"Kau tidak mengenali dia? Apa selama ini kau tidak pernah melihat berita di TV?" tegur Theodor menyikut lengan Zack tak enak hati.
"Tidak masalah. Lagi pula aku Reporter dari Negara lain" kekeh Eve tersenyum santai.
"Reporter?" Zack menatap Eve dari atas sampai bawah penuh selidik.
"Ya, dua bulan ini beritanya ada di mana-mana. Dia salah satu korban dari penculikan di Pulau terpencil" bisik Theodor membuat Zack teringat soal berita itu yang tersebar juga melalui surat kabar.
"Tetapi untuk apa kita melibatkan Reporter?" potong Zack kebingungan.
"Dia punya sesuatu yang kita butuhkan. Eve, bisa menolong kita" jawab Hisashi setengah berbisik.
Pria Biksu memberi kode agar Eve mau mendekat ke arahnya lalu mereka berdua terlibat sebuah pembicaraan santai. Entah mengapa dalam sudut pandang Zack, dan Theo, tak semestinya mereka berdua membicarakan hal krusial dengan sangat tenang tanpa beban sedikit pun.
"Oke, aku mengerti. di mana si genius itu?" tanya Eve pada Kenatt.
"Maaf. Dia sedang kuberi tugas tersendiri. Kau bisa bekerja sama dengan Hisashi, dan Theodor sebagai gantinya untuk sementara, lebih tepatnya" balas Kenatt meminta sedikit pengertian dari Eve.
"Baiklah, jadi apa rencana kita sekarang?" balas Eve menatap Hisashi lalu beralih pada Theodor.
==================================
Masih ingat ada yang pingsan di dimensi lain? dialah Lucas. Tiga menit kemudian Lucas mulai mengerjapkan mata. Dia sama sekali belum kembali ke raganya. Lucas masih terperangkap ke dalam dimensi masa lalu Diandra.
"Diandra..." Lucas menyadari ada hal yang dilewatkannya. Kini matanya mampu terbuka lebar. Tangannya menyenggol sesuatu yang sangat keras.
Batu? Ya, Batu tersebut separuhnya tertancap kuat ke dalam tanah. Lucas mencabut batu itu, lalu mengorek-ngorek ke dalam tanah, hingga tangannya merasakan telah menyentuh sesuatu yang bergemeresik dan agak kasar. Lucas menggenggam benda mungil yang tersimpan dalam kantung plastik.
"Inikah barang bukti yang di maksud Theodor?" gumam Lucas pelan.
Karena penasaran, Lucas membuka plastiknya. dirinya hampir saja menyentuh sebuah kertas yang dilipat di dalamnya. Namun suara orang berlari ke arahnya membuat Lucas waspada dan memasukkan plastik kecil tersebut ke dalam saku jaketnya.
"Eh, Diandra," Lucas tercekat menyadari apa yang telah setengah dia lihat tadi sebelum akhirnya pingsan, terulang kembali. Bedanya kali ini, Lucas dalam keadaan sadar. Lucas memerhatikan Diandra sedang mengorek-ngorek tanah dengan sebuah batu. Setelah terasa cukup dalam, Diandra memasukkan barang bukti ke dalamnya.
"Diandra, kau bisa mendengarku?" Lucas berusaha berkomunikasi tetapi Diandra justru sibuk mengubur bungkusan plastik kecil.
"Diandra" panggil Lucas mencoba menepuk bahu Diandra tetapi tangannya malah tembus. Terlihat ekspresi cemas luar biasa di raut wajah Diandra. Perlahan Diandra mengintai di balik rerumputan.
Karena merasa aman, Diandra berlari sementara Lucas mengikuti ke mana langkahnya berhenti.
"Hey, bukannya kau ingin melarikan diri? mengapa kau malah kembali ke sarang musuh?!" Lucas memperingatkan meski, dia tahu Diandra tak akan merespon.
"Aaaaaaaah!!" teriakan Diandra mengejutkan Lucas. Pria muda tersebut menyadari apa pun yang akan dia usahakan untuk menolong Diandra, tidak akan ada gunanya di dimensi ini. Padahal terakhir kali jelas-jelas Lucas, dapat berkomunikasi. Bahkan tersenggol penghuni dimensi lain. Lalu mengapa sekarang tidak?
Lucas melihat beberapa orang Pria mengerubungi Diandra. Saat salah satu dari musuh Diandra menodongkan pistol, Lucas mendengar seseorang menyebutkan nama si Pria yang sedang mengacungkan senjata. Ternyata namanya adalah Sergei!!
Ketika Diandra diangkut ke dalam truk, Lucas memutuskan untuk ikut. Toh belum ada suara Hisashi yang melarangnya untuk ikut masuk ke dalam truk. Lucas belum menyadari bahwa semua rekannya sedang memutar otak untuk membawanya pulang.
Di dalam truk, Diandra berusaha keras melepaskan diri tetapi dia tak mampu membuka tali yang mengikat kuat pergelangan tangan dan kakinya. Tiba-tiba truk yang mengangkut Diandra dan Lucas berdecit lalu berhenti. Entah mengapa ada suara ribut-ribut diluar sana. Mata Lucas terbelalak lebar melihat siapa pahlawan Diandra yang datang kali ini.
"Zerra, Hugho!!" kata Diandra dan Lucas bersamaan.
"Hugho di belakangmu!!" teriak Lucas histeris begitu melihat antek Sergei diam-diam mendekati Hugho dari belakang, dan memukul kepala Pria malang tersebut, hingga pingsan.
Zerra dan Diandra berteriak histeris saat mereka dicekal dan diikat.
Bugh!!
Suara seseorang memukul kepala antek Sergei dari belakang. Itu Edmund Huibert!!
"Ayo lari sebelum kawan-kawan kita kehabisan cara mengalihkan perhatian antek Sergei" bisik Edmund sambil berjuang melepaskan ikatan Diandra dan Zerra.
"Diandra, aku butuh berkas yang ku titipkan padamu di map berwarna hijau muda. Larilah, dan bawa berkas itu ke kantorku" perintah Edmund. Diandra mengangguk lalu berlari keluar dari truk.
"Ayo Zerra, bawa Hugho. Kita harus memindahkan vaksinnya agar Sergei tidak mendapatkan keinginnnya" bisik Edmund, sambil membantu Zerra memapah Hugho.
Tunggu!! aku tidak bisa bergerak!! tolong aku!! Theo!! Hisashi!! kalian mendengarkanku?! batin Lucas mengirim sinyal permintaan tolong. Namun tak ada balasan dari kedua rekannya itu. Lucas merasa tubuhnya melemas dan mulai terseret ke pusaran awan gelap yang pekat.
Brugh!!
Di mana ini? Hisashi!! Apa kau yang membawaku kemari?! teriak batin Lucas, menahan rasa nyeri yang ada di lututnya. Lagi-lagi tidak dijawab.
Krieeeeek
Suara pintu terbuka!! Lucas tak ingin ambil risiko. Meski Diandra dan rekan-rekannya tidak dapat melihat Lucas, bukan berarti kali ini sama. Dirinya buru-buru bersembunyi di balik meja oprasi.
"Sergei?" gumam Lucas lirih memerhatikan siapa yang datang.
"Marcus sialan!! sudah berulang kali kutawari kerja sama. Tetapi dia berlaku sok suci!! Aku butuh bagian dari dirinya untuk penelitianku!! tetapi tidak masalah...toh Putranya Felix ada ditangan Lolita" kekeh Sergei setelah sempat marah-marah. Sergei pun menelpon Wanita bernama Lolita.
"Bawa kemari Putra Marcuz. Dia akan sangat berguna untuk penelitianku" kata Sergei tidak sabar.
"Apa?? Lolita membawa lari Felix?! kerjar dan dapatkan Felix!!" teriak Sergei murka.
"Sial!! Wanita pengkhianat itu harus kuhabisi dengan tanganku sendiri" emosi Sergei semakin memuncak. Tak lama kemudian telepon masuk berdering.
"Jejak Felix tidak ditemukan?! Kerja kalian sangat lambat!! cari Felix sampai ke lubang semut sekali pun!!" murka Sergei, lalu mematikan saluran telepon.
"Tidak akan kubiarkan kalian menggagalkan rencanaku. Akan kucari Felix, sampai mati pun" kekeh Sergei, mencampurkan banyak zat kimia ke dalam satu tabung kecil, lalu diminumnya.
Lucas menutup mulutnya panik saat melihat lima menit kemudian seluruh tubuh Sergei mengering, lalu menyusut berubah menjadi kerangka.
Klotak
klotak
kerangka Sergei berjatuhan dilantai!! Lucas tak tahan lagi dia keluar dari persembunyiannya, lalu berencana keluar dari tempat mengerikan ini. dirinya berusaha membuka pintu tetapi tak terbuka sama sekali!!
Klotak
Klotak
Suara itu terdengar lagi di telinga Lucas. Pria ini berbalik, membelakangi pintu yang terkunci, dan melihat kerangka Sergei dapat tersusun rapi kembali, lalu menyeret tulang kakinya menuju ke arah Lucas berada, sambil memainkan pisau bedah di tangannya.
"Theo!!"