webnovel

Dokter yang cemburu

Dokter Umar yang baru saja sampai, terlihat bersemangat untuk memulai hari ini.

Entah mengapa dan ada apa dengannya, tetapi yang jelas hari ini ia akan bertemu lagi dengan pujaan hatinya, dokter Syahdu.

Tak masuk akal memang, ia jatuh hati dengan gadis muda itu pada pandangan pertama.

Namun, memang cinta kadang tak masuk akal dan tak masuk dalam logika.

Cinta tak dapat dipaksakan juga tak dapat di cegah, ia datang begitu saja tanpa di undang sekalipun.

Tanpa sadar pikirannya selalu ia tujukan kepada dokter muda yang cantik itu.

Namun, terkadang harapannya pupus serta sirna ketika ia menyadari kemungkinan Syahdu sudah mempunyai suami, ataukah dokter muda itu telah bercerai dengan suaminya sedangkan ia pernah melihat Syahdu bersama seorang anak laki laki. Terlihat begitu menyayangi anak itu.

Andai kata wanita pujaan hatinya itu adalah janda, berarti ia masih mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hatinya.

Namun, apakah keluarganya akan setuju untuk menerima status janda yang sudah mempunyai anak?, pikiran itu selalu membayangi dirinya.

Tak pernah ia khawatir seperti ini sebelumnya.

Ya, memang hatinya sudah di curi oleh seorang wanita berkulit kuning langsat itu.

"Suster, dokter Syahdu sudah datang apa belum?". Tanya Umar pada seorang perawat yang berjalan.

"Sudah dok, dokter Syahdu". Jawab suster tersebut pada dokter Umar.

Entahlah, tetapi sejak ia sampai, ia tak melihat dokter Syahdu sama sekali.

Parasnya yang rupawan itu tak terlihat.

"Terima kasih sus". Jawab Umar singkat pada perawat yang ia tanya.

Seharusnya pagi ini, ia bertugas melakukan kunjungan harian bersama Syahdu, entah ada dimana Syahdu sekarang.

Perasaannya menjadi gelisah, ketika ia tak melihat dan tak bertemu dengan Syahdu.

Semangat pagi yang membara, tiba-tiba entah kemana hilang seketika.

Kemungkinan ia akan melakukan kunjungan harian sendiri saja kali ini, sembari ia mencari keberadaan Syahdu.

Pertama, ia akan mengunjungi Aylin, seorang pasien anak yang mengidap penyakit kanker darah atau biasa disebut leukimia, kemudian ia baru akan mengunjungi pasien lainnya.

Umar berjalan menelusuri ruang ruang rumah sakit menuju kamar Aylin.

Tampak dari jauh ia melihat seorang wanita memakai jas dokter lengkap dengan stetoskop keluar dari ruangan Aylin.

Sepertinya itu dokter Syahdu, batin Umar dalam hati.

Umar segera menghampiri wanita itu.

Setelah mendekat dan kira kira berjarak 5 meter darinya, langkah Umar tiba tiba terhenti.

Memang benar wanita yang memakai jas dokter beserta atribut pendukungnya adalah wanita yang ia kagumi selama ini, yaitu dokter Syahdu.

Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat dokter Syahdu di antar oleh seorang pemuda tampan, gagah berkulit putih, sungguh pemuda yang sangat tampan dan cocok untuk bersanding dengan dokter Syahdu yang cantik nan rupawan.

Hatinya merasa sakit, badannya menjadi lemah tak berdaya, entah mengapa dalam hatinya, ia sama sekali tak rela bila ada pemuda manapun yang ingin atau mencoba mendekati dokter Syahdu.

Seperti dokter Syahdu adalah miliknya, ia sama sekali tak rela melepaskan.

Walaupun ia sadar, jika seorang Syahdu bisa saja sudah memiliki seorang suami tetapi harapannya terlalu besar untuk memilikinya.

Ia berharap Syahdu adalah janda, tak masalah bagi Umar menerima Syahdu dan anaknya untuk menjadi bagian dari hidupnya.

Sungguh, ia berharap hal itu bisa terjadi suatu saat nanti.

Kecemburuan Umar semakin menjadi tatkala pria yang mengantar Syahdu terlihat begitu akrab mengobrol bersama Syahdu, walaupun terlihat Syahdu menundukkan pandangannya.

Terlihat Syahdu melihat ke arah Umar yang berdiri sekitar 100 meter dari tempat ia mengobrol.

Syahdu pun menghampiri seniornya itu.

Tampak Umar yang terlihat cemburu pada pria bermata biru yang berbicara dengan Syahdu, ia berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Selamat pagi dok, maaf bukannya saya tak menunggu dokter untuk melakukan kunjungan pasien bersama, tetap tadi saya melihat Aylin pergi sendiri".

Ujar Syahdu menjelaskan pada dokter Umar.

***

Ibu panti sedang mempersiapkan acara yang akan diadakan oleh Umar malam ini.

Keluarga Umar merupakan keluarga yang terpandang di kota ini.

Fahd Ubaidillah, Ayah Umar adalah seorang pengusaha yang terkenal kaya raya dan juga dermawan.

Mereka selalu mengadakan acara untuk menyantuni anak-anak yatim dan orang orang yang tidak mampu setiap bulan.

Mereka memiliki yayasan yang bertugas untuk menyalurkan bantuan pada orang orang yang kurang beruntung itu.

Fahd Foundation, mereka menamai yayasan tersebut. Fahd Foundation sudah berdiri sejak 10 tahun silam, kala itu orang tua Umar merasa iba melihat anak-anak yatim dan kaum fakir miskin yang terlantar di jalanan, susah sekali untuk mencari sesuap nasi, sehingga keluarganya memutuskan untuk mendirikan yayasan yang bergerak di bidang sosial itu.

Ibu panti yang sibuk sejak tadi pagi, tiba-tiba fokusnya terpecah ketika ia melihat Yusuf, yang terlihat termenung murung sejak tadi.

Tatkala teman-temannya bersuka cita karena akan diadakannya acara besar, yang artinya mereka bisa bermain dan makan makanan enak.

Namun, beda dengan anak kecil berkulit kuning langsat itu, wajahnya tampak tak ada guratan kegembiraan sama sekali.

Ini duduk di pojokan memandang teman temannya yang sedang bermain bersama.

Melihat hal itu, ibu panti segera mendatangi Yusuf, beliau duduk di samping Yusuf, yang sedang memakai baju berwarna merah dipadu dengan celana pendek bahan jeans warna biru muda.

"Yusuf kenapa tidak ikut main?." Tanya ibu panti pada Yusuf.

"Rindu." Jawabnya dengan singkat.

Ibu panti memahami, Yusuf pasti rindu sekali dengan Syahdu.

Dokter muda itu sama sekali belum pernah menjenguk anak asuhnya itu.

Mungkin saja ia sibuk, atau mungkin memang belum ada waktu, sehingga belum bisa menyempatkan untuk mengunjungi Yusuf.

" Yusuf, mungkin kak Syahdu sedang sibuk, sehingga belum bisa menjenguk kamu." Tutur ibu panti pada anak yang berwajah tampan bak bulan purnama itu.

Mendengar jawaban itu, Yusuf hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Dengan kekecewaan dalam hatinya, ia meninggalkan ibu panti.

Tatkala seorang suster di Panti itu mengetahuinya, ia berinisiatif untuk mengejar Yusuf.

Namun, Ibu panti melarangnya, ia pikir Yusuf butuh waktu untuk sendiri.

Kerinduannya dengan Syahdu membuat ia uring-uringan belakangan ini.

Walaupun mereka baru beberapa hari kenal, namun, nampaknya anak kecil itu sangat nyaman dengan kehadiran Syahdu, seorang dokter muda nan cantik itu.

Entahlah, tetapi seperti seseorang yang sudah saling mengenal sejak lama.

Atau bisa di bilang seperti saudara yang telah akrab sekian lama.

"Ibu, Yusuf dari pagi tidak mau makan, sehingga saya khawatir dengan dia." Kata suster yang menjadi pengasuh di panti itu.

"Tetapi, ketika saya bilang padanya, anak itu tak mau makan jika belum bertemu mbak Syahdu." Tambahnya dengan mimik wajah cemas.

"Baiklah nanti saya akan menghubungi mbak Syahdu, kita undang saja mbak Syahdu dalam acara ini, semoga saja dia bisa hadir ya, Sus!" Kata ibu panti pada suster panti.