webnovel

Surat Dari Surga

Kriss seorang pria paru baya yang baru saja di tinggal oleh istrinya Marta. Disaat Pria itu sedang membetulkan atap rumahnya yang hancur akibat disambar petir.Tiba-tiba saja, dia menemukan sebuah surat yang di tinggalkan oleh Marta istrinya. Surat-surat itu berisi tentang apa yang dirasakan oleh sang istri semala mengenalnya. "Anggap saja aku menulis surat ini dari surga ya Mas,"

Mira_suenaga2020 · Urban
Not enough ratings
10 Chs

Hati yang tulus

Kriss menutup surat itu dan melngambil surat yang lain. Pria itu membuka kotak biru itu dan mencari surat berikutnya. Namun, saat tengahencari surat berikutnya pria itu melihat ke jendela dan atap yang sudah hampir jadi itu hancur kembali oleh derasnya hujan.

Kriss yang mulai menyerah akhirnya memanggil Tukang untuk memperbaiki atas rumahnya. Pria itu mengawasi perbaikan atap rumahnya selama berhari-hari dan akhirnya atap itu kembali berfungsi seperti semula.

Kriss lalu membuat amplo dari surat ketiga kali ini pria itu membacanya diteras untuk mencengah dirinya menjadi melodrama dan mengganggu yang lain.

Kriss membaca surat ketiga itu dan pria itu tersenyum bangga saat melihat isi surat itu yang berisikan banyak pujiannya untuknya.

"Mas Kriss, apa kabar apakah kamu sehat mas. Pasti sudahkan... saya tahu mas, adalah pria yang kuat. Jadi, jika mas sakit pasti mas hanya perlu tidur sebentar agar pulih. Tidak seperti saya meskipun saya rajin berolah raga namun, tetap saja kondisi seperti datang menghampiri saya.

Mas, pasti 3 bulan terakhir kita bersama. Saya pasti akan menyusahkan mas, dan terima kasih sudah bertahan meskipun mas pasti akan lelah mengurus saya. Bahkan, saat saya masih seperti ini mas sudah terlihat sangat kerepotan dalam mengurus saya.

Bekerja, dan mengurus saya setiap hari mas lakukan. Tidak tidur, jarang makan sudah menjadi kehidupanmu sampai saat saya nanti mati. Maaf ya... kalau saya selalu membuat mas sulit dari awal pernikahan kita. Hingga akhir saya selalu membuat mas susah.

Entah sifat saya yang kekanakan, atau saya yang sering sakit. Bahkan, saat dokter mengatakan mas mandul. Saya tidak percaya dan berpikir bahwa mas menjadikan diri mas sebagai tameng untuk melindungi saya. Karena saya yakin mas adalah orang yang seperti itu.

Namun, kenyataan berbeda dengan ekspetasi saya. Dan saat itu saya, untuk pertama kalinya bersikap dewasa seperti yang selalu mas lalukan kepada saya.

Menikah dengan mas, dicintai oleh mas membuat saya merasa sangat terhormat sebagai seorang wanita. Bagaimana cara memperlakukan saya dengan dewasa dan penuh penghargaan bahkan hanya untuk tindakan-tindakan kecil. Mas akan sangat mengapresiasi saya.

Saat kita kuliah semester satu dulu, sebelum kita jadi sepasang kekasih. Saat para perampok merampok saya. Mas mengejar perampok itu dan dihajar habis-habisan meskipin akhirnya mas mendapatkan tas saya kembali. Namun, tetap saja mas kembali dengan keadaan yang menyedihkan.

Saat itu saya bertanya, mengapa mau melindungi perempuan yang bahkan tidak akan pernah sudi mencintaimu ini. Lalu, mas menatap saya dan dengan santai menjawab "Sudi atau tidak sudi kamu dalam mencintai saya. Saya sudah mencintai kamu, dan itu tidak akan berubah" jawaban mas yang seperti itu membuat saya merasa tak enak hati sekarang ini.

Saya merasa jerih paya dan perjuagan cinta mas seperti sia-sia. Mas berjuang mati-matian, tapi malah dapet barang ringkih yang cepat rusak seperti saya. Tapi.. setiap kali saya mengatakan begitu. Mas selalu mengatakan bahwa mencintai saya itu adalah anugerah. Dan jika waktu kita memang sedikit lagi maka saya merasa sangat berharga bisa menjadi orang terkahir yang mendampingi kamu.

Mas selalu mengatakan pada saya jika mas tidak bisa mendampingi saya saat pertama kali saya melihat dunia ini. Mas juga tidak bisa meminta saya untuk mendampingi mas, pada moment terakhir mas menikmati dunia ini. Akan tetapi meskipun begitu mas tetap, bersyukur bisa mendampingi saya pada moment terakhir saya melihat dunia ini.

Mas mengatakan kepada saya untuk jangan gundah dan merasa bersalah. Karena Mas tidak pernah menyesal bahwa perjuangan mas tidak sia-sia memiliki saya tidak pernah sia-sia.

Terima kasih mas untuk semangatnya, saya merasa sangat berharga bisa dimiliki oleh pria dengan Hati tulus seperti. Hatimu yang tuluslah yang membuatku bertahan mas, sedikit lebih lama dari waktu yang seharusnya.

Maaf sudah menyusahkan, maaf sudah membuat mas hancur dan merasa kehilangan. Maaf mas, saya tidak bisa bertahan lebih lama lagi dan tidak bisa memang dari penyakit ini.

Tolong maafkan saya, dan jangan berduka terlalu lama. Saya tidak mau menjadi kesedohan dalam hidup mas. Mungkin ini egois tapi, tolong jadikan aku ini sebuah kesenangan yang tak pernah pudar.

Salam hangat,

Martha Sari Dewi.

Kriss melempar surat itu ke kotak dan tanpa sadar pria paru baya itu meneteskan air mata. Suami mana yang bisa tidak menangisi kepergian istrinya setiap hari.

"Saya mencintai kamu tidak main-main, dengan sulit kamu saya gapai Martha. Dan dengan mudah kamu lepas dari saya. Lima belas tahun saya selalu berusaha agar kamu tidak lepas. Akan tetapi Tuhan sendirlah yang melepaskan kamu dari saya..." keluh Kriss.

Lalu pria paru baya itu membaringkan tubuh di ranjang. Untuk pertama kalinya ranjang itu terasa sangat luas dan dingin. Kriss merasa seperti ada yang salah dengan ranjang tersebut meskipun ranjang ini tidak tergeser atau merubah posisinya satu inci pun.

"Bahkan ranjang pun, tahu jika pemiliknya ini sudah tidak satu jiwa lagi. Melainkan hanya seonggok tubuh yang bernafas namun, tidak memiliki jiwa..." guman Kriss meraba dan mengelus lembut ranjang tersebut.

Pria paru baya itu lalu, mengaktifkan ponselnya untuk memasang alarm saat dirinya melihat tanggal yang tertera dilayar ponsel pria paru baya itu melempar ponsel sembarangan arah dan pergi ke kamar mandi.

Untuk pertama kali setelah 3 minggu kepergian istrinya Kriss pergi untuk membersihkan dirinya. Pria paru baya itu berpakaian serba hitam dan memetik beberapa mawar merah dan putih dari kebun mendiang istrinya.

Lalu dirinya mengampil plastik pembungkus dan mengikat bunga itu bersamaan. Kriss berjalan dari rumahnya dan menyelurusi jalan di sekitar pinggir kota solo. Hingga dirinya tiba di pemakaman istri tercintanya.

"Apa kabar dinda, hari ini kakang mas mu bernampilan sangat rapih untuk menemuimu. Saya mandi dan memakai banyak parfum, sudah 3 minggi saya tidak mengunjungi kamu. Mawar yang terakhir kali saya berikan, ternyata masih segar hahaha..." kekeh pria paru baya itu lirih.

"Dinda... Adinda itu, tidak perlu bepikir jika, saya menyesal. Jika, adinda adalah beban.. karena itu tidak benar. Saya malah merasa jika bersama mu, semua beban yang saya alami dalam seumur hidup saya. Hilang dalam detik. Tawa adinda, kebaikan hati adinda.. adalah semangat bagi saya, terima kasih sudah mencintai pria culun dari desa terpincil yang berasal dari kabupaten boyolali ini.."

"Terima kasih Adinda atas ketersediaan waktu yang Adinda berikan untuk mencintai saya, saya yang payah ini. Terima kasih untuk berjuta pujian yang tertulis dalam surat Adinda hari ini, terima kasih dan berbahagialah disana. Jangan pikirkan saya, karena.."

Kriss menghelas nafasnya menghadap batu makan istrinya itu dan mulai membuka mulutnya dengan lantang.

"Mustahil saya bisa bahagia tanpa kehadiran Adindaku disini,"