Yang Waktu Itu

Ruang santai itu memiliki langit-langit yang begitu tinggi. Di depan pintu terdapat sofa nyaman yang ditata menjadi bentuk persegi. Di sebelah kiri ada televisi yang sangat besar, tertempel di dinding, sementara bagian bawahnya ada perapian listrik. Pada sisi-sisi televisi terdapat rak tanam yang juga menjulang hingga langit-langit. Sebuah grand piano berdiri manis di sisi kanan ruangan.

Dari pintu mereka bisa melihat bagian luar bangunan karena pintu kaca besar di sana. Sayangnya langit di luar sedang mendung, sehingga suasana hangat tidak begitu tercipta. Sebagai gantinya, lampu lantai menyala, menerangi ruangan yang sedikit gelap tersebut.

Kebetulan ketika mereka baru saja masuk, butler yang tadi menyambut di pintu pun juga ada di sana, meletakkan dua cangkir berisi teh yang masih hangat. Pria itu menegakkan punggung dan menghadap pada dua tamu yang baru saja masuk ke dalam ruanga.

"Tehnya sudah siap. Apakah saya perlu memanggilkan master kemari sekarang?" katanya.