webnovel

Chap 1 : The Phoenix Kingdom

Mereka menghilang bersama lubang tersebut dan semua orang sibuk menyelamatkan diri mereka masing-masing, karena hujan meteor masih berlangsung. Namun, tidak sebesar saat awal pertama batu itu jatuh dan lubang yang menganga di tengah-tengah Blood Moon itu seolah mulai menunjukkan pergerakannya, semakin mengecil.

Tidak akan ada yang mengira bahwa hari yang dinantikan semua orang karena peristiwa istimewa itu, berakhir tragis dengan kerusakan parah yang di derita kota Jakarta, ini hanya sebatas dugaan. Apakah hanya Jakarta saja? Tidak dengan kota lain atau bahkan mungkin seluruh dunia?

Bahkan saat ini layar besar disepanjang jalan tidak sedang memberitakan tentang Super Blue Blood Moon yang menakjubkan, mereka sibuk memperkirakan seberapa banyak korban, kerugian dan kerusakan yang diperoleh.

Sementara, didalam lubang dengan gemuruh angin yang terus menghantam-hantam tubuh mereka. "Kita bakalan mati!" teriak Sara histeris, gadis ini terlihat frustasi, teriakannya menandakan bahwa ia masih berputar-putar dalam lubang.

"Sar, masih ada gue. Jangan panik!" Adel mencoba menenangkan Sara, mereka masih berpegangan erat, meskipun ia tidak tahu akan menjadi seperti apa akhirnya mereka.

Mati didalam lubang ini atau pergi ke sebuah tempat yang berbeda. Hanya ada dua dugaan itu dalam benak Adel saat ini.

---***---

Sinar mentari masuk kedalam cela-cela lubang, silaunya menyerang sebuah kamar dengan banyak ukiran dan benda-benda aneh. Seseorang yang terbaring di dalamnya mencoba membuka matanya.

"Ah, dimana ini?" lirihnya yang mencoba untuk bangun dan membuka matanya berlahan sampai sempurna dan menemukan barang-barang yang tidak biasa, ukiran-ukiran itu seperti peradaban klasik.

Ia melihat sosok berdiri tak jauh darinya, membuatnya sangat terkejut. Bagaimana tidak? Mungkin ia seperti wanita manusia yang memiliki wajah dan fisik yang sama tapi kulitnya dan wajahnya bercahaya, seperti mengandung api, mata dan rambut ke jinggaanya membuat gadis ini ketakutan.

"Tuan putri, anda sudah bangun?" Ia mendekat, mencoba memeriksa keadaan gadis itu dengan bahasa aneh tapi herannya gadis ini mengerti.

Gadis itu mencoba menghindar, ketakutan. "Siapa kau?" tanyanya yang nampak terkejut dengan cara berbicaranya sekarang. Ia baru sadar jika semenjak tadi ia berbicara dengan bahasa aneh.

"Aku Gadi Ta, pelayan setiamu," ucapnya yang kini bersujud dihadapannya.

Gadis ini pun menganga, ia sama sekali tak mengerti dengan semua ini. Ia masih sedikit ngeri saat melihat tubuh wanita ini bercahaya dan lagi untuk ukuran seorang pelayan, ia rasa wanita ini tak pantas. Terlihat begitu anggun, sangat berbeda dengan dirinya yang tak menunjukkan sisi feminim sama sekali, membuat Reta semakin minder saja.

"Hah? Pelayanku? Tuan Putri? Kak, mungkin kau salah orang, aku Reta Defina Alka. Hanya gadis biasa!" tekan gadis bernama Reta itu. Nampak bingung, bahasa gaul ala Jakartaannya hilang, menjadi seperti kata-kata baku dalam cerita western romance erotis milik Sara. Aneh dan ia tidak bisa berkata-kata seperti itu lagi karena terdengar rancu. Seketika Reta merindukan sahabatnya itu. Ia cukup cemas dengan semua hal yang baru saja ia lihat.

Semua keanehan yang membuatnya seolah mendapatkan cultur shock. Mencoba untuk memahami peradaban yang barang kali hanya terjadi dalam mimpi anehnya.

"Jangan takut, saya akan memanggil Ratu. Anda telah mengalami kecelakaan yang parah, karena itu mungkin Anda terkejut," ucapnya sambil membungkuk, kemudian undur diri.

Kini hanya tinggal dirinya sendiri. Reta pun mencoba bangkit, tujuan pertamanya adalah jendela dan ia sangat terkejut melihat semuanya.

"Apa ini? Kerajaan di atas awan? Bagaimana bisa?" Reta nampak berpikir cukup keras. Ia mencoba mengingat apa saja yang terjadi sebelumnya, hingga tubuhnya benar-benar merosot jatuh di lantai marmer yang dingin.

"Jadi ini bukan mimpi? Maksudku kita berhasil keluar dari lubang itu? Lalu terdampar dalam dunia ini? Tapi, dimana yang lain? Kenapa aku tidak melihatnya?" gumam Reta yang masih nampak terlihat linglung dan bingung.

"Meira Na Ta ... Kau sudah bangun nak?" Dua orang tua paruh bayah datang, memakai juba panjang warna merah mengkilat yang serasi, namun wajah dan kulitnya nampak seperti manusia, tidak seperti tadi, saat Reta pertama kali membuka matanya dan mahkota di kepala yang nampak seperti burung Phoenix mungkin, membuat Reta bisa menebak jika mungkin mereka berdua adalah pemimpin tempat aneh ini.

Wanita itu berjongkok dan memeluk Reta tiba-tiba. Entah mengapa? Reta merasakan kehangatan dan Reta merasa senang untuk alasan yang tak mampu ia pahami. Sementara pria paruh bayah itu terlihat bernapas lega, memandang Reta dengan tatapan sedikit khawatirnya.

"Kata Gadi Ta, kau tak ingat apa pun?" tanya pria itu membuat Reta melepaskan pelukannya dan memandangi sosok itu sambil mengangguk.

"Itu lebih baik, suamiku. Ia tidak harus mengingat kejadian yang mengerikan itu. Kau harus membuat perhitungan dengan kerajaan Naga, kita tidak bisa dihina seperti ini. Mereka yang menginginkan pertunangan ini bukan? Lalu pangerannya Draca Gen La membuat putri kita menjadi seperti ini. Aku yakin ia sengaja ingin menyingkirkannya." Nada suara yang penuh emosi ini, entah mengapa membuat Reta merasa sesak. Sungguh, ia tak mengerti kenapa dirinya seperti ini?

Ada apa dengan dirinya? Kenapa Reta merasakan banyak amarah di dalam sana? Sebenarnya ini memang dirinya atau orang lain? Kenapa ingatan dan perasaannya seolah bertolak belakang?

Wanita paruh bayah ini pun mengelus rambutnya yang baru saja ia sadari juga berwarna merah. "Ia melakukan itu hanya untuk bisa bersama dengan putri dari kerajaan Rubah, Alika De Ra. Begitu piciknya ia, hingga membuat putri kita menjadi seperti ini," lirihnya menangis, memeluk Reta kembali membuat air mata Reta mengalir begitu saja dan tanpa alasan yang jelas.

Disana, di dalam dadanya seolah ada ledakan-ledakan yang membuat amarahnya semakin besar

Pria paruh bayah itu pun menghampiri mereka dan memeluk keduanya. "Tolong, jangan meninggalkan kami lagi. Kau adalah satu-satunya yang berharga di kerajaan Phoenix ini. Semua ini milikmu, kau akan menjadi masa depan kerajaan ini. Jadi tetaplah hidup demi kami dan rakyat yang selalu mendoakan untuk kesehatanmu," ucapnya yang membuat Reta mau tak mau hanya mengangguk.

Kamar ini seketika dipenuhi dengan bermacam emosi yang menyedihkan. Reta tak bisa berkata apa-apa, bahkan hanya untuk mengatakan guyonan tentang pendapatnya bahwa ia benar-benar masuk dalam dunia fantasi yang begitu ia inginkan saat ini. Gadis delusional yang selalu asyik dengan dunia fantasi yang ia buat, kini mulai mengalami fase perenungan jika ia akan mulai berhenti berdelusional, atau pun menjadi otaku.

Ini bukanlah perjalanan kemasa depan, tapi sebuah perjalanan ke dunia lain yang berbeda dan Reta yang begitu menggilai film sci-fi fantasi ini hanya berharap bahwa ketika ia terbangun dari tidur, semua akan kembali seperti semula. Hari-hari di sekolahnya yang menyenangkan, serta berjumpa dengan teman-temannya lagi dengan membahas hal yang selalu menjadi topik seru diantara mereka.

"Aku sudah menyiapkan pasukan, kita akan menyerang kerajaan Naga malam ini!" Belum selesai keterkejutan Reta, ia harus mendengarkan berita tentang peperangan yang kebanyakan diakibatkan olehnya.

"Yang Mulia ... Utusan dari kerajaan Naga datang. Mereka ingin berunding," seorang pria tinggi dengan badan kekarnya datang. Wajahnya cukup menakutkan dengan bekas goresan benda tajam di sekitar matanya. Rambutnya yang kemerahan dan ikal dengan kumis yang membuat wajahnya semakin terlihat menakutkan.

Tatapannya teralih pada Reta, membuat Reta memalingkan wajahnya karena takut. "Tuan Putri Meira telah sadar?" tanyanya, berjalan akan mendekati Reta tapi karena melihat gelagat Reta yang ketakutan, ia berhenti dan memandangi gadis itu heran.

"Ya, namun ... Ia tak mengenali semua orang," kata pria paruh bayah itu yang tak lain adalah raja di kerajaan Phoenix ini.

Mata pria itu melebar, nampak menyayangkan hal ini, tapi Reta cukup tahu jika pria asing ini baik. Wajah cemasnya itu telah menggambarkan segalanya.

"Meira, dia adalah panglima besar Veko Na Ta dan sekaligus adik ayah, pamanmu. Selama ini, ia yang melatihmu meningkatkan kekuatanmu," terang raja yang membuat Reta beroria. Ia mulai paham sekarang dan seketika rasa takut itu menghilang begitu saja.

"Bagaimana kabar paman?" tanya Reta dengan ragu dan Veko tersenyum.

"Sangat baik, aku harap kau bisa cepat pulih dan mulai melanjutkan latihan kita yang tertunda. Kau masih harus meningkatkan kekuatanmu sampai dapat mengehancurkan apa pun lewat tatapan matamu," ucapan pamannya jelas membuat Reta menganga.

Ini gila! Reta seketika melihat dirinya di cermin yang berada beberapa meter dihadapannya. Ia terkejut dan hampir saja terjatuh kalau wanita di sampingnya yang tak lain adalah ratu berusaha untuk menahan tubuhnya.

Wajah mirip dengan dirinya yang dulu, tapi mata jingga dan rambut merahnya jelas bukan sesuatu yang biasa.

"Kau masih belum sehat, tidurlah. Kami akan menemui utusan dari kerajaan Naga," ucap ratu dan Gadi Ta datang, segera membantu Reta berbaring.

"Ayo, kita harus cepat Yang Mulia," seru panglima besar Veko membuat Raja dan Ratu pergi dari kamar Reta. Menyisahkan gadis ini dengan wajah pucatnya.

"Tuan Putri, menginginkan sesuatu?" tawar Gadi Ta, membuat Reta menatapnya.

"Sebenarnya kita ini makhluk apa?" tanya Reta dengan suara lemahnya.

Gadi Ta terlihat bingung dengan pertanyaan Reta, tapi ia terlihat berusaha memikirkannya. "Maksud putri? Ah, makhluk? Tentu saja kita ini Phoenix. Salah satu makhluk terkuat setelah Naga dan kerajaan kita nomer dua yang di takuti dari 4 kerajaan atas awan dan kerajaan bawah," terangnya dan lagi-lagi membuat Reta shock.

"Rambut merah ini, mata kejinggahan ini apa karena aku Phoenix?" tanya Reta yang mencoba untuk memastikan dan Gadi Ta mengangguk.

Sungguh, tidak ada yang lebih menakutkan dari suara bom atau guntur yang menyambar. Reta mengalamin itu saat ini dan itu cukup mengguncang jiwanya.

Bagaimana bisa? Ia berubah menjadi Manusia setengah siluman? Monster mungkin?

Reta menangis sejadi-jadinya. "Tidak mungkin, bagaimana bisa aku menjadi monster?" Reta mencoba menarik rambut merahnya dan Gadi Ta terlihat kebingungan.

"Tuan Putri, ada apa dengan Anda?" tanyanya yang mencoba mendekati Reta.

"Jangan mendekat! Pergi dari sini!" usirnya dan tubuh Gadi Ta terpental.

Duak

Reta terkejut dan melihat tangannya yang mampu mendorong wanita itu, bahkan kini mengeluarkan api. Reta benar-benar ketakutan dengan dirinya yang sekarang.

"Gadi Ta, kau baik-baik saja kan?" Reta mencoba menguasai dirinya. Mendekati Gadi Ta yang nampak lemas, bersandar di dinding.

"Maafkan aku," lanjut Reta yang bahkan kali ini menyentuh tangan Gadi Ta, membuat wanita itu menatapnya tak percaya.

"Yang Mulia, aku baik-baik saja. Biasanya saya bisa langsung menghindar, tapi kali ini saya sedikit lalai," ungkapnya yang tentu membuat Reta lagi-lagi semakin takut.

"Apa aku sering melakukan ini?" tanya Reta dengan wajah yang nampaknya berharap jika Gadi Ta mengatakan tidak. Namun, sialnya Gadi Ta mengangguk membuat Reta semakin terpukul.

"Kau boleh pergi sekarang. Tinggalkan aku sendiri," usirnya yang membuat Gadi Ta semakin tak mengerti.

"Putri, tenanglah. Aku tidak akan mudah terluka atau mati. Jadi Anda bisa melakukan apa pun kepadaku," katanya yang tentu membuat Reta semakin tak menyukainya.

"Tidak! Pergilah, aku ingin sendiri. Tolong, biarkan aku sendiri," lirihnya dan Gadi Ta tak bisa melakukan apa pun kecuali menurutinya.

Kini Reta sendiri dengan menangis tersedu-sedu. "Aku ingin pulang, Adel, Akira, Sara. Dimana kalian! Kenapa hanya aku sendiri divsini? Kenapa?" lirihnya sambil terisak.

Hanya beberapa jam saja mereka berpisah, Reta sudah merasakan begitu merindukan para sahabatnya ini. Ia benar-benar tak bisa menerima kenyataan jika hanya dirinya sendiri yang harus bertahan hidup di sini. Di dunia asing yang membuatnya serasa gila. Belum lagi kenyataan jika dirinya adalah manusia separuh siluman. Hal ini cukup membuat Reta sangat terpukul.

Mungkin jika itu perjalanan ke masa depan, Reta akan bisa memberikan sedikit komprominya. Namun, ini perjalanan ke dunia lain. Dunia paralel dengan berjuta kemisteriusannya.

Alam semesta atau dunia paralel, apa kalian berpikir hanya ada satu di muka bumi ini? Tidak, ada banyak dan beraneka ragam. Bisa dikatakan dunia paralel itu berjalan beriringan dengan dunia kita. Mengenai bentuk dan isinya, hanya orang-orang beruntung yang mampu berjalan ke sana dengan kekuatan gaib? tidak! para keempat gadis ini jatuh terperangkap dalam sebuah lubang di tengah Super Blue Blood Moon, lubang yang nampak seperti black hole atau memang benar jika itu adalah lubang hitam yang juga membuat ratusan meteor jatuh dan menghancurkan Jakarta tanpa pertimbangan.

Reta, gadis yang cukup optimis ini berubah menjadi seseorang dengan seribu ketakutan saat di hadapkan bahwa kenyataannya dunia yang nampak seperti fantasi ini lebih menakutkan dari jenis kejahatan apa pun di muka bumi.

"Aku takut," lirihnya lagi dan mulai menangis kembali.

Di balik pintu ukir itu, seseorang mengintipnya dan menghela napas saat melihat Reta terus menangis.

"Aku harus memberitahu pangeran Draca tentang keanehan putri Meira," gumamnya yang kini berbalik, menjauh dari kamar milik putri Meira.

-Tbc-