webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Fantasy
Not enough ratings
92 Chs

Asrama

Di gerbang akademi Anfield, orang-orang berkumpul untuk melihat hasil uji kelayakan itu. Disana tampak orang-orang yang berwajah gembira begitu mengetahui nama mereka ada di daftar itu dan banyak juga yang berwajah murung, begitu menyadari bahwa nama mereka tidak ada di sana.

Orion, Kiara dan Kiana memutuskan untuk menunggu hingga orang-orang yang berkumpul di gerbang berkurang. Begitu melihat bahwa orang-orang mulai pergi dari sana, mereka pun mendekat ke daftar itu.

.

1. Orion (1.234)

2. Kiara (1.233)

3. Kiana (1.232)

.

"Oh, kita diurutan teratas!!" Kiana terdengar gembira.

"Orion memang hebat, mendapatkan peringkat pertama" Kiara melihat ke Orion.

"Ya, aku juga sedikit terkejut" Orion tersenyum kaku, dia sempat ragu bahwa sebenarnya warna potensi miliknya hanyalah warna kuning.

"Kiana, Kiara berada di atas mu" Kiara tersenyum bangga sambil menatap Kiana dengan tatapan merendahkan.

"Jangan sombong dulu, Kiara. Kita hanya selisih 1 angka" Kiana terdengar kesal.

"Selisih 1 angka? Darimana, Kiana tahu?" Kiara dan Orion bingung mendengar pernyataan itu.

"Lihat, bukankah itu adalah jumlah nilai? Yang di samping nama itu" Kiana menunjuk ke namanya yang ada di daftar itu.

"Bukan, itu hanyalah nomor urut kita" Kiara menggeleng.

"Kau pasti bohong, sudah mengaku saja bahwa kau hanya menang tipis. Itu adalah nilai kan, Orion?" Kiana menatap Orion.

"Eee....Tidak, Kiana. Kiara benar, itu hanya nomor urut" Orion tersenyum tipis.

"..." Kiana yang mendengar itu merasa malu, wajahnya seketika memerah.

"Sudah, tidak perlu malu. Itu wajar saja, untuk sesaat aku juga berpikir bahwa itu adalah nilai" Orion berusaha menghibur Kiana dengan sedikit berbohong.

"Umm...." Kiana mengangguk dengan pelan.

"Sekarang kita harus mengikuti mereka, untuk menyelesaikan pendaftaran sepenuhnya" Orion melihat ke orang-orang yang berjalan ke dalam akademi.

Pemberitahuan sebelumnya juga sudah menyuruh mereka yang lulus untuk pergi ke akademi, agar bisa menyelesaikan pendaftaran sepenuhnya. Orion, Kiara dan Kiana mengikuti orang-orang yang ada di depan mereka.

Sesampainya di tempat yang dimaksud, mereka disuruh untuk berbaris menunggu giliran. Giliran untuk membayar biaya pendaftaran akademi itu, mereka dilihat melalui nomor urut yang masih terpasang di dada masing-masing.

Orion yang sudah semakin mendekati gilirannya menyadari bahwa setiap murid akan membayar sebesar 20 koin emas, dia sedikit ragu dengan uang yang dimilikinya sekarang dan langsung melihat berapa jumlah uang yang dimilikinya.

'Ah, sial. Aku hanya membawa 10 koin emas dan beberapa koin perak, ini adalah tabungan ku selama beberapa bulan terakhir dan itu pun sudah di gabungkan dengan uang yang keluarga ku berikan' Orion mulai panik, karena gilirannya hanya tinggal 1 orang lagi.

"Orion, ada apa?" Kiana yang ada di sampingnya bertanya.

"Ah, bukan apa-apa" Orion dengan cepat menyembunyikan kantung uangnya.

"Orion bingung, ya. Karena uangnya tidak cukup" Kiara berkata.

"..." Orion hanya diam, karena Kiara sangat benar.

"Eh? Benarkah itu, Orion?" Kiana menatap Orion, dia terkejut.

"Umm....." Orion mengangguk pelan, dia malu untuk mengakui itu. Tapi fakta sudah berbicara.

"Oh, jangan khawatir Orion. Aku akan membayar sisanya" Kiana berkata.

"Tidak, Orion. Jangan dengarkan apa yang Kiana katakan, Kiara yang akan membantu Orion membayar sisanya"

"Selanjutnya!!" Pengurus pendaftaran berkata, itu membuat pembicaraan terhenti dengan paksa. Mereka bertiga mendekat ke meja itu.

"Hmm...." Wanita yang ada di sana melihat ke pin yang di gunakan oleh mereka bertiga.

"Ah....Jadi kalian yang menduduki peringkat teratas" Wanita itu menatap mereka satu persatu dan tatapannya terhenti pada Orion, untuk waktu yang cukup lama.

"Permisi, nona. Apakah ada sesuatu?" Orion bingung, kenapa wanita itu menatap cukup lama.

"Bu-bukan apa-apa" Wanita itu menggeleng dan melihat ke daftar yang ada di tangannya.

"Jadi, nona. Apa yang harus kami lakukan?" Kiana bertanya.

"Tidak ada, kalian cukup menunggu sebentar. Aku akan mengambil barang-barangnya" Wanita itu pergi dan kembali bersama 2 orang lainnya.

"Disini ada perlengkapan akademi" Wanita itu meletakkan 3 buah kotak di atas meja.

"Berarti semuanya 60 koin emas, kan?" Kiana melihat ke wanita itu.

"Normalnya sih, begitu"

"Normalnya?" Kiana sedikit bingung, dia berpikir apakah mereka harus membayar lebih dari "Normalnya" itu.

"Tapi, karena kalian menduduki peringkat teratas dalam uji kelayakan ini. Maka kalian hanya perlu membayar sebesar 1 koin perak saja untuk masing-masing orang" Wanita itu mengangkat 1 jarinya.

Orion merasa lega begitu mendengarnya, setidaknya dia tidak perlu meminjam uang Kiara atau Kiana. Mereka menyerahkan 3 koin perak dan pergi dari sana, menuju ke asrama yang akan mereka tempati.

Wanita itu mengatakan bahwa ada 6 asrama di akademi Anfield, setiap asrama memiliki fasilitas masing-masing yang diurutkan berdasarkan kelengkapan fasilitas. Wanita itu juga memberikan daftar asrama yang ada di sana.

Mereka bertiga sepakat untuk memilih asrama yang paling murah, itu karena finansial dan karena mereka juga tidak terbiasa dengan sesuatu yang begitu mewah. Mereka berjalan menuju ke asrama yang dimaksud, ada 7 jalan yang bercabang.

1 jalan untuk untuk menuju ke akademi dan 6 lainnya adalah jalan menuju asrama, mereka mengikuti peta yang ada di petunjuk itu dan sampai di asrama yang di maksud.

Asrama tersebut lebih mirip mansion, begitu besar berwarna putih dengan ada ukiran pada dindingnya yang menambah keindahan, memiliki tingkat 2 dan terlihat besar. Mereka masuk setelah membuka pagar asrama itu dan sekarang berdiri di depan pintu asrama.

TOK TOK TOK

Orion mengetuk pintu asrama itu, tidak ada jawaban. Dia melakukan itu kembali dan kembali menunggu jawaban, tapi tetap tidak ada.

SRET

Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Seorang pria dan wanita menyambut mereka. Pria itu tinggi, memiliki rambut warna pirang yang panjang dan mata hijau yang seperti zamrud, dia tersenyum dengan ramah kepada mereka.

Lalu di sampingnya ada seorang wanita memiliki rambut warna putih dan mata biru layaknya permata safir dengan senyuman yang menawan, wanita itu hanya sedikit lebih tinggi dari Orion dan kedua kekasihnya.

"Selamat datang di asrama Lioness" mereka berdua berkata dengan serentak, sambil tersenyum kepada mereka bertiga.

"Terima kasih atas sambutannya" Kiara membungkuk kecil, diikuti oleh Kiana dan Orion.

"Tidak masalah, memang begitulah seharusnya" Wanita itu berkata.

"Kami ingin masuk ke asrama ini, apakah masih ada tempat yang tersedia?" Kiana bertanya.

"Tentu, masih ada tempat untuk kalian bertiga..."

"Dan di asrama ini, kalian hanya perlu membayar sebesar 1 koin emas untuk 1 tahun"

'Oh, ini sudah lebih dari cukup. Hanya 1 koin emas dan itu selama 1 tahun' Orion merasa puas dengan harga yang ditawarkan oleh asrama itu.

"Kalau begitu kami ingin bergabung ke asrama ini, nona..." Kiara hendak menyebut nama wanita itu, namun wanita itu belum menyebutkan namanya.

"Ah, maaf sebelumnya. Nama saya Elizabeth, Elizabeth Blanchefleur. Dan ini adalah suami saya, Meliodas Rivalen" Elizabeth melirik suaminya.

"Bukankah kita sudah setuju untuk menggunakan nama Blanchefleur sebagai nama keluarga, Elizabeth?" Meliodas melihat ke istrinya.

"Ah, benar juga. Aku lupa" Elizabeth terkekeh.

"Eh?" Orion terkejut, itu membuat semuanya melihat ke arahnya.

"Ada apa, Orion?" Kiana melihat Orion dengan bingung.

'Elizabeth dan Meliodas, Blanchefleur dan Rivalen. Bukankah itu semua ada di legenda Arthurian? Dan mereka berdua adalah nama dari orang tua dari salah satu ksatria meja bundar, Tristan....'

'Apa mereka juga manusia dari dunia lain, Seperti ku?' Orion melihat ke sepasang suami istri itu.

"Ada apa, Orion? Kenapa Orion terlihat terkejut begitu?" Kiara kali ini yang bertanya.

"Sebelumnya aku ingin bertanya, tuan Blanchefleur" Orion melihat ke Meliodas.

"Sudah, tidak perlu memanggil ku dengan nama keluarga. Panggil saja lewat nama depan" Meliodas tersenyum.

"Baik, tuan Meliodas"

"Lalu, apa yang ingin kau tanyakan?"

"Begini, apakah kau memiliki anak bernama Tristan?" Saat ini, jantung Orion berdetak dengan cepat.

"Tidak, kami tidak memiliki seorang putra. Kenapa bertanya begitu?" Meliodas melihat Orion dengan bingung.

'Dia berkata yang sebenarnya, tidak ada bohong pada kata atau ekspresi wajahnya. Apa itu cuma kebetulan saja? Memiliki nama yang sesuai dengan legenda di dunia ku, sepertinya begitu' Orion menjadi lega.

"Bukan apa-apa, tuan. Aku hanya asal menebak saja" Orion terkekeh, namun itu tetap membuat yang lainnya bingung.