webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · Horror
Not enough ratings
56 Chs

Sergei berusaha membuatku bingung?

Para manusia mulai melemah bahkan paru-parunya hampir kehilangan kemampuannya untuk bernafas. Lima menit kemudian tubuh mereka mulai terasa ringan tidak ada lagi tekanan di dalam air tersebut sehingga mereka dapat bergerak dengan lincah.

Theo, Lucas, Eve, Hisashi dan Amarru berlomba naik kepermukaan sekaligus menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Red Water Park lagi? Kita terperangkap di sini lagi?!" pekik Eve menyadari di mana mereka sekarang berada.

"Keluar dari airnya sekarang!!" perintah Theo ikut panik.

Seingat Pria muda itu, selama mereka di dalam air, Sergei mampu mengirim ke mana saja mereka sesuai keinginannya. Maka dari itu dia segera memerintahkan semua orang segera keluar dari dalam air.

Kecipakan air terdengar di sertai hembusan angin yang entah mengapa sedingin es. Tubuh para manusia mulai gemetaran bahkan setelah mereka menjauhi wahana air.

"Nauctha!!" entah mengapa begitu kembali ke dunia nyata, satu nama ini terus melayang di kepalanya.

Theo berlari diiringi yang lainnya tetapi Agni meraih bahu Amarru sebelum membiarkannya pergi menyusul Theo dan yang lainnya.

"Panggil aku dengan melemparkan biji bunga ini ke atas tanah jika kalian dalam bahaya"

"Kau tidak mau ikut saja dengan kami?"

"Warna kulitku akan menakuti manusia lainnya. Untuk sementara tidak mungkin bagiku mengubah wujud manusia sempurna. Aku butuh energi yang cukup" tolak Agni.

"Kembali ke Dunia cermin?"

Agni hanya mengangguk dan menghilang dengan meninggalkan seberkas kilatan cahaya diudara, dalam sekejap mata. Amarru tersenyum kecut lalu pergi menyusul yang lainnya.

Langkah Theo, Eve, Lucas, Hisashi dan Amarru diam terpaku menghentikan langkah ketika ada cahaya senter dari sudut lain Taman air.

"Di mana kita harus bersembunyi?" bisik Lucas menatap tegang menyadari kehadiran si penjaga Taman air.

Sorotan senter tiba-tiba menyilaukan pandangan mata mereka. Kelimanya secara serempak menghalangi cahaya tersebut dengan punggung tangan mereka. Entah apa reaksi penjaga Taman air ketika melihat lagi-lagi mereka menyelinap masuk.

Suara tawa tak asing terdengar nyaring dan itu berasal dari si Penjaga Taman.

"Kalian pikir semudah itu kalian dapat bebas?" tanya si Penjaga Taman terkekeh puas setelah mempermainkan para sandera.

"Agni!!" Eve mulai mengenali suara makhluk yang mereka selamatkan dengan susah payah.

"Apa kalian terlalu bodoh mengenali orang, hmm?" ejek sang Penjaga Taman kecewa. Suaranya mulai berubah. Itu jelas bukan suara Agni!!

Sorotan senter telah padam dan mata semua orang mencoba melihat dengan saksama dalam mengenali wajah musuh.

"Dokter Sergei..." cicit Theo. Matanya membulat sempurna menyadari semua hal yang dia alami beserta seluruh temannya hanyalah sebuah fatamorgana ciptaan Sergei semata.

Terbukti sekarang Taman Air kembali berubah menjadi gedung lab lama Sergei. Mereka sama sekali belum kembali kedunia nyata tetapi masih terus berputar-putar di dimensi ciptaan si Iblis genius.

"Jadi kau berencana untuk menahan kami ditempat ini?" geram Theo angkuh. seakan dia punya kekuatan super di dalam tubuhnya. Tidak kah dia sadar kekuatan super itu hanyalah ilusi?

"Ku pikir keturunan Marcus memiliki gen secerdas dirinya. Melihat apa yang kau lakukan saat ini, kurasa aku harus mengubah pemikiran itu"

"Apa yang kau inginkan?! lepaskan teman-temanku!!"

"Kau Jauh-jauh datang menantang maut dengan mencari keberadaanku di sini, sementara penjahat di dekatmu saja kau, tidak bisa mengenalinya dengan jelas?" gerutu Sergei sangat kecewa.

"Kau sedang merencanakan sesuatu yang licik..." kekeh Theodor memilih tak begitu saja menelan bulat-bulat informasi dari si musuh.

"Bagaimana bisa kau selama itu dibodohi olehnya? orang itu begitu dekat denganmu, tetapi sesungguhnya berdiri disisiku bukan disisimu" Dokter Sergei yang menyamar menjadi Agni dalam balutan seragam penjaga Taman air menghilang, tetapi suaranya terdengar di telinga kiri Theodor.

Theodor jangan terpengaruh.... Iblis tetaplah Iblis. Setiap kata-kata hanya untuk menjerumuskan manusia ke api yang berkobar. Aku tidak boleh terlalu mendengarkan perkataannya. Batin Theodor berusaha sekeras mungkin menguatkan diri.

"Aku mengenal mereka semua lebih baik darimu. Tidak perlu repot-repot berusaha merusak kepercayaanku pada teman-temanku" geram Theo yang sejak keluar dari fatamorgana buatan Sergei tidak dapat menggerakkan kaki dan tangannya.

"Kata nya, yang ku sebutkan bukan merujuk pada mereka. tetapi pada orang lain yang lebih kau percayai" kini suara Sergei terdengar seolah dia ada tepat dibelakang Theodor.

"Secara tidak langsung kau menuduh seseorang telah berkhianat di belakangku?"

"Bukti-bukti yang kau kumpulkan bukankah akan sia-sia? Orang yang harus menerima hukumannya sudah mati. Apa yang sedang kau perjuangkan sekarang bukankah sia-sia? lalu siapa yang akan kau tuntut?" Sergei mendadak muncul di depan mata Theodor tanpa menunjukkan tanda-tanda akan menyerang.

"Kejadiannya telah lama... berlalu... untuk membuka kasus, setidaknya harus ada tersangka yang hidup" sorot mata Sergei seolah sedang mengasihani keluarga korbannya.

"Aha, kau takut aku akan menunjukkan semua bukti kejahatanmu? bukankah kau terlalu memperlihatkan kelemahanmu Sergei?" Theodor menatap wujud manusia Sergei dengan seringai licik.

"Kalau memang hanya sia-sia... untuk apa kau dengan susah payah menjerat kami ke dalam perangkapmu ini? itu juga berarti bahwa kau sedang berusaha melindungi orang-orang yang ada dibalik kejahatanmu. Artinya, mereka... masih... hidup..." kekeh Theodor di akhir kalimat menantang.

"Sungguh pikiranmu sedangkal itu?" wajah serius Dokter Sergei justru menakuti Theodor. Entah ke mana perginya sikap gagah berani Theodor tadi.

"Akan kuberi kau kesempatan untuk mengetahui siapa pengkhianatnya. Cari tahulah sendiri" Dokter Sergei memenuhi seluruh gedung labnya dengan air hingga naik sampai langit-langit. Theodor gelagapan bahkan mulai sesak napas setelah seluruh tubuhnya terendam air.

Di Perpustakaan keluarga Theo.

Theodor membuka matanya dan menghirup napas dengan serakah. Pikirannya tampak kacau sambil melayangkan matanya kesekitar.

"Theo kau baik-baik saja?!" di sana sudah berkumpul seluruh sekutunya tanpa kurang satu pun.

"Apa yang terjadi?" Theodor langsung duduk, menghindar dari rengkuhan Nauctha.

"Ada apa? mengapa tiba-tiba sikapmu aneh?" Nauctha merasakan perubahan emosi dari Theodor.

Theodor menelan ludahnya gugup dengan sikap siaga penuh. Mengawasi semua orang yang sedang mengerumuninya.

"Mengapa kita di sini?"

Nauctha mengangkat kedua alisnya bingung. Sambil memerhatikan Theodor yang memperlakukannya seakan mereka bermusuhan.

"Serius kamu tidak tahu mengapa kita di sini?" Eve menatap Theodor penuh selidik.

"Kita ingin membongkar isi flash disk. tetapi sebelum itu terjadi, lampunya padam dan begitu lampunya menyala kami baru tahu kau pingsan" Nauctha menjelaskan perlahan.

"Apa kalian sudah tahu apa isinya?" Theo memindai adakah hal yang mencurigakan pada seluruh rekannya.

"Sudah dia bilang kan, sebelum kita semua tahu apa isinya, lampu sudah mati" Lucas menimpali.

Sergei berusaha membuatku bingung? jika benar maka dia berhasil. Bahkan sekarang aku tidak tahu kejadian mana yang nyata atau tidak. Setahuku aku, Lucas, Eve, Hisashi dan Amarru tersedot ke dimensi lain karena Sergei. Apa poin ini hanya khayalanku? atau peristiwa sekarang ini juga ilusi ciptaannya?

Kalau ini ilusi artinya aku benar-benar terjebak di dalam lab sialan itu bersama Eve, Lucas, Hisashi dan Amarru. Bahkan kami juga dijebak ke dalam ilusi seolah kami pulang ke dunia kami yang sesungguhnya. tetapi, kalau peristiwa ini nyata, mengapa Sergei memilih melepaskan kami daripada mengambil keuntungan dari kami? ini juga terasa tidak masuk akal.

Ah, aku mengerti sekarang. Ini dunia ilusi Sergei. Aku sedang dipermainkan. geram hati Theodor kesal.

Apa yang coba Sergei lakukan padaku? aku harus tahu segera. Theo bertekad untuk keluar dari ilusi ini maka dia menampar pipinya sekuat mungkin hingga sudut bibirnya mengalirkan darah segar.

"Mengapa kelakuanmu seaneh ini? Theo kau harus sadar sekarang!!" terlihat ekspresi khawatir dari sorot mata Nauctha sambil mengusap pipi Theodor yang mulai membengkak.