webnovel

Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia]

Sebuah kisah fantasi di Alam Semesta paralel tentang pertarungan politik dari para Raja dan Penguasa. Dimulai dari peperangan, intrik politik, hingga drama kehidupan. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, dan sebagainya hanyalah kebetulan dan atau terinspirasi dari hal-hal tersebut.

VLADSYARIF · Fantasy
Not enough ratings
99 Chs

Bab 91, Serangan Balasan dan Pertempuran Kecil Di Perbatasan

"Walaupun mereka telah mengeksekusi ketiga penghianat tersebut. Bukan berarti masalah ini telah selesai," ujar Stadtholder Nikolaus di hadapan beberapa Menteri-nya. "Mereka yang telah memulai dan mereka yang akan segera menerima karmanya!"

"Apakah kita akan menyerang Polandia?" tanya Menteri Pertahanan Florian Hagelstein.

"Kita akan mengamati kondisi di lapangan. Tidak bisa diputuskan secara gegabah. Walaupun kita telah mengerahkan Tentara. Tapi itu hanya sebuah gertakan," jelas Stadtholder Nikolaus. "Tapi gertakan itu bisa menjadi sebuah serangan jika momen dan waktunya tepat," sambung sang Stadtholder.

.

.

Ribuan orang Prussia dari etnis Polandia berkumpul di beberapa Kota di wilayah timur Prussia dan juga Kota-kota di kawasan Sungai Rhine. Mereka berdemo dengan membawa banner-banner dan membentangkan spanduk-spanduk yang tertulis kalimat dalam Bahasa Polandia yang artinya berbunyi, "Kami etnis Polandia di Prussia akan selalu setia bersama Berlin," "Polandia, Jerman, dan semuanya adalah saudara." Aksi demonstrasi tersebut sebagai bentuk kekuatan politik Rakyat Prussia dari etnis Polandia sekaligus penegasan bahwa mereka berbeda dengan orang-orang yang tinggal di negara Polandia.

Stadtholder Nikolaus yang tengah melakukan kunjungan kerja di Kota Bonn, segera menghampiri para demonstran. Sang Stadtholder berdiri di hadapan lautan para demonstran dari Rakyat Prussia yang didominasi oleh Kaum Buruh dari etnis Polandia.

Para Buruh menyambut dengan meriah kehadiran Stadtholder Nikolaus yang tidak dikawal. Sementara itu, para Pengawalnya tengah dilanda kepanikan akan menghilangnya sang Stadtholder yang baru tiba di Bandara Bonn. Para Pengawal hanya bisa terdiam karena sebelumnya Stadtholder memberikan perintah kepada mereka untuk berdiam diri. Meskipun terasa canggung, tetapi para Pengawal itu begitu ketakutan dan sangat khawatir. Mengingat mereka seharusnya mengawal sang Stadtholder. Walaupun sang Stadtholder itu harus kabur atas keinginnannya sendiri.

Stadtholder Nikolaus memberikan sebuah kode tangan yang meminta para demonstran itu diam. Suasana yang ramai mendadak begitu sepi dan hening. Para Demonstran memperhatikan sang Stadtholder yang berdiri di hadapannya.

"Sebetulnya bisa saja kunjungan kerjaku di Kota Bonn dibatalkan. Akan tetapi ini adalah momen yang pas bagi kita untuk bertemu dan bagiku untuk menyampaikan beberapa kata di hadapan saudara semuanya," sambut Stadtholder Nikolaus. "Kita sudah berusaha bersabar diri. Kita juga sudah menahan diri kita. Memang yang namanya sabar itu tidak ada batasnya. Akan tetapi, kita juga memiliki hak, serta kewajiban untuk membalaskan nyawa saudara-saudara kita yang mati dibunuh oleh mereka. Hari ini, kita akan memberikan sebuah pembalasan bagi mereka. Kita akan memberikan pembalasan yang setimpal atas konspirasi yang telah membunuh saudara-saudara kita. Ini adalah pembalasan kita. Pembalasan untuk memulihkan harga diri dan martabat Bangsa Prussia dari berbagai macam golongan!"

Para Demonstran bertepuk tangan dengan keras. Suasana yang sempat hening. Sekarang menjadi meriah dan merupakan bukti bahwa perang telah dimulai.

Beberapa meriam artileri yang telah disiagakan oleh Prussia di beberapa titik di sepanjang perbatasannya dengan Polandia tengah memuntahkan peluru-pelurunya dan menghantam beberapa titik di Polandia. Rudal-rudal katyusha juga meluncur menembus wilayah Polandia dan menghancurkan beberapa Pos Militer Polandia.

Sementara itu di udara. Drone-drone Prussia bergerak memasuki lebih dalam wilayah Polandia untuk memancing mereka menembakkan baterai-baterai pertahanan udaranya. Beberapa drone Prussia berhasil dirontokkan dengan sistem pertahanan udara S-300 milik Polandia. Akan tetapi, beberapa pesawat tempur Prussia berhasil memasuki wilayah udara Polandia dengan mudah dan pesawat-pesawat tempur itu berhasil memberikan beberapa serangan yang cukup merugikan Polandia.

Serangan udara Prussia dilakukan untuk melumpuhkan kekuatan Militer Polandia dan menghancurkan beberapa infrastruktur yang penting, seperti Kantor Polisi, Pangkalan Militer, Rel Kereta Api, Stasiun Listrik, dan Stasiun Bahan Bakar.

Kota-kota dan desa-desa yang berada di utara dan barat daya Voivod Lublin mengalami pemadaman listrik dan kelangkaan bahan bakar akibat serangan udara Prussia. Dalam serangan udara yang dilakukan oleh Angkatan Udara Prussia. Polandia telah kehilangan satu unit S-300, sembilan unit tank, empat belas unit humvee, dua puluh sembilan orang Tentara mati, dan sekitar puluhan Tentara mengalami luka-luka.

"Kita tidak memerangi Polandia. Hanya saja kita telah melakukan sebuah pembalasan sekaligus memberikan sebuah pelajaran. Mereka membunuh saudara-saudara kita dan kita hanya memberikan sebuah pembalasan agar mereka tidak macam-macam. Kalau mereka ingin perang total. Maka kita akan segera merebut Kota Krakow dan Lublin."

Orang-orang bertepuk tangan dengan keras mengapresiasi pidato dari Stadtholder Nikolaus terkait pembalasan yang dilancarkan Prussia kepada Militer Polandia.

Setelah serangan balasan yang dilancarkan oleh Prussia. Beberapa Tentara tanpa tanda pengenal bergerak menuju ke wilayah Prussia. Mereka mengenakan seragam serba hitam.

"Kenapa kita tidak menyatakan perang secara langsung saja?" tanya salah seorang vampir bernama Patrik Kuttner.

"Itu urusan orang-orang di Lublin. Kita hanya diperintahkan untuk merusuh di pinggiran Siedlce," jawab Letnan Satu Remigiusz Lepkowski.

"Ternyata cukup mudah juga menembus wilayah Prussia," kata Radosław Snarski.

Tubuh Radosław Snarski jatuh secara tiba-tiba dengan meninggalkan lubang yang menembus kepalanya. Para Tentara Polandia terkejut melihat seorang rekannya yang tumbang.

Beberapa anggota dari Pleton Polandia itu menembakkan senjatanya ke sembarang arah dan beberapa di antaranya jatuh ditembus oleh beberapa timah panas.

"Menyebar!" perintah Letnan Satu Remigiusz Lepkowski berteriak kepada para bawahannya.

Para Tentara Polandia segera menyebar di tengah tembakan peluru yang dilakukan oleh para Sniper Prussia.

"Ada empat Sniper Prussia di seberang sana. Mereka bersembunyi di balik pepohonan dan rerumputan serta di sebuah gubug," ujar Patrik Kuttner. "Letnan Satu. Izinkan aku bergerak menghabisi keempat Sniper tersebut."

"Diizinkan," balas Letnan Satu Remigiusz Lepkowski.

Patrik Kuttner terlihat senang setelah mendapatkan izin untuk beraksi. Dia segera bergerak cepat menuju ke arah musuh-musuhnya.

Seorang Sniper Prussia menarik pelatuk senapannya dan peluru itu meluncur dengan cepat ke arah Patrik Kuttner. Proyektil itu dia hindari dan Patrik Kuttner menembakkan kilatan petir dari ujung jarinya. Di mana kilatan petir itu langsung membunuh seorang Sniper Prussia. Dia juga melempar sebuah pisau ke arah sebuah pohon. Di mana pisau itu tertancap pada kepala salah seorang Sniper Prussia. dia langsung tewas dan tubuhnya terjatuh dari pohon.

Sebuah roket meluncur ke arah utara dan menghancurkan sebuah pohon tempat di mana salah seorang Sniper Prussia bersembunyi. Akibat serangan roket tersebut. Dia tewas dengan tubuh yang hancur berantakan.

Tentara Polandia tengah menembaki sebuah gubug di seberang mereka. Sementara itu, Bernard Kruk masih bersembunyi di dalam gubug tersebut.

"Sialan, mereka tahu posisiku saat ini. Mau keluar juga, aku berada di posisi yang tidak aman. Setidaknya aku akan bertahan di sini hingga peluru terakhirku."

Tentara Polandia menembakkan mortarnya ke arah gubug tersebut. Mortar itu jatuh dan langsung membunuh Bernard Kruk dengan kondisi tubuhnya yang telah hancur berantakan.

"Bagaimana keadaan sekitar, Patrik Kuttner?" tanya Letnan Satu Remigiusz Lepkowski.

"Mereka bergerak mendekati kita. Totalnya ada sekitar satu pleton berkekuatan lima puluh orang dan terbagi menjadi sepuluh tim berkekuatan lima orang," jawab Patrik Kuttner.

"Akhirnya mereka mulai serius," ujar Letnan Satu Remigiusz Lepkowski.

"Tapi menurutku. Ini terkesan seperti misi bunuh diri. Di mana kita hanya ditugaskan untuk merusuh dan berhadapan dengan Tentara Prussia tanpa tahu kenapa kita tidak menargetkan yang lebih penting," balas Patrik Kuttner.

"Sudahlah, tidak usah banyak komentar. Patuhilah segala perintah dan sukseskan misi ini." Letnan Satu Remigiusz Lepkowski bersikeras mengajak para bawahannya untuk merusuh dan berhadapan dengan Tentara Prussia.

Dia paham bahwa dia tengah menjalankan misi bunuh diri. Hanya saja itu adalah sebuah perintah yang harus dijalankan dan tidak bisa ditolak.

Tentara Polandia dari balik pepohonan menembaki para Tentara Prussia yang mereka lihat. Tentara Prussia segera bersembunyi di balik pepohonan dan membalas menembaki Tentara Polandia.

Mahmud Sudarsono yang merupakan satu-satunya Tentara Prussia dari etnis Sunda bergerak meninggalkan temannya. Teman-temannya menembaki posisi di mana Tentara Polandia bersembunyi sebagai bentuk pengalihan.

Dia menarik bedog yang dia bawa dan bergerak dengan hati-hati di tengah kegelapan dan lebatnya pohon.

[Bedog, sejenis golok khas masyarakat Sunda.]

Di depannya ada empat orang Polandia yang tengah bersembunyi di balik pohon.

Begitu Tentara Polandia itu menembaki posisi di mana rekan-rekannya tengah bersembunyi. Mahmud Sudarsono segera menebas leher salah seorang Tentara Polandia. Dominik Rogowski langsung jatuh dengan leher yang bersimbah darah dan batuk-batuk yang menyiksa.

Ketiga Tentara Polandia itu kaget diserang oleh seorang lelaki Sunda berbadan kecil dengan tinggi sekitar seratus enam puluh lima centimeter.

Setelah menjatuhkan salah seorang Tentara Polandia. Bedog itu diayunkan ke arah perut Leokadiusz Gniadek, sehingga menyebabkan luka tebasan yang cukup parah, dan tubuhnya terjatuh. Jerit kesakitan diteriakkan olehnya dengan suaranya yang begitu keras.

Perkelahian jarak dekat terjadi antara Mahmud Sudarsono melawan kedua Tentara Polandia yang tersisa. Kedua Tentara Polandia itu menarik belati milik mereka. Suara logam yang saling beradu di antara mereka bertiga menandakan sebuah pertarungan yang begitu sengit.

"Jangan sombong kau, anjing! Manusia seperti kami tidak akan kalah dari anjing sialan seperti dirimu!" seru Błażej Rychlak.

Kesombongan Błażej Rychlak membuatnya jatuh ketika bedog milik Mahmud Sudarsono menusuk mulutnya.

Sebastian Wieczorkowski terjatuh dengan wajah yang ketakutan. Dia mencoba untuk merangkak dengan cepat. Tapi sayang berondongan peluru menembus tubuhnya.

"Kamu baik-baik saja, Sudarsono?" tanya Vilhelmas Gukauskas.

"Aku baik-baik saja, kawan," jawab Mahmud Sudarsono.

Pertempuran di tengah hutan di sepanjang perbatasan Prussia dengan Polandia itu berlangsung dengan seru. Pertempuran itu terkesan seperti orang main petak umpat. Di mana Prussia berposisi sebagai pengejar dan Polandia sebegai orang yang terkejar.

Seekor serigala besar berbulu hitam legam bergerak dengan cepat dan menyerang Patrik Kuttner. Vampir itu segera membalas dengan serangan kilatan petir. Namun serangan tersebut berhasil dinetralisir oleh werewolf tersebut dengan mengembalikkan kilatan petir tersebut.

Patrik Kuttner tidak menyangka bahwa kilatan petirnya bisa ditangkis oleh seekor werewolf. Apalagi werewolf tersebut melancarkan sebuah serangan ilusi cahaya yang berhasil mengecoh dirinya. Akibat serangan ilusi tersebut, membuat Patrik Kuttner tidak bisa fokus, dan membuat lehernya diterkam oleh werewolf tersebut. Sehingga menyebabkan dia jatuh tersungkur.

Posisi Tentara Polandia tengah didesak dan dikepung oleh para Tentara Prussia. Polandia harus kehilangan Patrik Kuttner yang telah mati dalam pertarungan solo melawan seorang Tentara Prussia dari ras werewolf yang bernama Rolf Weingaertner.

Tentara Prussia segera menerjang Tentara Polandia dengan gagah berani. Pertarungan yang terjadi bukan hanya baku tembak. Tetapi juga pertarungan jarak dekat dengan menggunakan senjata tajam maupun pertarungan tangan kosong.

Seorang Tentara Prussia dari etnis Jawa yang bernama Ahmad Sukarto berhasil menjatuhkan ketiga lawannya dalam pertarungan tangan kosong. Sebagai seorang pesilat dengan level pendekar bersabuk hitam. Ahmad Sukarto menunjukkan kemampuan bertarungnya yang mumpuni. Setelah menjatuhkan ketiga lawannya. Ahmad Sukarto menembak setiap seluruh telapak tangan serta menembak seluruh tempurung lutut musuhnya. Hal tersebut dilakukan agar Prussia bisa mendapatkan informasi penting dari para tahanan militer serta untuk menekan pihak Polandia secara politik.

"Kalian begitu berharga. Sehingga aku membiarkan kalian hidup dan kalian akan ikut dengan kami," kata Sukarto. "Jangan khawatir. Kami akan merawat kalian dengan baik."

Pertempuran yang berlangsung selama dua puluh menit itu telah berakhir. Di mana Prussia harus kehilangan empat belas Tentaranya. Sementara Polandia hanya menyisakan tiga orang Tentara yang ditahan setelah dilumpuhkan oleh Ahmad Sukarto.