Ibu-ibu yang mengenakan pakaian musim dingin tengah berkumpul sambil melakukan hal yang biasa mereka lakukan, yaitu gosip, dan juga ghibah.
"Jujur saja. Aku mengkhawatirkan anakku yang tengah berperang. Sang Raja selalu bergelora dalam pidatonya tentang peperangan. Tapi selama tiga tahun perang ini berjalan. Sang Raja tidak pernah sama sekali mendatangi medan peperangan. Anakku berperang mempertaruhkan nyawanya. Sementara sang Raja beristirahat di istananya yang megah dengan para haremnya yang cantik dan seksi. Dia benar-benar pengecut," kata seorang ibu-ibu bernama Alfa.
"Kau benar, Alfa. Apalagi semenjak perang. Harga-harga melambung tinggi dan beberapa barang langka. Terlebih lagi, Raja Lancelot Tommie menandatangani bantuan luar negeri senilai dua miliar dollar. Sepertinya sang Raja rela menjual bangsa dan negaranya hanya demi ambisi pribadinya," balas seorang Ibu-ibu bernama Hannah.
"Dia hanyalah lalat kecil yang terjebak di sarang laba-laba. Aku harap, dia segera jatuh. Aku muak melihatnya dan aku juga muak karena perang ini. Semoga anak kita baik-baik saja dan kembali dalam keadaan selamat," ujar seorang Ibu-ibu bernama Latvi.
"Perang ini memang terlalu dipaksakan. Terlebih lagi, sebenarnya perang ini sebagai alibi terbunuhnya Raja Thomas Tommie. Aku yakin, di balik kematian Raja Thomas Tommie adalah si anak durhaka tersebut, Raja Lancelot Tommie. Walaupun aku tidak suka Mignia. Namun Mignia mengundang seluruh orang di dunia untuk menyelidiki kematian Raja Thomas secara independen. Tapi Raja Lancelot Tommie menolak dan membalasnya dengan melakukan pembantaian terhadap etnis minoritas Mignian. Terlebih saat itu. Selama tiga bulan berturut-turut sebelum tragedi itu. Mignia sedang mengalami serangan cyber. Ditambah Media-media Mainstream seperti CNN, BBC, Al-Jazeera, French24, CNBC, dan lainnya yang selalu membuat artikel yang panas. Sehingga perang konyol ini terjadi!" keluh seorang ibu-ibu bernama Hartikhva.
"Kita tinggal tunggu waktunya saja untuk memasuki era baru. Aku harap dia cepat jatuh, agar perang ini berakhir dan kita bisa menikmati kedamaian," ujar Hannah.
Seorang pemuda vampir tengah sibuk sambil membaca buku. Walaupun sebenarnya dia tengah memperhatikan pembicaraan dari para ibu-ibu dari jarak yang cukup jauh.
"Memang benar. Bahwa Raja Lancelot Tommie tidak disukai oleh rakyatnya. Banyak juga ibu-ibu yang mengkhawatirkan anak-anak mereka dan kurang setuju atas perang tersebut," gumam Samuel Bloodworth. "Aku sudah tidak sabar dan ingin sekali beraksi."
Samuel yang merupakan seorang agen KGB, mengirimkan informasi tersebut ke atasannya.
Walaupun informasi tersebut terkesan remeh-temeh dan hanya ghibahan para ibu-ibu. Namun itu merupakan hal yang cukup berharga dan akan menentukan yang akan terjadi ke depannya.
Markas KGB di Moskow telah menerima pesan kilat dari agen Samuel Bloodworth (nama samaran). Mereka menyampaikan pesan tersebut ke sekutu mereka, yaitu Stasi (Prussia). Baik Stasi dan KGB, mereka saling berkomunikasi, saling berkordinasi, dan membuat rencana yang akan mereka lakukan ke depannya. Agen-agen mereka di Anvilesy dan juga para Mahasiswa Prussia, dan Russia yang sedang kuliah di sana, dikerahkan untuk menjadi bagian dalam, "Operasi Rakyat Bahagia."
Seorang lelaki tengah sibuk di depan layar laptopnya. Kedua matanya menatap serius layar laptopnya. Sementara jari-jari mengetikkan setiap huruf yang akan mengguncang Anvilesy dari dalam. "Walaupun terlambat. Namun aku rasa ini adalah waktu yang tepat untuk menjatuhkan Raja Lancelot Tommie dari tahtanya. Anvilesy tidak mengalami kemajuan dalam peperangan. Sehingga menyebabkan Rakyat kecewa akan hasil peperangan. Para Tentara juga sudah putus asa. Terlebih Prussia dan Russia mulai turun tangan untuk membantu Mignia, Lubia, Belarusia, Armenia, dan Azerbaijan yang berperang melawan Anvilesy dan sekutu-sekutu regional mereka. Kehadiran Prussia dan Russia di medan pertempuran telah menguatkan moral para Tentara CSO dari Belarusia, Armenia, dan Azerbaijan di lapangan."
Matthias Roderick Schmidt tersenyum puas akan pekerjaan yang telah dia lakukan. Seluruh website Pemerintahan Anvilesy telah dia retas. Di mana Matthias menampilkan sebuah dokumen singkat yang intinya menjalaskan bahwa Raja Lancelot Tommie dibalik dari serangan cyber selama tiga bulan di Mignia dan juga pembunuhan Raja Thomas Tommie dengan menggunakan sistem pertahanan udara Mignia yang telah diretas. Matthis juga melakukan sedikit manipulasi, di mana dia membuat sebuah rekaman suara yang seolah-olah itu adalah Raja Lancelot Tommie. Rekaman suara tersebut berbunyi, "Tanpa bantuan Hacker-hacker Amerika yang meretas sistem pertahanan udara Mignia. Si bajingan tua itu akan sulit dibunuh dan aku tidak akan bisa jadi Raja saat ini. Dengan menyerbu Mignia, adalah cara terbaik bagiku untuk menegaskan bahwa aku adalah seorang Raja yang sah, walaupun aku harus mengorbankan pamanku dan Rakyat jelata. Setidaknya pengorbanan ini tidaklah sia-sia. Asalkan aku jadi Raja, maka semuanya beres."
Orang-orang begitu terkejut mendengar rekaman suara tersebut. Terlebih menurut mereka, suara tersebut adalah benar suara Raja Tommie. Rekaman suara itu menyebar dengan begitu cepat di seluruh Planet Ayg.
Raja Lancelot Tommie terlihat sangat kaget mendengar rekaman suara yang beredar di seluruh penjuru Planet Ayg. Walaupun isi dari rekaman suara tersebut 45% benar.
"Apa yang terjadi di sini? Apakah ada di antara kalian yang berkhianat?" tanya Lancelot Tommie dengan penuh curiga kepada para bawahannya. Sang Raja terlihat sangat panik, walaupun rekaman suara tersebut bukanlah suaranya.
"Tenangkanlah dirimu, Yang Mulia. Aku percaya ini bukanlah suaramu dan mana mungkin kau membunuh pamanmu sendiri." Suara tersebut terdengar berat, dan tegas. Pintu ruangan terbuka, dan menampilkan seorang Jenderal berbadan besar, berkulit putih, dan bermata merah yang memasuki ruang kerja Raja Tommie. "Bukankah terlihat sangat mencurigakan. Bahwa rekaman suaramu beredar di saat sebagian besar website pemerintahan dan juga media-media mainstream. Terlebih setelah aku dengar dengan seksama dan aku pastikan itu bukan suaramu, Yang Mulia."
Perwira tersebut merupakan Perwira Kepercayaan Raja Lancelot Tommie. Dia adalah Jenderal Joachim Filip Egmond. Ekspresi Raja Lancelot Tommie yang semula diliputi amarah, kini kembali normal seperti sedia kala.
Raja Tommie menghela nafasnya panjang. "Terima kasih telah membuatku tenang," katanya. Sang Raja melirik ke pengikutnya, "Tumpas setiap aksi perlawanan dan juga temukan orang yang telah mencemarkan nama baikku."
.
.
Ribuan orang dari berbagai kalangan tengah turun di jalanan di Ibu Kota Anvilesy sambil membawa beberapa papan yang bertuliskan kalimat-kalimat penuh perdamaian. Mereka semua berdemo di depan Duta Besar Mignia dan juga di depan Istana Kerajaan untuk menuntut dihentikannya perang yang tidak ada gunanya tersebut.
"Hentikan perang ini! Kami sudah lelah!"
"Anak-anak kami mati di medan perang, sementara Raja Lancelot hidup enak di istananya!"
"Turunkan harga-harga barang dan juga turunkan pajak! Perang konyolmu telah membuat kehidupan kami semakin susah!"
Berbagai teriakan yang mengandung perdamaian dan juga sindiran serta kritikkan diteriakkan oleh para semonstran yang sudah lelah akan perang yang tidak mengalami kemajuan. Aksi demo ini diliput oleh berbagai media mainstream dari penjuru tata surya.
Pihak keamanan Anvilesy mulai menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran. Para demonstran yang diperlakukan dengan tidak baik, segera membalas perlakuan buruk pihak keamanan Anvilesy dengan dengan melempar batu.
Aksi demo bukan hanya terjadi di Ibu Kota, tapi hampir di seluruh Kota-kota besar di seluruh Anvilesy. Tuntutan para demonstran memiliki motif yang sama, yaitu menghentikan perang, menurunkan harga-harga barang, dan juga menurunkan pajak yang telah memberatkan kehidupan mereka.
Raja Lancelot hanya terdiam dengan ekspresi wajah yang datar dari balkon istananya, ketika sepasang mata hijaunya melihat orang-orang turun di jalan dan menuntut dirinya.
Dari arah tenggara, tepatnya dari markas Tentara. Lima unit Tank M48 Patton berjalan menuju ke arah demonstran. Begitu tiba di sana, tank-tank tersebut segera melakukan pembersihan. Tubuh dari para demonstran hancur tak bersisa ketika meriam yang ditembakkan oleh tank-tank tersebut meluncur ke arah mereka.
Orang-orang begitu kaget ketika militer turun tangan untuk melakukan pembersihan. Suasana Ibu Kota yang awalnya cukup kondusif, kini berubah menjadi sangat mengerikan. Militer dan Polisi melakukan pembersihan dengan cara menembaki para demonstran.
Melihat banyaknya demonstran yang mati. Mereka membalas tindakan keji dari Polisi dan Militer dengan cara melempar bom molotov.
Beberapa Politikus baik dari negara-negara CSO, dan sekutunya, negara-negara netral, maupun negara-negara NAA dan sekutunya, mengutuk tindakan keji yang dilakukan oleh Pemerintah Anvilesy terhadap para demonstran. Mereka menuntut agar Raja Lancelot Tommie segera menghentikan tindakan kejinya terhadap para demonstran.
Raja Lancelot Tommie mengangkat meja kerjanya dan membantingnya.
"Bajingan kalian, NAA! Aku kira kalian akan mendukungku, ternyata kalian telah menikamku dari belakang! Terkutuklah kalian, NAA!"
Sang Raja terlihat sangat marah setelah menyadari bahwa dirinya ditikam oleh para sekutunya dari Planet Bumi. Namun sang Raja berusaha untuk menenangkan pikirannya. Dia tersenyum jahat, "Bagaimana jika aku menyerang seluruh pangkalan dari Tentara NAA di sini. Karena mereka sudah menghianati, jadi sudah sepantasnya jika mereka harus dimusnahkan dari sini."
Raja Lancelot segera menghubungi seluruh Perwira, di mana dia menugaskan mereka semua untuk menyerang seluruh Pangkalan NAA yang ada di seluruh wilayah Anvilesy.
.
.
Di sebuah lapangan yang luas yang sebagiannya tertutup salju, seorang Perwira berkulit putih namun kusam, bermata biru pada mata kanannya & cokelat pada mata kirinya, dan berambut pirang tengah berlatih tarung melawan delapan Tentara muda. Perwira berwajah campuran Jawa, Afrika, Yahudi Ashkenazi, dan Belanda itu menjatuhkan ke delapan lawannya dengan serangan yang cukup keras yang mengenai beberapa titik pada tubuh lawanya, sehingga membuat kedelapan lawannya terjatuh. Dia adalah Letnan Jenderal Ludwig Victor Napoleon Trachtenberg.
Letnan Jenderal Napoleon masih berdiri dengan gagahnya setelah bertarung melawan delapan pemuda dengan hawa pembunuh yang kuat, walaupun mereka telah dilumpuhkan.
"Kalian telah berusaha melakukan yang terbaik, walaupun tidak ada serangan kalian yang mengenaiku. Latihan kita cukup sampai di sini, dan tingkatkan kerja sama kalian, jika kalian ingin pulang dengan selamat!"
Letnan Jenderal Napoleon berjalan dengan santai menuju ke arah sebuah bangunan yang berarsitektur Perancis. Dia memasuki bangunan tersebut yang merupakan kantor dinasnya. Di ruang tamu, seorang lelaki yang hanya mengenakan jaket hitam dan celana jeans panjang tengah duduk. Lelaki itu segera berdiri dan memberikan hormat kepada Letnan Jenderal Napoleon yang langsung dibalas oleh sang Letnan Jenderal berdarah Belanda-Jawa-Afrika-Yahudi Ashkenazi tersebut.
"Lapor Letnan Jenderal. Aku adalah agen Alien Castle. Aku ingin menyampaikan informasi darurat terkini tentang Anvilesy. Intinya adalah dalam waktu dekat, Anvilesy akan menyerang seluruh Pangkalan Militer NAA yang ada di negaranya, dan di saat yang sama, mereka juga tengah sibuk memberantas para demonstran."
Letnan Jenderal Napoleon terkekeh pelan.
"Sepertinya Raja Lancelot Tommie terlalu sembrono dalam bertindak. Dia sudah putus asa dalam perang tiga tahun yang tidak membuahkan hasil yang baik. Sekutu-sekutunya juga tidak bisa diandalkan dan hanyalah bagian dari bayangan negara-negara NAA. Sebelum mereka bergerak, kita harus bergerak lebih cepat. Aku yakin kekacauan yang terjadi di sini merupakan ulah Stasi dan KGB. Walaupun kekacauan diciptakan oleh mereka. Ini adalah kesempatan bagus bagi kita untuk menancapkan pengaruh kita dan kembali mengulang masa kejayaan Bavaria di bawah Dinasti Wittelsbach," ungkap Letnan Jenderal Napoleon. "Agen Alien Castle. Aku perintahkan kau dan teman-temanmu untuk membuat api di sini semakin membara. Buatlah Rakyat Anvilesy bisa menguasai senjata dan berperang satu sama lain. Di saat mereka saling bunuh dan saling perang. Kita akan menghancurkan Dinasti Tommie dan menguasai sebagian besar tanahnya."
"Siap laksanakan, Letnan Jenderal."
Alien Castle segera menghilang dari pandangan Letnan Jenderal Napoleon, mengingat dia merupakan seorang wizard.
Letnan Jenderal Napoleon segera menghubungi para Perwira bawahannya. Dia memerintahkan para Perwira bawahannya untuk segera membentuk sebuah tim khusus.