webnovel

Lucas

Sore hari itu terasa sangat tenang, Seorang lelaki dengan tubuh tinggi sekitar 178 Cm, dengan berat badang yang normal bagi seseorang yang tidak memiliki otot dan lemak. Bentuk wajah lelaki ini lonjong dengan rahang yang tegas, Kedua matanya yang besar berwarna biru muda, dengan hidung mancung, dan bibir berbentuk normal berwarna orange. Ia memiliki gaya rambut yang di bentuk seperti Amerika style. Ia memiliki warna kulit sawo matang, coklat estetik.

Lelaki itu tengah berdiri di tengah lapang yang tandus, ia sedang menatap ke arah langit senja yang sangat indah, dan hal itu membuat lelaki yang berdiri di sana pun mengembangkan senyuman manis di wajahnya. Seolah saat ini dirinya merasa sangat senang ketika sang mentari akan tenggelam. Angin yang berembus menerpa tubuhnya terasa sangat dingin, hingga menusuk ke dalam tulangnya.

Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit bagi lelaki itu untuk menyaksikan mentari sore di sana tenggelam sepenuhnya, dan setelah melihat mentari itu tenggelam sempurna, lelaki tersebut pun memutuskan untuk segera pulang dari sana. Dengan membawa keranjang yang dipenuhi oleh sayuran yang telah dipanen olehnya di kebun yang luas di samping lapang yang tandus itu.

Lelaki itu berjalan menghampiri sebuah rumah tua berukuran kecil yang berjarak tidak jauh dari tempatnya berada. Rumah tersebut merupakan tempat tinggal milik sang lelaki.

"Aku pulang!" ucap lelaki itu ketika memasuki rumah kecil tersebut,

Rumah itu terbuat dari kayu yang sudah tua, lantainya pun terbuat dari kayu yang dialaskan oleh tembikar. Rumah itu terlihat sedikit berdebu, hanya dengan berisikan sebuah kasur, meja kecil, kursi goyang, kamar mandi dan dapur.

"Lucas?? Kau kah itu??" Tanya seorang lelaki tua yang muncul dari balik pintu kamar mandi, dirinya keluar dari dalam kamar mandi dan berjalan dengan tertatih-tatih untuk menghampiri pemuda yang baru saja masuk ke dalam rumah mereka.

"Ya, Kakek … Lucas sudah pulang membawakan sayur hasil panen di kebun hari ini." Jawab pemuda yang bernama Lucas itu kepada sang kakek yang kini terlihat mengembangkan senyumannya dan berjalan dengan perlahan menuju kursi goyang yang berada di dekat kasur.

Setelah Lucas menjawab pertanyaan dari sang Kakek itu pun segera meletakan sayur mayur yang ia panen ke dalam baskom dan mulai mencucinya hingga bersih, ia kembali tersenyum ketika sang kakek menyalakan radio usangnya yang terletak tidak jauh dari nakas kecil yang bersampingan dengan kursi goyangnya.

Seperti biasa, mereka selalu mendengarkan berita melalui radio, karena hanya saluran itulah yang bisa didapati di lingkungannya. Radio negara yang selalu memutarkan musik klasik yang sudah sangat ketinggalan zaman. Meskipun begitu, Lucas tetap senang karena dirinya masih bisa melihat senyuman dari sang kakek yang selama ini selalu merawatnya hingga ia tumbuh dewasa.

"Kakek … hari ini aku akan memasakan sup kentang dan juga tomat untuk hidangan makan malam, apakah kau menginginkannya?" Tanya Lucas kepada sang kakek yang masih terduduk di atas kursi goyangnya.

Pertanyaan itu membuat sang kakek pun terkekeh pelan seraya berucap, "Apapun yang kita dapat, tidak perlu di tolak, Lucas … Buatkan saja semua itu, aku akan menyantapnya dan menikmati seluruh makanan itu dengan senang hati." Jawaban dari sang kakek membuat Lucas kembali tersenyum, ia pun mulai menyiapkan segala hal yang dibutuhkan olehnya untuk membuat sup tersebut.

Membutuhkan waktu sekitar setengah jam bagi Lucas hingga akhirnya ia menyelesaikan aktifitasnya dalam memasak sup, ia membawa hidangan itu kepada sang kakek untuk disantap bersama-sama.

"Sup kentang dan tomatnya sudah matang, kakek … Apakah kau ingin memakannya selagi hangat?" Tawar Lucas kepada sang Kakek, dan hal itu membuat kakek Lucas menggelengkan kepalanya seraya berucap,

"Sebelum itu, ada hal yang ingin ku ceritakan kepadamu Lucas, duduklah!" Ujar sang kakek, memberikan memerintah kepada Lucas. Mendengar perintah itu tentu membuat Lucas menganggukkan kepalanya, ia menyimpan mangkuk sup tersebut ke atas meja dan kemudian duduk tepat di hadapan sang kakek yang duduk di atas kursi goyangnya.

Lucas duduk di atas tembikar kayu yang sudah terpasang di atas lantai agar tidak terlalu dingin jika musim dingin tiba. Kedua mata Lucas menatap ke arah sang kakek dengan penasaran, dan hal itu pun membuat sang kakek tersenyum lembut dalam diam. Seolah dirinya sengaja untuk diam beberapa saat agar Lucas merasa semakin penasaran karena menunggu.

"Kakek?? Apa yang sebenarnya ingin kau katakan??" Tanya Lucas kepada dirinya yang kini tertawa dan mengangguk-anggukan kepalanya pelan, ia menatap pada Lucas yang menatapnya dengan kedua mata yang lebar.

"Hal yang ingin aku bicarakan adalah tentang dirimu, Lucas!" Ucap sang kakek kepada Lucas, dan hal itu tentu membuat Lucas mengerutkan dahinya semakin penasaran dengan hal yang akan di sampaikan sang Kakek.

"Kau adalah anak yang berbeda…" Ucap sang kakek lagi, dan hal itu membuat Lucas mengedikkan kepalanya belum mengerti dengan hal tersebut, "Aku pernah mengatakan bahwa kau adalah anak yang istimewa bukan??" Tanya sang kakek lagi, dan pertanyaan itu pun membuat Lucas mengangguk mengiakannya, mengingat saat di mana sang kakek mengatakan hal itu dahulu.

"Ya … Kau pernah mengatakan itu berulang kali kepadaku, tapi … Apa maksudmu dengan anak yang berbeda?? Apakah aku seseorang yang terlihat tidak normal??" Tanya Lucas kepada sang kakek, bahkan saat ini dirinya beranjak dari duduknya dan mengecek semua tubuhnya. Ia mengecek kedua tangan, kaki dan bahkan ia meraba wajahnya yang tampan itu, seolah ia menanggapi bahwa kata 'berbeda' yang dimaksud oleh sang kakek adalah kelainan fisik yang terjadi padanya.

Melihat hal itu sang kakek pun tersenyum seraya menggeleng dan juga berucap, "Tidak Lucas … Bukan kelainan fisik yang aku maksud!" Mendengar penjelasan sang kakek itu membuat Lucas memahaminya dan kemudian kembali duduk di tempatnya, berusaha untuk kembali mendengarkan sang kakek.

"Kau … Lucas, Aku tahu kau adalah anak yang berbeda semenjak aku menemukanmu." Ucap sang Kakek yang kembali menjelaskan, tentu hal itu membuat Lucas menganggukkan kepalanya, seolah dirinya sudah tahu bahwa ia adalah anak yang ditemukan oleh sang kakek, dan bukan bagian dari keluarga asli sang Kakek.

"Ketika kau kecil, aku selalu kehilangan dirimu untuk waktu yang cukup lama … Hal itu membuatku merasa khawatir karenanya. Namun kamu akan kembali setelah lama menghilang dengan membawakan ku benda-benda aneh yang tidak akan pernah bisa kita dapati di sini!" Ucap sang kakek, dan hal itu membuat Lucas mulai berusaha untuk mengingat kapan waktu tersebut terjadi.

Ketika Lucas tengah berusaha mengingatnya, sang kakek kini sedikit merundukkan tubuhnya dan meraih sebuah kotak kaleng usang yang tergeletak di kolong nakas di samping kursi goyangnya tersebut. Itu adalah kotak yang tidak diketahui oleh Lucas, dengan bukti bahwa Lucas terkejut ketika sang kakek mengeluarkan kotak itu dari sana.

Sang kakek menyerahkan kotak tersebut kepada Lucas, "Bukalah … Itu adalah barang yang kau bawa ketika aku menemukanmu dan ketika kau menghilang dari pandanganku saat kau kecil." Ucap sang kakek kepada Lucas. Lucas terdiam memandangi kotak itu dengan lekat.