webnovel

Revolusi

Sebagai malaikat, emosi adalah sesuatu yang tabu. Meskipun kami pandai menangani emosi makhluk hidup lainnya, tetapi untuk kami sendiri, emosi bukanlah hal wajar.

Namun, sejak beberapa tahun yang lalu, saat semua ras mulai membaur bahkan tak terkecuali kami, kami mulai bisa merasakan emosi.

Baik atau buruk, emosi sebenarnya mengganggu pekerjaan kami. Parah-parah masing-masing sifat yang mewakili kami semakin memudar. Keberadaan kami bisa dipertanyakan.

Untuk permasalahan ini, Dewi sedang mengerjakan sesuatu.

Sekarang ada hal yang lebih penting.

Di depanku sekarang, Azreal terus membalas tiap serangan. Senjata kami walaupun tampak tidak sebanding, tapi kami telah terkunci pertempuran yang cukup lama.

Ini memuakkan.

Kekuatan senjataku bisa menghancurkan apa saja, tetapi entah berapa kali sabitnya berbenturan dengan paluku, sabit itu tetap kokoh. Tidak hanya itu, kalau mengenai tubuhnya, dia akan segera beregenerasi sangat cepat.

Bahkan jika aku menilai ini tak adil, dia tak bisa diadili. Sungguh ... sungguh menyebalkan!

Untuk mendapatkan semua kekuatan ini, dia rela menjadi Malaikat Jatuh?

Aku kesulitan harus memanggilnya apa. Sebagai Azreal karena dia malaikat atau Belphegor, iblis yang ikut mendiami jiwanya.

Azreal memiliki penyamaran atau penyembunyian diri yang paling bagus. Aku yakin jika bukan aku yang menghadapinya, mereka sudah kalah sejak awal.

Azreal bisa menggunakan keterampilan itu untuk meluncurkan serangan diam-diam, tetapi intuisi bahayaku tidak boleh diremehkan. Jadi itu tak terlalu berguna.

Kami terus berbenturan. Saling mencoba menyerang di titik buta, tapi sampai kapan ini terus berlanjut? Bahkan meskipun dia pengkhianat yang sangat ingin kubasmi, masih ada pekerjaan yang harus aku tangani.

Ini sangat ... sangat menyebalkan!

"Jangan mengganggu pekerjaanku!" Aku mencoba memberitahunya dengan ketus.

Namun, lihat responsnya!

Dia menatapku dengan tatapan sayunya dan menguap lebar. Sialan! Melihat tingkahnya lama-lama, kekesalanku makin berlipat-lipat.

"Aku bosan. Ayo ... kita ganti permainannya!"

Apa maksudnya permainan?

Aku tidak tahu apa maksudnya, tapi aku yakin dia melakukan sesuatu yang menjengkelkan lainnya.

"Hehehe ... Michael, kamu juga setuju, kan, lebih banyak yang main."

Bermain?

Dan tepat saat itu, tiba-tiba Selvi dan Deva melayangkan sihir ke arahku.

Tidak berguna!

Sekuat apa pun sihir mereka, mereka tidak akan bisa menandingi Malaikat. Harusnya mereka tahu itu, tapi melihat dari ketekadan matanya, fakta itu diindahkan sekarang.

Menyebalkan!

Sebenarnya apa yang dilakukan Azreal?

Aku harus menghadapi ketiganya sekaligus.

Selvi dan Deva terus-menerus melayangkan berbagai macam sihir ke arahku. Selalu menyempil setiap kali aku terkunci dengan Azreal.

Mereka mengganggu, serius!

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang buruk.

Aku mundur, tapi lagi-lagi terlambat.

Tubuhku telah terpotong-potong. Meskipun aku langsung bisa mengembalikan ke wujud asli, tapi tidak mengubah fakta tubuh spritualku telah dipotong seperti daging cincang.

Sialan!

Bagaimana dia menjadi lebih kuat dari sebelumnya hanya dalam waktu singkat?

Ini tidak beres!

Perlahan aku dipaksa bertahan dan dibuat terpojok sementara Selvi serta Deva masih terus menganggu.

"Ck, menyebalkan!" Aku beralih sebentar ke arah keduanya karena terus mengganggu, tapi seperti mengetahui niatku, Azreal menghalangi lagi.

"Apa? Kamu bilang menyebalkan? Michael ... kamu seperti iblis."

Kamu yang iblis!

Jangan samakan aku dengan pengkhianat seperti kamu.

Aku benar-benar tidak sudi.

"Aku sedang makan. Jadi, jangan mencuri makananku."

Apa? Makan? Gila!

Apa yang kau sebut makanan?

Aku sempat bingung, tapi melihat lebih detail ke arah Selvi dan Deva yang terus memberi serangan meski tau tak berguna, aku paham apa 'makan' yang dia maksud.

Dia melepaskan sifat ketekunan dengan paksa bukan?

Ini adalah keterampilan khas iblis, tetapi kekuatan sifat yang dia lepaskan bagian dari sifat Malaikat.

Mengetahui fakta ini, aku benar-benar tak tahan untuk segera mengakhiri pertarungan ini.

Dia bilang aku tidak boleh mengganggu makanannya, tapi itu tidak penting.

Aku meluncurkan penghalang, menyingkirkan semua orang kecuali aku dan Azreal.

Jangan remehkan penghalangku!

Penghalangku adalah yang tertinggi dari semua jenis penghalang. Aku tidak tahu seberapa naik level penghalang Azreal, tapi kurasa penghalangku masih lebih tinggi kelasnya dari yang lain.

Dengan ini, keduanya tidak akan ikut campur sampai aku membatalkan atau ada yang bisa merobohkannya.

Meskipun tidak terlalu menyurutkan kekuatan Azreal, masih bagus karena tak ada pengganggu.

Untuk alasan aneh, Azreal bukannya kesal, dia malah tersenyum kecil seperti geli dengan tindakanku. Sialan!

Mungkin karena kesal, aku begitu saja melemparkan palu ke arahnya. Ya, itu serangan yang agak sembrono, tapi aku sudah mengalirkan kekuatan pamungkas jadi harusnya efeknya lebih kuat dari tadi.

Azreal menghindar, tetapi paluku mencapai sayap hitamnya. Pertahanannya juga kuat jadi bukannya langsung hancur, bulu-bulu itu tercerai-berai dan diterbangkan angin kejut.

Namun, hanya sebentar. Bulu-bulu itu kembali menempel ke tempatnya, tapi aku merasa ada yang berbeda.

"Kalau begitu, aku akan menganggap ini serius."

Apa maksudmu serius? Jadi daritadi kau hanya bermain-main? Dia benar-benar tidak berhenti membuatku kesal!

Tiba-tiba aura antara tak menyenangkan atau menenangkan mengelilingi kami. Apakah penjelasanku ambigu? Maksudnya, di satu sisi ada aura yang menenangkan, tetapi di sisi lain ada aura yang menakutkan.

Lebih tepatnya di dalam penghalang, aura suci mendominasi. Kali ini benar-benar seperti pertarungan dua malaikat murni, tetapi di luar penghalang aura jahat mengelilingi kami.

Apa yang dia lakukan?

Dan juga sayapnya—

Tidak memberiku waktu berpikir lebih banyak, bulu sayapnya tercerai berai, menyebar, membentuk lingkaran di belakang punggungnya.

Hei, apa yang dia lakukan? Harusnya dia tidak bisa melakukan itu!

Malaikat yang bisa memanipulasi bulu adalah Ludociel. Karena masing-masing memegang kendali, harusnya Azreal tidak memiliki kemampuan meniru yang lain.

Oh, tidak!

Jangan-jangan sejak menjadi Malaikat Jatuh lalu mendapatkan kekuatan iblis, ini juga termasuk? Kemampuan meniru bukan?

Jelasnya ini bukan sesuatu yang bagus.

Terutama melihat matanya yang mengantuk sekarang berubah menjadi sorot dingin.

Azreal mengangkat tangannya ke atas lalu tepat menurunkan tangannya agak kasar, bulu-bulu putih dan hitam maju ke arahku.

Sialan!

Aku tidak bisa memukul semuanya sekaligus.

Memanggil Micha kembali, aku mengeluarkan sihir angin. Arahnya berubah, tapi ada bahaya yang lebih parah.

Alarm otomatisku berbunyi. Sontak aku menghindar.

Benar saja.

Sambil meluncurkan serangan bulu-bulu sayapnya, secara bersamaan dia maju dan berusaha menyerangku dengan sabitnya.

Aku menerimanya dengan Micha. Keduanya berbenturan, tidak ada yang mau mengalah, percikan akibat gesekan muncul di antara senjata kami yang bentrok.

Sekarang aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia memasang wajah yang datar dan dingin.

Tidak salah lagi! Di depanku, Azreal bertindak sepenuhnya, tapi aura yang dikeluarkannya di luar penghalang berarti benar-benar semua kekuatan iblisnya.

Mengambil langkah mundur, kami kembali terus bertarung entah sampai berapa lama.

***

Jadi, berapa lama waktu sudah berlalu?

Tahu mengapa aku sangat jengkel dari waktu ke waktu? Dengar, aku maupun dia sama-sama tak bisa dibunuh. Bisa dibilang kami ini abadi.  Jadi, ini pertarungan yang sia-sia.

Dia mengganggu pekerjaanku.

Aku frustrasi.

Meskipun aku malaikat, tapi normalnya malaikat tidak bertarung. Kekuatan kami tidak digunakan dalam pertarungan.

Namun, beberapa tahun lalu kami dipaksa turun tangan dan mau tak mau harus terlibat pertempuran setiap kali pekerjaan kami terganggu.

Jelas aku hanya ingin membantu karena itulah tugasku, tapi sekarang, melihat dari balik penghalang remaja-remaja malang itu, aku merasa seperti orang bodoh yang mencoba mengulurkan tangan, tetapi menambah penderitaan.

Aku tidak terkejut mereka pergi membawa temannya yang tak mungkin lagi diselamatkan, tetapi mereka tak melakukannya. Hanya duduk di sana tenggelam dari renungan.

Aku mengabaikannya, tapi semakin lama, aku merasa cemas.

"Oh, kau memperhatikannya, yah?"

Memperhatikan? Ap–

Sejak tadi kami seperti melakukan pertandingan tiruan. Kekuatan yang setara. Tapi tiba-tiba Azreal mengerahkan seluruh kekuatan mengayunkan sabitnya.

Aku menangkis dengan senjataku dan secara otomatis mengambil langkah mundur.

Tiba-tiba aura tak menyenangkan tambah mendominasi. Asap hitam mengelilingi penghalangku dan secara teknis, penampilannya menjadi hitam gelap.

Aku tidak tahu apa yang terjadi.

Aku menilai ini pasti buruk.

Lalu firasatku terbukti benar.

Dia mengambil posisi siaga sambil memegang senjatanya. Alih-alih mencoba menyerangku seperti tadi, dia malah memukul penghalang.

Penghalang yang kuyakini terkuat dari semua jenis penghalang yang ada, retak, hancur, seperti kaca pecah.

Sontak aku membatu.

Jangan salahkan aku!

Tidak hanya memecahkan penghalang, asap hitam tadi menyerap masuk ke dalam tubuhnya. Aura tak menyenangkan sekarang menampakkan aura yang jahat.

Tidak sampai di situ, remaja-remaja malang tadi bahkan peri-peri itu tiba-tiba pingsan.

Sebenarnya apa yang dia lakukan?

"Sampai jumpa, Michael. Aku yakin kita pasti akan bertemu lagi."

Sampai jum–apa?!

Alarm bahayaku kembali berbunyi kencang lagi.

Azreal mengambil Selvi dan Deva.

Saat aku ingin mengejarnya, kobaran yang entah datang dari mana, menyalap membakar tempat ini.

Sial!

Sejak kapan dia merencanakan hal ini?

Dia tahu aku tak bisa mati, tapi remaja-remaja malang ini punya nyawa!

Jangan tanya ke mana aku akan pergi! Tentu saja aku mengerahkan pelindung untuk keduanya, tapi aku tidak bisa menangani sisanya.

Azreal, Malaikat Maut Jatuh, dia benar-benar sudah jatuh.

Aku kecewa.

Sungguh berani membuatku terus menerus mengalami emosi. Aku tidak akan membiarkannya semena-mena!

Dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba hujan turun. Kebetulan? Tidak, aku yakin.

Lihatlah seorang pria atau kukatakan bukan, karena kenyataannya dia tak memiliki gender, dari kejauhan perlahan berjalan ke arahku, tidak peduli hujan akan membasahi tubuhnya.

Tidak juga. Dia tidak basah karena air itu sendiri seakan sengaja menghindarinya.

Dia salah satu malaikat, sama sepertiku.

"Gabriel? Tolong jaga tempatku. Aku akan pergi menangani pengkhianat itu."

"Michael, aku tahu kau akan kesal dengan ini, tapi lebih baik biarkan mereka pergi. Aku tahu kau kuat karena kau pemimpin kami, tapi dia pengkhianat dan pergi ke sisi iblis? Dewi tidak mengizinkan kita ke neraka."

Ah, ini benar-benar menyebalkan.

Aku tahu mengejar mereka sampai ke neraka, bisa-bisa aku dicap pengkhinat seperti Azreal. Tapi mereka benar-benar kabur sialan!

Oh, tidak.

Sudah berapa lama aku terus mengutuk? Sedikit, aku merasa tercemar.

"Jadi, ada apa kau datang ke sini?"

Gabriel adalah Malaikat yang mengendalikan air. Tidak sepertiku, dia bisa melakukannya di mana saja kalau ingin melepaskan hujan, tapi sekaligus dia Malaikat Pembawa Pesan. Kedatangannya selalu berarti ada pesan yang harus dia simpan dan satu-satunya orang yang dia terima pesan adalah Dewi.

"Revolusi Malaikat."

Hm?

Ah, pasti tentang ini.

Kami tidak memiliki tubuh fisik dan tidak memiliki ego pada awalnya. Kami hanya melakukan tugas yang diberikan dan menjalankannya dari kejauhan. Lebih tepatnya di Surga.

Akan tetapi, beberapa tahun lalu ada masalah. Itu masalah yang rumit sampai kami memiliki ingatan buruk. Meskipun tidak ingat, samar-samar aku tahu kami terlibat dalam pertempuran hidup dan mati.

Tidak etis menyebutkannya hidup atau mati, karena kami pada dasarnya tidak memiliki nyawa. Tapi aku merasa pernah didorong sampai ke batasnya.

Mau tak mau, akibat dari pertempuran itu, banyak ras bergabung di tempat yang sama tanpa terkecuali malaikat.

Pekerjaan kami lebih berat dan kami turun tangan secara langsung. Namun, karena ini kami makin lama semakin mirip dengan mereka, paling dekat mungkin manusia.

Dalam waktu singkat, kami memiliki ego dan emosi-emosi negatif lainnya.

Aku bilang itu buruk!

Dewi mencari cara menangani permasalahan ini dan sepertinya beliau sudah menemukan caranya.

"Kita akan melahirkan gelar pahlawan."

Pahlawan?

Pahlawan apa yang manusia sebut untuk seseorang yang berjasa menyelamatkan orang lain atau suatu negara. Di dunia manusia, sering terjadi konflik antar negara atau kerajaan. Mereka yang bertarung di depan, menyelamatkan orang-orang, itulah yang disebut pahlawan.

Ketika Gabriel melanjutkan ceritanya, hampir sama dengan apa yang kupahami tentang pahlawan.

Namun, bagian terpentingnya bukan di sana.

"Skill?"

"Ya, beberapa manusia terpilih akan disebut pahlawan. Masing-masing dari kita akan bersamanya sebagai skill. Kita menyerahkan kemampuan kita kepada mereka."

Jadi, begitu.

Aku paham.

Apa aku menerimanya? Jelas, ini keputusan Dewi dan sebagai hambanya yang setia, apa pun permintaannya, tidak akan kutentang.

Gabriel menoleh ke arah kedua orang yang masih pingsan dan satunya lagi pingsan.

"Mungkin bisa dimulai dari mereka. Dewi telah melihat. Tidak ada yang bisa disalahkan. Jika mereka bangun, bawa mereka menghadap Dewi atau tawarkan apakah mereka ingin menjadi Pahlawan."

Dengan begitu, hari itu berlalu begitu saja.

Namun, beberapa hari berikutnya saat keduanya sudah sadar dan dibawa menghadap Dewi, mereka ditawarkan apakah ingin menjadi Pahlawan.

Agak mengejutkan mereka menerima tanpa pertimbangan. Manusia normalnya adalah orang-orang yang penuh ragu-ragu, cenderung berbuat salah, tetapi mereka telah memantapkan hati.

Tidak hanya itu, bahkan ketika Israfiel dan Raphael mengusulkan mereka sebagai pengganti Selvi dan Deva, mereka juga langsung setuju. Tidak masalah ras mereka ikut berubah menjadi Raja Roh dan Ratu Peri.

Merekalah yang menandakan kemunculan Pahlawan pertama kali dalam revolusi.

Kami, para malaikat, entitas kami telah berubah menjadi skill. Tidak hanya kami, bahkan Dewi juga mengubah dirinya menjadi bentuk virtual. Jadi, tidak ada siapa pun yang bisa bertemu lagi dengannya secara langsung.

Kami tidak lagi perlu khawatir dengan yang namanya emosi. Serahkan semuanya ke tuan kami masing-masing. Kami juga tidak mungkin berkhianat karena ada rantai tak kasat mata yang mengikat kami. Juga meskipun tuan kami tetap ada kemungkinan berkhianat, kami akan terus ada dan hanya perlu mengganti pahlawan.

Dengan seleksi yang ketat, kami akan berakhir di tangan orang yang tepat. Butuh waktu sampai melepaskan semuanya, menghapus pengkhianat dan mengembalikan skill ke tangannya, tapi suatu hari semua pahlawan yang tepat, tiga belas di antaranya akan berkumpul demi keseimbangan dunia.

Kemudian, kesadaranku menjadi hitam.

*

TBC