1 Prolog

Pagi hari di Universitas Banten seorang pria bernama Tama baru saja keluar dari ruang sidang. Ia adalah mahasiswa pertama yang dinyatakan lulus, dan ia memperoleh nilai A. Ia merasa bahagia dan sangat bangga akan pencapaian yang telah ia lakukan. 4 tahun sudah ia berkuliah di Universitas Banten, kini ia akan menanti hari dimana ia akan mengenakan toga.

Saat ia berjalan menuju kantin setelah selesai sidang skripsi, ia melihat seorang mahasiswi yang sedang duduk di kantin sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya. Dia adalah Nadia, Gadis pujaan hati Tama sejak SD. Namun Tama terlalu malu untuk menyatakan cintanya. Ia selalu berusaha agar bisa satu sekolah dengan Nadia, sampai dengan kuliah di universitas yang sama.

Ia datang mendekati Nadia sambil menanyakan apa yang sedang Nadia lakukan. Ternyata Nadia masih sibuk dengan revisi skripsinya. Karena Tama sudah selesai sidang, ia menawarkan bantuan kepada Nadia. Berhubung mereka memang sudah berteman sejak SD, Nadia memang sudah tidak canggung lagi kepada Tama. Ia memperbolehkan Tama untuk membantunya.

Setelah Tama selesai membantu Nadia mengetik revisi skripsi milik Nadia, Nadia memesankan makan siang untuk Tama. Mereka berdua pun akhirnya makan bersama. Tama merasa senang sekali dapat menghabiskan waktu bersama Nadia. Namun kehawatiran di hati Tama muncul karena sebentar lagi mereka akan berpisah. Perkuliahan mereka telah selesai. Setelah ini mungkin Tama akan jarang sekali berjumpa dengan Nadia. Oleh karena itu, ia bertekad untuk menyatakan cintanya kepada Nadia setelah mereka di wisuda nanti.

Sebulan kemudian semua mahasiswa telah selesai sidang skripsi. Hari dimana para mahasiswa dan mahasiswi akan diwisuda semakin dekat. Tama telah mempersiapkan hatinya untuk bisa menyatakan cintanya pada Nadia. Selama bertahun - tahun ia sudah memendam rasa, kini ia sudah bertekad untuk menyatakan cinta nya.

Hari itu Tama sedang berjalan kaki sepulang dari kampus nya. Ia berjalan di trotoar. Di sana ada seorang nenek penjual mainan anak - anak. Karena nenek itu terlihat sedih, Tama pun menyapanya. Nenek itu mengatakan bahwa dagangannya belum laku sama sekali. Akhirnya Tama memberikannya uang.

"Terima kasih, ambilah salah satu mainan ini untuk mu". Kata Nenek itu.

"Tidak usah nek, semoga dagangan nenek terjual semuanya". Kata Tama.

Tama pergi meninggalkan nenek itu. Sambil mengamati langkah Tama, Nenek itu berkata, "Dia anak baik, sayang hidupnya akan berakhir".

Ke esokan harinya adalah pelaksanaan wisuda. Tama senang bukan main, ia mengikuti prosesi pelaksanaan wisuda dengan tenang dan tertib. Waktu terus berjalan, prosesi acara wisuda telah selesai. Semua Mahasiswa dan Mahasiswi telah keluar dari gedung wisuda. Mereka mencari keluarga mereka untuk berfoto bersama, begitupun dengan Tama. Tetapi rasa di hati Tama menjadi tidak tenang karena ia belum bertemu dengan Nadia. Akhirnya ia pergi mencari Nadia.

Tama terus saja mencari Nadia, hingga akhirnya ia bisa melihat wajah Nadia yang sedang tertawa bahagia dengan jarak sekitar 10 meter darinya. Namun saat Tama hendak melangkah, terdengar suara orang - orang berteriak "awas", sementara pikiran Tama menjadi kosong. Yang ada dipikirannya saat itu adalah Nadia seorang.

"Bruk".

Suara tiang listrik yang jatuh menimpa dirinya. Tama pun terjatuh hingga jiwa nya terpaksa keluar dari tubuhnya. Ia mendengar suara tangisan banyak orang disekitar nya.

"Hei, apa yang kalian tangisi, mengapa kalian memanggil namaku? hei aku disini". Kata Tama.

Kemudian ia mendekati kerumunan masa seperti layaknya mereka sedang melihat korban tabrak lari. Lalu ia melihat wajah dirinya sendiri yang telah berlumuran darah.

"A...aa..apa ini? apa yang terjadi padaku?". Kata Tama Kebingungan.

Tidak lama kemudian terdengar suara ambulan mendekat ke lokasi tersebut. Setelah ambulan tiba, jasad Tama dibawa oleh ambulan. Orang tua Tama ikut masuk ke dalam ambulan, sementara Nadia entah dimana.

"Ayah,, Ibu,, aku disini.. tolong dengarkan aku".

Hari itu sudah malam, Tama merasa sedih dan kesepian, ia berjalan kaki menuju rumahnya. Beberapa hantu yang berkeliaran dipinggir jalan pun mengucilkannya.

"Hei lihat itu, pasti dia baru saja meninggal". Kata seorang hantu wanita.

"Benar, kasihan sekali dia". Kata hantu perempuan lainnya.

Tetapi Tama tidak mau ambil pusing dengan apa yang dikatakan para hantu itu. Saat itu ia hanya ingin cepat - cepat sampai di rumah.

Tama sudah berjalan kaki cukup jauh, hingga akhirnya ia sampai di depan rumahnya. Disana terlihat banyak sekali orang yang berkunjung ke rumahnya.

"Sepertinya hidupku memang benar - benar berakhir. Apa yang harus aku lakukan?".

Tama masuk ke dalam rumahnya, disana ada wanita separuh baya yang menangis dan menjerit di depan jasad nya. Wanita itu adalah ibunya. Tama menangis melihat keadaan itu. Ia tidak bisa melakukan apa - apa untuk menenangkan ibunya. Ia pun tidak bisa menyentuhnya. Ayahnya terus memegang tangan jasadnya, sementara anggota keluarga nya yang lain memeluk ibunya untuk menenangkannya.

Tama berlari keluar dari rumahnya. Kemudian ia berhenti di depan sebuah pohon yang cukup besar. Tiba - tiba angin meniupnya dengan kencang. Lalu terdengar bunyi suara gamelan. Tidak lama kemudian, terdengar suara seorang wanita memanggilnya dari belakang.

"Ananda Pratama, apa kau yang meninggal hari ini?"

Tama merasa sedikit ketakutan, ia takut bahwa suara itu adalah suara malaikat pencabut nyawa yang akan menjemputnya. Ia menoleh ke belakang dengan pelan - pelan sambil memejamkan matanya. Setelah itu, pelan - pelan ia membuka matanya. Terlihat seorang wanita mengenakan kebaya putih dengan rok batik dan selendang kuning, seperti pakaian bangsawan di jaman kerajaan dahulu kala.

"Siapa kamu?". Tanya Tama.

"Aku? aku adalah dewi penyelamatmu". Kata wanita itu.

"Apa maksudmu?"

"Jika kau ikut denganku dan menjadi budak ku, kau tidak akan dibawa oleh malaikat pencabut nyawa". Kata wanita itu.

Tama menolaknya secara tegas karena ia tidak mau diperbudak oleh hantu. Namun wanita itu menakut - nakutinya.

"Setelah jasadmu dimakamkan, malaikat maut akan menjemputmu dan kau akan pergi ke alam baka, Jika kau ingin tetap tinggal disini sebut lah namaku, Kirana".

"Tidak, aku tidak akan pernah menyebut namamu". kata Tama.

Tidak lama kemudian, wanita itu menghilang dari hadapan Tama. Ke esokan harinya Tama menyaksikan pemakamannya. Suara tangis masih terdengar, keluarga dan teman - teman Tama seperti belum bisa menerima bahwa Tama telah meninggal dunia. Tetapi Tama tidak melihat Nadya hari itu. Lalu ia mendengar percakapan teman - temannya yang mengatakan bahwa Nadia sudah berangkat ke Jakarta karena ia mendapatkan panggilan interview kerja di Jakarta.

"Gimana nih, kita kasih tau Nadia nggak?". Tanya Ara, teman Tama dan Nadia.

"Jangan dulu deh, dia kan lagi interview takut nanti gak konsen". Jawab Devan yang juga teman mereka.

Semua yang ada dipemakaman satu persatu pergi meninggalkan makam Tama. Sementara Tama hanya duduk di samping makamnya sambil mengamati nisan yang bertuliskan namanya. Saat semua sudah pergi, awan terlihat menjadi teduh dan angin berhembus dengan kencang.

"Ananda Pratama, anda telah ditunggu yang maha kuasa".

Tama terkejut mendengarnya. Ia berdiri dan menoleh ke arah suara itu. Rupanya suara itu adalah suara malaikat maut. Malaikat maut mengulurkan tangannya. Sementara Tama berjalan mundur menghindari malaikat maut. Karena tidak ingin pergi ke alam baka, ia berteriak menyebut nama Kirana.

"Kirana, tolong aku".

Kirana langsung muncul di hadapan Tama dan Malaikat maut.

"Sorry bang, dia milik ku". Kata Kirana.

"Ah, Kau lagi". Sahut Malaikat Maut.

Terjadi pertarungan antara Malaikat maut dan Kirana, namun malaikat maut sepertinya melukai Kirana hingga berdarah. Dan ternyata Kirana sengaja menjebak malaikat maut. Malaikat maut tidak boleh melukai mahluk yang belum ditakdirkan untuk mati. Akhirnya malaikat maut pun menghilang.

"Sekarang kau sudah aman, mari kita bersalaman sebagai tanda kau setuju jadi budak ku".

"Siapa kau sebenarnya, kau manusia atau hantu?". Tanya Tama.

"Kadang aku manusia, kadang aku hantu, kadang aku juga binatang, yasudah ayo kita pergi ke Villa ku". Kata Kirana.

Akhirnya mereka bersalaman, dan Tama pun pergi mengikuti Kirana ke Villa tempat Kirana Tinggal.

avataravatar
Next chapter