webnovel

2.Kegelisahan

Kegelisahan terpampang di wajahku, aku yang dahaga terus meringkuk di pangkuanmu. Aku kira Tuhan menciptakanmu dipersembahkan untukku seorang sebagai hadiah terakhir yang paling terindah dalam hidupku.

Hari ini kau memutuskan harapanku setelah memanggilku duduk tersipu di sebuah warung kumuh bertuliskan, Anda sopan kami curiga. Di bawahnya tertulis pula lirik kata yang aneh, aku sebagai pembaca karya sastra terbanyak di dunia belum pernah menemukan kalimat aneh seperti itu, Lebih baik centeng di neraka dari pada budak di surga.

Pemiliknya seorang pejabat yang nekat. Dia kaya raya, tapi jauh dari keberuntungan. Waktu itu kau menangis Kartika seolah tak bersalah. Kau merintih di ujung kebahagiaanmu yang punah, lalu kau menari ketika kegelisahan itu mencekam.

Begitu tega kau melepas dekapanmu, meninggalkanku sendirian yang tergeletak berteman dengan kepedihan.

Aku yang terluka kau tatap dengan mata yang membara. Kau takpernah peduli, sikapmu membuat aku benci.

Begitu murah cinta di matamu Kartika. Kau menganggap perasaan cinta yang takterbendung adalah kehidupan yang semu yang terus datang menggulung dan mengelabuimu.

Kau tidak usah merasa kasihan padaku, ataupun menaruh rasa iba yang dibumbui airmata, karena kau lebih pantas dikasihani telah mengusir rasa cinta yang sejati dari puing-puing yang berderai. Setelah kau pergi imajinasiku yang buyar hidup bertahun-tahun meskipun hatiku yang pernah kau renggut sudah lama mati.

Aku takhabis pikir kalau saja waktu itu ketika kita bercinta dalam kegelapan tanpa sarat dengan nafsu yang membuncah, hati yang bergelora, sampai aku memutus tujuh tali kesucianmu. Kau menyeringai seperti ular kobra yang mendengus lalu mendesah gelisah. Karena ekornya baru dipotong dengan api yang membara.

Kartika, kau telah lupa kehormatanmu paling kehormatan telah usang digelonjorkan oleh tangan-tangan yang menggerutu. Jika saja harmonimu yang telah rusak ibarat cahaya, dia telah redup, tidak bisa dipandang dengan bola mata yang lentik. Dan jika saja dia diibaratkan dengan air dia sudah keruh dan berbau, ke dalamnya tercebur seekor hewan sampai membusuk, baunya tercium kesetiap celah.

Siapapun yang memandang wajahmu yang sering diperciki air kehidupanku merasa jijik, karena kau memang wanita yang menjijikkan. Belum lagi bau mulutmu yang sering menghisab rantingku sampai memuntahkan peluru membanjiri mulutmu, lalu kau menelannya, pura-pura takut rusak, kau benar-benar mengerikan. Aku sendiri risih melihatmu perempuan binal. Tidak memiliki kesetiaan dan kejujuran dalam bercinta.