webnovel

Surga Kecil

Alexandrite, seorang gadis remaja, dijual oleh bibinya ke tempat prostitusi. Demi membayar utang bibinya, Alexa harus menjual dirinya pada para lelaki hidung belang. Namun satu bulan berlalu, Alexa tiba-tiba ditebus dan dibeli oleh seorang pengusaha muda, lalu dipekerjakan sebagai pelayan di kediamannya. “Kenapa Tuan menjadikan saya pelayan di tempat ini?” “Apa kau berharap lebih baik ada orang lain yang menggantikan posisimu sekarang? Lalu kau tetap ada di sana, di tempat pelacuran itu?” Alexa tampak bisa melihat masa depannya yang samar di tempat ini. Tapi apakah dia akan bisa bertahan menghadapi perlakuan dingin dari tuannya? Berapa tahun yang dia butuhkan untuk melunasi semua utangnya? ---- Cover by Kyp005

Mischaevous · Urban
Not enough ratings
493 Chs

Ulang Tahun

"Boleh, sekarang saja. Bawakan ke ruang tengah. Kutunggu di sana. Ayo, Sophie."

Pemuda itu kemudian segera berdiri dari kursi dan menyambar ponselnya yang masih tergeletak di meja. Anjingnya menyalak pelan mendengar namanya dipanggil, kemudian turut berdiri dan mengibaskan ekornya. Piringnya dibiarkan tergeletak di meja makan, sementara sang pemuda, diikuti anjingnya, berjalan menuju lorong dan berpindah ke ruangan luas di sebelah untuk menunggu dessert entah apa yang disebutkan oleh Alexa.

Televisi yang terpasang di dinding dinyalakan, lantas dia duduk dengan nyaman di sofanya sambil setengah memperhatikan apapun yang berada di layar. Tangan kanannya mengelus Sophie yang melingkar di sebelahnya, menutup mata dan bermalas-malasan, jelas menikmati perlakuan yang ia dapatkan. Senyaman apapun Skylar pergi liburan dengan saudaranya, tidak ada yang mengalahkan perasaan yang didapatkan ketika ada di rumahnya sendiri.

Sementara itu, setelah semuanya pergi dari ruang makan, Alexa membereskan piring-piring kotor dan dibawa ke wastafel. Dia tak langsung mencucinya, melainkan mengambil piring lain, menyiapkan potongan pertama kue buatannya pada sang pemuda yang menunggu.

Satu loyang penuh cheesecake berwarna oranye dikeluarkan dari dalam kulkas. Dengan cekatan kue itu diiris dan dipindahkan ke atas piring kecil. Hanya begitu saja. Tanpa nampan, dibawanya satu potong cheesecake ke ruang tengah, di mana tuannya sudah menunggu bersama Sophie yang telah menemukan tempat bersantainya terlebih dahulu.

"Silakan," ujarnya seraya meletakkan piring kecil itu di atas meja kaca di depan sofa. Alexa menarik diri setelah meletakkan piring itu disertai sebuah denting pelan. "Semoga Tuan senang dengan rasanya."

Biar bagaimana pun, Alexa baru kali ini menyajikan makanan manis. Mau tak mau, dia sedikit khawatir jika tuannya tidak terlalu suka makanan manis. Yah, meskipun Alexa sudah sedikit mengurangi kadar gulanya agar tidak terlalu terasa manis.

"Oh, terima kasih."

Secara otomatis mulutnya berkata demikian ketika sosok pelayannya masuk dan meletakkan dessertnya di atas meja. Skylar masih setengah melamun sembari menahan supaya matanya tidak menutup hingga tertidur di sofa, namun dengan segera irisnya melebar sedikit melihat apa yang ada di sana. Dessert yang dimaksudkannya tadi ternyata adalah sepotong kue yang disajikan di atas piring.

"Cheesecake?"

Dipandangnya gadis itu dengan tatapan bertanya.

"Kupikir puding atau sejenisnya, ternyata cake?"

Alexa berkedip beberapa kali dan mengangguk. "Apakah Tuan lebih senang dengan pudding?"

Alexa tidak tahu. Dia membuat ini hanya karena ingin, apalagi sekarang adalah hari ulang tahunnya. Dia juga belum pernah menyajikan dessert atau apapun, sehingga belum tahu apa yang disukai oleh pemuda itu.

"Tidak, tidak. Aku hanya kaget dan tidak menyangka."

Dipotongnya ujung dari cheesecake tersebut dengan garpu, kemudian melahapnya. Rasa keju yang bercampur dengan aroma manis langsung terasa di mulutnya. Enak, tentu saja, Alexa belum pernah membuat suatu masakan yang tidak enak di mulutnya, yang mana sebuah alasan utama mengapa dia membiarkan gadis itu tetap memasak untuknya, meskipun dia bisa memesan makanan yang lebih mewah dari restoran di bawah.

"Enak."

Pemuda itu tersenyum tipis ke arah sang pelayan setelah menelan potongan pertama kuenya. Rasa kuenya tidak terlalu manis, agak mengejutkan karena biasanya yang seperti ini terasa terlalu manis di lidahnya.

Dia tahu gadis itu memang berbakat untuk membuat macam-macam hidangan, tapi dessert semacam kue pun bisa? Sedikit tidak menyangka, atau memang dia yang tidak tahu berhubung hal-hal yang manis biasanya bukan favoritnya. Juga karena ini pertama kalinya sang pelayan berinisiatif untuk membuat makanan penutup seperti ini.

"Apa rasa kuesnya sudah pas, atau masih terlalu manis?"

Meskipun membuat kue adalah inisiatif karena sedang ulang tahun, dia tetap tidak bisa membuat sesukanya. Diperbolehkan memakai dapur saja sudah bersyukur. Apalagi, semua bahan-bahan yang digunakan dibeli menggunakan uang milik sang pemuda. Tentu saja, bersikap egois tanpa memikirkan selera tuannya terasa amat tidak sopan.

"Tidak. Tidak ada protes soal rasanya. Semuanya sempurna seperti biasa."

Dan ini membuat Skylar sedikit bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi hari ini. Mulai dari makan siang yang begitu mewah sampai dessert berupa kue yang agak di luar dugaannya. Apa ada sesuatu yang istimewa? Jelas bukan karena Skylar baru saja pulang dari luar negeri lalu gadis itu memutuskan untuk memasak masakan yang mewah dan membuat dessert berupa kue untuk menyambutnya, kan? Lagipula, dia pergi bahkan tidak sampai seminggu.

"Tumben, kau sedang ulang tahun atau bagaimana sampai membuat kue segala?"

Skylar hanya asal bertanya, bahkan tidak terdengar terlalu serius. Sebab biasanya, dia hanya akan berhadapan dengan kue ketika ada seseorang yang berulang tahun, sebuah pikiran yang pertama kali mampir ke otaknya ketika melihat dessert yang dimaksud. Entah kapan pula terakhir kali dia menikmati sepotong kue seperti ini. Dan gadis itu sekarang bahkan repot-repot membuat kue, seperti seseorang yang sedang senang karena bertambah usia saja.

Pemuda itu mendengus dalam hati. Mana mungkin, kan? Kalaupun Alexa mengetahui tanggal ulang tahunnya, harusnya dia tak merayakannya sekarang, melainkan menunggu tahun depan.

Namun, reaksi Alexa tampak membenarkan dugaannya.

"I-Itu…"

Sempat ada hening, sementara Alexa bergerak-gerak gelisah di tempat. Pandangannya terus berpindah-pindah ke kanan, kiri, bawah, kemana saja, asalkan menghindari kontak mata dengan sang pemuda.

Haruskah Alexa berkata jujur dan membenarkan kalimat pemuda itu? Memang benar ini adalah hari ulang tahunnya. Tapi Alexa hanya ingin merayakan dengan caranya sendiri dan tak ingin siapapun tahu. Tak ada yang mengucapkan selamat maupun memberinya hadiah pun tidak apa-apa. Selama dia tidak mendapat tamparan atau bentakan seperti tahun-tahun sebelumnya, Alexa tidak akan keberatan.

"Tidak. Saya ha-hanya ingin membuat itu saja…" Pada akhirnya, dia memilih berbohong. "Kemarin saya menemukan resep baru dan ingin mencobanya. Syukurlah jika Tuan suka."

Dia tampak bersikukuh merahasiakannya. Apabila tuannya sampai tahu, entah hadiah apa lagi yang akan dibelikan untuknya. Alexa sudah merasa cukup menerima hadiah-hadiah dari sang pemuda. Dari pakaian dan ponsel baru itu sudah lebih dari cukup. Apalagi, oleh-oleh barusan juga sudah memuaskannya.

Namun Skylar berpikiran lain.

Sikap gugup dan gelisah Alexa seolah membenarkan semua dugaannya.

Bagi seseorang yang nyaris telah kehilangan segalanya seperti Alexa, sebuah hal personal seperti hari ulang tahun tentunya menjadi suatu yang istimewa. Bagi gadis itu, ulang tahun mungkin merupakan suatu kemewahan tersendiri yang bisa dinikmatinya, terlebih setelah banyak hal yang terjadi padanya selama beberapa waktu ke belakang.

Tidak sepertinya yang melewati hari ulang tahun dengan bekerja seperti biasa dan dirasa hanya sebagai suatu hari dengan rutinitas yang sama. Menganggapnya bagai sebuah hari lain yang tidak perlu dipikirkan terlalu mendalam, hingga dia bahkan baru menyadari bahwa tebakan asalnya tentang ulang tahun sebenarnya cukup masuk akal.

"Jangan bohong."

Pelayannya sama sekali tidak berbakat menyembunyikan tingkah lakunya maupun kata-kata bohongnya. Dia harus berlaku lebih baik dari itu apabila ingin menipunya. Alexa yang tingkah lakunya begitu polos, tiada bakat untuk berbohong sama sekali, terlebih di hadapannya. Sepupunya yang berumur 10 tahun bahkan bisa berbohong lebih baik daripada gadis itu.

Ditatapnya sang pelayan lekat-lekat, meskipun pandangan matanya tidak bertemu dengan mata milik sang gadis. Piringnya hanya digenggam, belum melanjutkan untuk melahap potongan kue lainnya. Tidak perlu seseorang yang kelewat peka untuk tahu bahwa gadis itu tidak sedang bicara jujur. Intonasi suara dan gelagat yang terlihat amat panik seakan hanya menambah kecurigaan yang semakin kuat, cukup untuknya menarik satu kesimpulan.

"Kau sedang ulang tahun hari ini, Alexa."

Lantas kenapa jika memang gadis itu sedang ulang tahun hari ini? Apa yang ingin dia lakukan dengan terus memojokkan Alexa seperti ini?

Kira-kira, apakah pembaca sudah puas dengan update satu chapter per hari, apakah masih kurang? Kalau disuruh pilih, lebih pilih mana; 1) Update 2 chapter per hari dengan panjang chapter yang sama seperti sekarang, 2) Update 3 chapter per hari tapi panjang per chapternya berkurang. Jangan lupa tulis komentarnya ya :3

Mischaevouscreators' thoughts