webnovel

T.I.M (treasure in murder)

Pada tahun 2172 Indonesia masih belum benar-benar merdeka. Korupsi masih ada ketidak adilanpun masih merajalela. Sekelompok individu dari latar belakang berbeda-beda yang muak dengan keadaan negara mereka bersatu untuk menangani kasus-kasus yang tidak bisa di pecahkan oleh unit lain di negara mereka. Aileen Fredella adik Adara Afsheen yang merupakan bagian dari T.I.M harus menggantikan posisi sang kakak yang sudah meninggal. Pertemuan tidak terduga, kasus rumit terjadi, dan menjadi pengurus apartemen bukan hal yang mudah. Berbagai konflik terjadi kesedihan, kebohongan, pengorbanan, penghianatan, dan cinta. Akankah Aileen mampu? (Cerita ini sedang di edit besar besaran karena banyak typo dan beberapa jalan cerita yang kurang memuaskan author mohon bersabar)

LynKuromuno707 · Sci-fi
Not enough ratings
214 Chs

Chapter 27: Case 2: Perdagangan organ bagian 15

"Pertanyaannya daftar apa ini? Terus kenapa bisa ada nama kamu di sini?"

Aileen menatap daftar yang di perlihatkan Rei kepadanya dan membaca ulang semua nama yang ada di dalam daftar itu, ia melihat ada beberapa nama yang familiar juga untuknya. Reyna dan Mikha juga tertulis di sana selain namanya termasuk nomor handphone dan email untuk menghubungi meeka. Aileen tidak merasa pernah memberi Mahesa email atau nomor handphonenya, bagaimana bisa dia tahu? Hal ini membuat Aileen merasa heran. Tiba tiba ia teringat dengan wajah mayat yang ia periksa kemarin dan serasa tidak asing untuknya itu. Kalau di pikir-pikir dia tidak melihat profil mayat itu sebelumnya karena ia terburu-buru dan ingin pekerjaannya segera selesai karena tidak nyaman dengan pandangan Chandra kepadanya. Apa jangan-jangan perempuan itu memang salah satu dari sekian banyak orang yang dia kenal? Tapi siapa? Iapun beralih menatap Rei dan bertanya.

"Sebentar Rei, siapa nama korban yang aku otopsi kemarin? Aku pingin cepet-cepet selesai jadi aku gak sempet liat profil korban kemarin."

Mendengar perkataan Aileen Reipun memperlihatkan foto seorang wanita cantik berambut pirang dengan mata hitam dan bibir mungil yang tampak mengkilap karena lip gloss yang benar sangat dia kenali. Ia sama sekali tidak percaya mayat yang ia periksa kemarin benar-benar orang yang ia kenal seperti yang ia kira. Awalnya ia mengira kalau ia hanya pernah sekedar berpapasan dengannya tapi ternyata ia benar-benar mengenalnya.

"Namanya Samantha Huang, murid pertukaran pelajar dari China. Dia murid jurusan kedokteran juga kayak kamu. Dia dokter anak yang bekerja di Rumah sakit N."

Aileen sama sekali tidak sadar kalau mayat yang dia periksa adalah Samantha, dia anak yang cukup ramah dan bisa di bilang cukup cantik tapi saat kemarin dia periksa wajah Samantha tampak benar-benar berbeda dari Samantha yang di kenalnya. Sepertinya Samantha benar benar hebat dalam hal make up, ia saja tidak sadar kalau Samantha menggunakan make up sampai saat ini. Samantha itu temannya, tapi tidak sedekat Mikha dan Reyna. Dia masuk kuliah sekitar satu tahun yang lalu dan seperti yang Rei bilang Samantha memang pacar Mahesa. Hubungan mereka bisa di blang tidak terlalu baik mengingat Samantha tidak suka sikap Mahsa yang sangat posesif kepadnya. Dia sering bercerita kepadanya tentang permasalahan cinta mereka dan cukup sering mereka bertengkar karena hal ini hingga akhirnya Samantha sudah tidak tahan lagi dan meminta bantuannya agar ia bisa memutuskan hubungan mereka. Mendengar dari semua cerita yang di ceritakan Samantha kepadanya Aileen heran kenapa masih banyak saja para perempuan yang menyukai orang itu. Setelah mengetahui kalau mayat yang di periksanya sebelum ini adalah Samantha Aileen tidak tampak terlalu kaget lagi dan berkata.

"Kalau gitu sekarang aku tahu itu daftar apaan, itu daftar Panitia. Aku, Samantha, Reyna sama Mikha ngajuin diri buat jadi panitia di festival tahunan yang bakal di adain bulan depan. Kalau gak salah Mahesa juga salah satu panitia sekaligus penanggung jawabnya jadi gak aneh dia bisa punya data ini."

Mendengar perkataan itu Rei tampak mengangguk mengerti dan menulis apa yang Aileen katakan dalam tablenya..

"Sedekat apa kamu sama Mahesa?"

Aileen tampak menaikkan sebelah alisnya mendengar pertanyaan Rei.

"Hah? Ngobrol aja hampir gak pernah. Terakhir kali dia pernah ngajak aku makan sama dia tapi aku nolak soalnya aku ngerasa aneh aja tiba-tiba di ajak makan sama dia. Lagian sesuka-sukanya aku sama makanan geratis kalo di tawarinnya sama orang yang gak bener-bener aku kenal ya aku gak mau lah."

Jawabnya dengan sangat jujur membuat Rei menghela nafasnya lega, untung Aileen menolak. Kalau terjadi sesuatu kepada Aileen ia tidak tahu harus melakukan apa. Membayangkan Aileen bernasib sama seperti Samantha saja dia tidak mau.

"Eh bentar apa Reyna, sama Mikha temen kamu itu pernah dapet ajakan yang sama juga dari dia?"

Mendengar pertanyaan Rei ia langsung menyadari yang Rei maksud. Samantha memang pernah menolak ajakan Mahesa dan kalau Reyna dan Mikha pernah mendapat ajakan yang sama dan menolaknya itu bisa menjadi motif lain selain penjualan organ dan ada kemungkinan mereka akan menjadi target juga.

"Aku gak tahu, aku bakal tanyain ke mereka nanti. Mahesa itu terlalu posesif sama Samantha, ngatur-ngatur dia terus sampe dia pergi sama temennya aja harus bilang dulu sementara Mahesa gak pernah dia larang jalan berduaan sama perempuan lain. Selain sifatnya yang seenaknya itu Samantha juga pernah bilang kalau dia gak ngerasa aman sama mahesa."

"Apa yang kamu maksud Aileen?"

Tanyanya penasaran.

"Samantha pernah bilang ke aku, Mikha sama Reyna. Dia bilang "Aku gak ngerasa tenang tiap kali Mahesa natap aku" terus aku tanya balik sama dia "Kenapa?" dan dia jawab "Mahesa kayaknya nyembunyiin sesuatu dari aku, dan entah kenapa hal itu bikin aku ngerasa takut" terus kami bujuk dia buat pisah sama Mahesa soalnya aku juga gerasa ada yang gak beres sama di tapi dia bilang "Aku gak bisa, aku terlalu takut sama dia" terus aku bujuk dia lagi dan bilang "Nanti aku temenin" setelah itu aku bener-bener nemenin dia dan Samantha bener-bener mutusin hubungannya sama Mahesa saat itu di depan aku."

Mendengar perkataan Aileen, Rei merasa tidak aneh Mahesa mengincar Aileen yang menengahi masalah hubungannya dengan Samantha. Tapi yang di lakukan Aileen tidak salah. Hubungan mereka sepertinya benar-benar tidak sehat hingga Aileen sampai turun tangan untuk memisahkan mereka. Lagipula Aileen bukan tipe orang yang mau ikut campur dengan masalah orang lain kalau masalahnya tidak benar-benar serius. Ia jadi heran seserius apa sebenarnya masalah ini kalau Mahesa sampai benar adalah pembunuh Samantha.

"Apa reaksi Mahesa setelah itu?"

Tanyanya kembali.

"Dia gak terima tapi aku langsung ngambil tindakan dan menahan Mahesa, aku misahin mereka berdua dan membawa Samantha pergi saat itu juga setelahnya."

Rei kembali menangguk dan mencatat semua hal penting yang tadi Aileen katakan tadi ke dalam note booknya, tidak lama kemudian pintu lift terbuka dan Aksa tampak keluar dari dalam sana dengan pakaian yang tampak sudah rapi begitu pula dengan Angga, Adnan dan Daniel yang tampak memakai pakaian santai mereka.

"Apa kami ketinggalan sesuatu?"

Tanya Adnan sambil duduk di atas sofa diikuti para anggota lain juga yang tampak ikut duduk juga di sofa lainnya.

"Iya, kalian udah ketinggalan banyak hal."

Rei mulai menceritakan semua yang sudah Aileen beritahukan padanya tadi. Aksa yang asalnya agak kesal dengan apa yang sudah Rei lakukan kepadanyapun tampak melupakan kejadan tadi. Iapun mengangguk mengerti dan beralih menatap Aileen.

"Aileen buat jaga-jaga mulai sekarang kamu bakal di anter sama Rei."

Perkataan Aksa membuat pemilik kedua nama itu menatapnya dengan tatapan malas.

"Aksa kenapa kamu nyuruh aku ngelakuin ini?"

Aksa tersenyum misterius kepada Rei. Dia ini bukannya berterimakasih sudah ia beri kesempatan agar bisa berduaan dengan Aileen malah menatapnya dengan tatapan malas seperti itu. Anak buahnya ini benar-benar tidak tahu terimakasih. Ia hanya ingin masalah di antara Rei dan Aileen segera selesai agar Rei bisa kembali bekerja tanpa harus terbayang-bayang dengan masalah di antara mereka! Rei mungkin mengira ia tidak tahu tapi ia tahu Rei tidak terlalu fokus tiap kali ada Aileen di dekatnaya. Ingin rasanya ia mendekatkan mereka lagi.

"Karena Aileen gak takut sama kamu dan mobilku belum selesai di reparasi gara-gara percobaan kamu beberapa waktu lalu."

'Juga balas dendam karena udah ngerjain aku tadi' pikirnya dengan senyuman yang masih melekat di wajahnya.

"Terserah, Aileen jam berapa kelas kamu di mulai hari ini?"

Mendengar perkataan Rei Aileen langsung menatap jam tangan kecil yang ia pakai di pergelangan tangan kirinya.

"Pukul satu siang ini, kita punya waktu sekitar empat jam lagi."

Mengingat tidak ada angkutan umum yang lewat pukul satu siang Rei menghela nafas dan menatap Aksa dengan tatapan malas.

"Oke-oke aku bakal nganter dia nanti, puas?"

Laki-laki itu mengangguk dengan wajah yang masih tersenyum.

"Rei karena masih banyak waktu gimana kalau kita lakuin sekarang saja?"

Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)

LynKuromuno707creators' thoughts