webnovel

Tawaran Allah untuk Hambanya

Ada banyak tawaran yang datang pada setiap manusia. Manusia punya hak untuk menerima atau menolak tawaran itu. Namun jika tawaran itu datang dari sang Pengabul Doa. Mampukah manusia menolak tawaran itu ? Ruby seorang gadis berusia 24 tahun, bekerja di sebuah kantor ternama. ia adalah seorang yang sukses namun sangat sederhana. Dicintai oleh setiap bawahannya namun belum juga bertemu dengan orang yang dicintainya. Akankah Ruby menerima setiap tawaran yang datang padanya ?

NudWiN12 · Urban
Not enough ratings
18 Chs

Pernikahan

Ruby benar-benar serius dengan persyaratan yang ia berikan hari itu. Pernikahannya dengan Rey akan di adakan secara tertutup. Hanya sanak keluarga yang di undang. Mereka belum mengadakan resepsi karena kesibukan mereka masing-masing di kantor. Setelah pertemuan keluarga dua Minggu lalu, semua persiapan ditangani oleh Nyonya Wilson dan Ibu Khadijah. Mereka mempersiapkannya dengan begitu sempurna sesuai dengan keinginan dari Ruby dan Rey.

Ruby tampak anggun dengan baju pengantin yang ia kenakan, dibantu kak Aisyah ia merias wajahnya dengan polesan sederhana namun sangat cantik. Ibunya yang ikut bergabung merasa terharu melihat putri satu-satunya akan menjadi seorang istri. Kelak dia akan menjadi seorang ibu seperti dirinya.

"Aku merasa gugup Bu, aku akan menikah, bagaimana nantinya aku belum bisa" ucap Ruby menggenggam tangan ibunya

"Jadilah dirimu nak, namun bebanmu akan bertambah kewajibanmu pun semakin banyak. Namun kelak semua itu akan ringan jika kamu membaginya nanti dengan suamimu" kata Ibunya

"Aku merasa belum bisa mengekspresikan perasaan ku padanya Bu, aku masih gugup padanya" kata Ruby lagi

"Tenanglah, kelak kamu akan menyukainya Ruby" kata Aisyah menenangkan adik iparnya itu

"Jadi istri nanti jangan cuek, harus lebih peka sama pasangan jangan kerja terus, orang tua suami juga jadi orang tuamu jadi kamu harus baik pada mereka" timpal Rinto yang berdiri di dekat pintu kamar adiknya

"Jangan begitu sama Ruby, mas tidak tahu aja kalau Ruby itu anak yang berperasaan" kata Aisyah

"Ya ya, tapi kenyataannya tidak begitu sayangku" kata Rinto menanggapi istrinya itu

"Sudah kalian ini, Rinto adikmu sudah akan jadi istri orang apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu padanya" kata Ibunya yang sedari tadi menahan haru

"Jadi anak baik, jangan ragu menelpon kakak kalo kamu ada masalah, kakak tetap selalu jadi kakakmu, selalu ada untukmu" kata Rinto serius memandangi adiknya itu

"Kamu juga harus ingat kakak masih akan tetap melindungimu dari siapapun itu, entah itu suami nanti" kata Rinto menegaskan. Perasaanya campur aduk melihat adiknya. Ia sangat bahagia melihat adiknya akan menikah di satu sisi ia belum bisa melepaskan adik kecilnya itu. Mereka telah bersama sejak kecil bahkan rengekan Ruby adalah nyayian merdu yang selalu ingin ia dengarkan. Dalam hatinya Ruby masih terlihat seperti anak kecil yang akan terus merengek padanya.

Mendengar ucapan kakaknya, Ruby tidak bisa lagi menahan tangisnya, ia begitu tersentuh dengan ucapan Rinto. Ibunya yang juga mendengar itu kini berurai air mata. Kedua anaknya telah tumbuh dewasa. Mereka akan memiliki kehidupan mereka masing-masing nantinya. Dalam suasana haru mereka semua saling berpelukan.

"Sudah menangisnya nanti make up mu luntur" kata Rinto mencoba mengendalikan suasana

"Iya kak, iya ini juga sudah coba berhenti" kata Ruby sambil menghapus air matanya dengan tisu

"Ibu keluar dulu melihat apakah mempelai laki-laki nya sudah tiba

****

Dirumah Rey

Persiapan telah selesai, mereka kini hanya perlu berangkat ke rumah Ruby. Yah akad akan dilaksanakan disana mengingat acara mereka sangat tertutup. Media pun tidak dibiarkan untuk meliput sesuai permintaan Ruby. Meski di awal pembicaraan Tuan Wilson tidak setuju akan hal itu mengingat ini adalah pernikahan putra satu-satunya. Namun karena penjelasan oleh Rey dan Nyonya Wilson, ia menyetujuinya. Nyonya Wilson telah mengenal bagaimana Ruby, meski hanya beberapa kali pertemuan tapi ia tahu gadis itu memiliki alasan mengapa pernikahannya harus secara tertutup.

"Mari kita berangkat, mah pah" kata Rey

"yah, nanti kita terlambat" kata Tuan Wilson

"Saya sudah tidak sabar melihat calon menantu kita" kata Nyonya Wilson dengan senyum di wajahnya

"Mama, akan segera bertemu dengannya, Aku tidak salah memilihnya ma" kata Rey

"Papa juga tidak menyangka bahwa gadis itu yang akan jadi menantu di keluarga kita, dulu sewaktu dia adalah bawahan papa, papa sempat berpikir untuk mengenalkan padamu tapi melihat dia begitu cuek namun pekerja keras serta jujur, papa tidak jadi karena mengira dia telah memiliki kekasih yang memotivasi dirinya dalam bekerja" ungkap Tuan Wilson

"Saya adalah pria ketiga dalam hidupnya pah, setelah ayah dan kakaknya, ia tidak pernah memiliki hubungan lebih dengan laki-laki manapun" kata Rey

"Papa telah mendengar itu dari calon mertuamu, kamu harus berusaha mendapatkan hatinya, ia mungkin akan kaku dalam percintaan nantinya tapi itu tak apa bagi papa kepribadian nya yang utama" kata Tuan Wilson lagi

30 menit kemudian mereka telah sampai di kediaman Ruby. Semua keluarga Rey yang datang langsung memasuki rumah tempat akad nikah akan dilaksanakan. Ruby tidak langsung keluar ia menyaksikan prosesi akad lewan video dari kamarnya. Ia belum bisa bertemu dengan Rey sebelum ada kata "Sah".

Prosesi akad berlangsung sangat hikmat. Tuan Wilson merasa bangga melihat putranya telah berhasil meminang seorang perempuan.

Ruby dibantu kak Aisyah keluar dari kamarnya. Ia kini harus duduk di samping Rey untuk memasang cincin pernikahan mereka. Begitu keluar semua mata langsung tertuju padanya. Kecantikannya begitu terpancar membuat semua yang melihatnya terpesona termasuk Rey. Ia sangat terpesona dengan kecantikan istri barunya itu. "Ia begitu cantik hari ini, aku menikahi seorang bidadari" batin Rey setelah melihat Ruby yang kini telah duduk di sampingnya.

Mereka lalu dipersilahkan untuk saling bertukar cincin kemudian Ruby diminta untuk mencium tangan suaminya. Dengan gugup Ruby meraih tangan Rey dan menciumnya. begitu selesai Rey langsung mencium kening Ruby hingga semua orang yang melihat itu ikut tersenyum bahagia. Ruby dan Rey menandatangani buku nikah mereka dan mengambil gambar. Selepas itu mereka kemudian melakukan prosesi sungkeman kepada orang tua mereka. Disitulah tangis pecah setelah ayah Ruby memberikan wejangan dan menitipkan Ruby pada keluarga Rey untuk di jaga.

"Putriku bukan gadis sempurna, ia masih terlihat anak kecil di mataku, aku titipkan putriku padamu nak, jaga dia baik-baik, jika dia bersifat kekanakan maka bantulah dia untuk lebih dewasa, jika ia masih terlalu cuek bantulah dia untuk lebih peka, dan jika dia lali dalam tugasnya sebagai istri maka ingatkan lah dia dengan cara yang lembut" kata Ayah Ruby dengan menahan haru.

Ruby menangis mendengar kata-kata ayahnya. Ia memeluk ayahnya begitu lama. Rey mengangguk dihadapan kedua orang tua Ruby. Ia berjanji dalam hatinya akan melakukan semua yang dikatakan mertuanya itu. Lalu mereka kemudian beranjak ke orang tua Rey. Ruby disambut dengan pelukan hangat oleh nyonya Wilson.

"Sekarang panggil aku mama, bukan ibu lagi" Kata Nyonya Wilson sambil menahan haru juga melihat menantunya

"Iya mah. terima kasih telah menerima ku setelah semua yang pernah aku lakukan" kata Ruby membalas pelukan nyonya Wilson

"Ingat jaga istri mu Rey, papa tidak pernah mengajarkanmu untuk menyakiti seorang perempuan kan, maka perlakukan lah dia dengan sangat baik dan jadikan lah dia seperti seorang Putri yang dijaga oleh pangerannya" kata Tuan Wilson pada anaknya yang kini telah menjadi seorang suami.

Rey memeluk ayahnya dan mengangguk lagi. Ia semakin bertekad untuk memberikan kebahagiaan pada Ruby. Hari ini jantungnya terus berdegup kencang. Ia masih tidak bisa menutupi rasa gembiranya.

Acara pernikahan Rey dan Ruby sangat sederhana hingga tidak memakan waktu yang cukup banyak. Mereka semua juga telah memutuskan untuk belum mengadakan resepsi sampai nanti mereka siap untuk membiarkan semua orang dikantor tahu tentang hubungan mereka. Media juga pasti akan meliput berita itu.

Malam hari di Rumah Ruby yang masih ramai dengan keluarga Ruby, Rey sudah ada di dalam kamar pengantin tepatnya itu adalah kamar Ruby. Ia segera berganti baju dan mengenakan kaos hitam dan sarung lalu bersiap untuk melaksanakan sholat Sunnah bersama. Ia telah memutuskan untuk belajar lagi tentang agama dan bagaimana menjadi suami yang baik untuk Ruby. Rinto mengatakan padanya bahwa selepas nanti acara ia harus langsung sholat sunnah berjamaah bersama Ruby. Ruby juga telah berganti pakaian dan mengenakan mukenah nya. Mereka terlihat begitu serasi. Masih ada rasa canggung diantara mereka berdua utamanya pada Ruby. Ia masih kikuk dan belum terbiasa bersama seorang laki-laki dikamarnya.

"Mari kita mulai" Pinta Rey

"Iya mas" kata Ruby

"Mas, kamu memanggilku mas" tanya Rey pada Ruby lalu tersenyum

"Apa sebaiknya pak atau kak" tanya Ruby balik

"Pak hanya pada saat kita dikantor, panggil mas saja, aku senang mendengarnya" kata Rey begitu tersipu malu mendengar Ruby memanggil nya dengan sebutan mas

Mereka berdua pun sholat Sunnah berjamaah. Selepas sholat mereka kemudian turun dan bergabung untuk makan malam bersama.

mereka merasa sangat lelah. Tidak banyak yang sempat mereka bicarakan malam itu bersama keluarga hingga mereka memutuskan untuk beristirahat.

"Aku tidak akan menyentuh mu sampai kamu siap Ruby

"Terima kasih atas pengertiannya mas, aku belum siap untuk hal itu" kata Ruby mengerti apa yang dimaksud oleh Rey

"Apa aku harus tidur di sofa ?" tanya Rey

"Tidak perlu, tidurlah di sini, aku tidak apa-apa mas, hanya saja untuk melakukan itu" kata Ruby

"Mas mengerti, mari kita istirahat" kata Rey lalu berbaring

Tidak menunggu lama, mereka terlelap. Malam itu menjadi saksi resminya hubungan mereka. Keduanya tertidur pulas. Hingga tidak menyadari jika mereka sudah begitu sangat dekat. Tangan Rey telah memeluk Ruby secara tidak sadar.