat seseorang ingin memiliki kehidupan yang lebih baik, tetapi orang lainnya justru ingin membuat mereka semakin terjun kedasar jurang keputus asaan. Sialnya aku terkalahkan oleh keadaan. Penyesalan apa yang harus di sesali? Karna pada kenyataannya bukan lah dirimu yang bersalah. -Sherina Adelia-

Agatha_Mahasra · Teen
Not enough ratings
6 Chs

PROLOG

Seorang gadis tengah duduk di salah sebuah cafe dengan secangkir kopi di jarinya, ia terus memandang ke luar jendela menikmati rintik air yang jatuh menerpa jendela cafe. Pagi ini memang cuaca sedikit tidak mendukung rencananya, ah, ia jadi teringat sesuatu. Tentang hidupnya 5 tahun yang lalu, ia masih berharap kata-kata yang ia ucapkan dulu terus terngiang di ingatan mereka.

Beberapa menit berikutnya, seseorang mengejutkan Gadis itu, seorang laki-laki berparas tampan dengan setelan jas yang rapi, pria itu duduk berhadapan menghadap gadis itu.

"Sedang apa kau di sini, Er?" tanya pemuda itu. Gadis yang di panggil 'Er' itu menunjukkan cangkirnya.

"Sudah jelaskan, jika aku tengah memberi nutrisi untuk mataku," ujarnya, pria itu terkekeh.

"Baiklah-baiklah, jadi apa yang ingin kau bicarakan padaku?" tanya Pria itu sembari meraih punggung tangan gadis itu yang diletakkannya di atas meja.

"Aku akan berkunjung ke Indonesia dalam waktu dekat ini."

Pria itu terlihat sedikit terkejut mendengar penuturan gadis itu, "Are you serious,Hon?" tanyanya meyakinkan ucapan gadis itu, yang dibalas anggukan mantap olehnya, "Oke, kalau begitu aku ikut denganmu."

"No! Untuk apa? aku di sana hanya sebentar."

"If you don't go with me, you don't have to go anywhere," ujar pria itu dengan sedikit penekanan. Gadis itu hanya menghela napasnya dan berakhir mengiyakan keinginan kekasihnya itu.

Malam ini pikirannya mulai terasa berkecamuk, disatu sisi ia ingin berkunjung ke tanah kelahirannya, tetapi ia juga masih trauma dengan kehidupannya dulu. Gadis itu berdiri di balkon apartemennya, ia tak bisa terlelap dengan nyaman, ia terus berpikir apa yang harus ia lakukan jika sampai di negara itu? Apakah ia akan menemui orangtuanya? atau teman masa kecilnya? atau justru lelaki yang pernah singgah di hatinya dalam sekejab.

Kring kring...

Ponselnya berdering, ia segera menerima telepon dari kekasihnya itu. Pemuda yang sejak 5 tahun terakhir selalu menemaninya, membimbingnya dan melepaskan diri dari sebuah ketraumaan dengan lingkungan. Mungkin tanpa pemuda itu, ia tak lagi benar-benar ada di dunia ini. Pemuda itu yqng mengajarinya tentang kehidupan yang layak ia dapatkan, ia yang mengajari hidup dengan damai, hingga sampailah dirinya bisa di titik ini. Ia sangat amat bersyukur Tuhan mempertemukannya dengan kekasihnya itu di saat-saat sulit.

"Baiklah-baiklah, aku akan tidur sekarang," ujar gadis itu, "Iya, Bye, I love you too." Ia memutus panggilan tersebut, lalu masuk ke kamarnya dan bersiap untuk tidur.

Ia harus tidur sekarang, tak ada alasan untuknya agar tidak bisa tidur nyenyak. "Ingat Erin, Traumamu sudah hilang, dan kamu bisa hidup tenang sekarang," ujarnya pada diri sendiri.

Gadis itu terbangun di sebuah sekolah, matanya berkeliling bingung, ia tahu tempat itu. Matanya membulat saat ia melihat dirinya sendiri di ujung lorong dengan badan basah. Tunggu, ia tahu kejadian ini. Apa yang terjadi? apa ini mimpi? jika benar, ku mohon cepat bangun!

Seseorang memanggil namanya membuatnya terkejut, ia menoleh dan detik itu juga orang itu melemparkan sesuatu yang membuatnya terkejut. Ia terbangun dengan napas tersengal-sengal, ia tidak sedang mimpi marathon, tetapi kenapa mimpi itu melelahkan, dan kenapa pula mimpi itu kembali hadir setelah sekian tahun menghilang.

Apa yang harus ia lakukan? ia tak mungkin bisa melanjutkan tidurnya dengan nyenyak sekarang. Gadis itu meraih ponselnya untuk melihat jam yang ada di sana dan menunjukkan pukul 3 pagi. Gadis itu duduk bersandar di kepala kasur dan mengambil laptopnya, ia mulai memainkan benda tersebut dan berniat untuk menghilangkan semua pikiran negative yang ada di kepalanya.

Kata demi kata ia ketik di dalam benda tersebut, tetapi hal itu pun belum sepenuhnya menghilangkan pikirannya tentang mimpi yang lama tak pernah hadir lagi. Ia masih bertanya-tanya mengapa mimpi itu kwmbali hadir? apakah karena ia akan kembali ke negara itu?

Selamat datang dalam kehidupan masa laluku, dan setelah ini kisah itu akan kembali muncul ke permukaan. Kembali menebalkan sakit yang sudah menipis.

Calm and Enjoy the Story.