webnovel

Kemarahan Handoko

Untuk sesaat gadis itu hanya termenung di tempat nya, tak percaya dengan apa yang di dengar nya. Pria yang dianggap baik, sopan dan tak mungkin mengatakan hal kotor padanya tertanya dengan tanpa dosa mengajaknya menginap di kamar hotel.

"Lo gak salah ngajak gue ngamar?" tanya gadis itu masih tak percaya.

Tanpa rasa bersalah nya pria itu tersenyum sebelum akhirnya menyatakan sesuatu.

"Gue serius Sa …."

"Lu tau kan gue gak mungkin ngelakuin hal sekotor itu!" ucap gadis itu sambil mengerutkan kedua alisnya.

"Ayolah Sa, gue tau kok lo juga sebenernya mau kan!" ucap Galang

"Aishh Shitt, lo kira gue cewek apaan hah? Gue emang suka ke club malam, tapi bukan berarti gw sama seperti cewek lainnya yang mau maen enak enak di kamar sama cowok yang jelas jelas bukan suami gue" ucap Anissa setengah berteriak ia sangat kesal karena ternyata pria yang dia sangat suka itu ternyata sebrengsek ini.

"Lo kenapa marah? Emang bener kan lo itu cewe murahan. Udahlah ga usah jual mahal segala, tadi juga lo asik asik aja waktu gue cium lo, terus gue cuma minta satu malam saja dan lo udah bereaksi berlebihan kaya gini" ucap Galang menghina Anissa.

"Berlebihan?" ucap anissa, ia langsung menatap tajam kearah pria di sampingnya itu.

PLAKKK

Satu tamparan tampak mendarat bebas di pipi kanan Galang, membuatnya mengerang dan marah saat merasakan perih di sekitar pipi nya.

"Cewek sialan, berani yah lo nampar gue hah" bentak Galang marah lalu berusaha menampar Anissa namun dengan sigap tangan seorang lelaki menghentikannya dan mendorong tubuh Galang hingga tersungkur di atas lantai.

Anisa yang melihat Galang tersungkur ke lantai malah panik, takut jika keduanya malah bertengkar. "Sudah mas hentikan, dia temanku, tadi aku dan dia ada sedikit salah paham saja" ucap Anissa.

Anissa tampak memperhatikan pria yang menolong nya itu.

"Tampan kulitnya putih dan juga bersih badannya bagus jika ku sentuh kulitnya sepertinya sangat lembut itu hanya dugaanku saja tapi Ahhh pikiran macam apa ini." Menggelengkan cepat. Kenapa aku malah memperhatikan paras dan juga tubuhnya. Sadar Anissa!!.

"Semua ini karna lo cewek murahan, seharusnya gue tau dari awal dan gausah ribet buat datang kesini" ucap Galang bangkit dan berdiri tegak dan menatap sinis ke arah Anissa.

" Dan lo siapa hah? Lo udah boking dia atau gimana sampe rela mukul gue demi cewek seperti dia. Asal lo tau yah, dia itu cewek murahan tadi aja dia mau gue cium secara cuma-cuma" ucap Galang tersenyum menyeringai.

Mendengar ucapan Galang membuat Anissa sangat malu terlebih kini orang orang mulai berkerumun menyaksikan kejadian itu dan saling bicara dan entah apa yang mereka bicarakan, mungkin mereka sedang menghinaku dan percaya dengan kata kata Galang bahwa aku wanita murahan.

Tak terasa air Anissa mulai membasahi pipinya.

"Gue bukan wanita murahan yah, kenapa lo seenaknya gini sih kalo ngomong" bentak Anissa sembari sesegukan.

"Hahaha, lo bilang lo bukan cewek murahan? Cewek yang mau di cium sama siapa aja lo bilang bukan cewek murahan? hahaha …." ucap Galang lalu setelah tertawa terbahak bahak.

"Hiks hiks hiks, hentikan Lang!!" ucap Anissa yang malu, dan mungkin pria yang tadi membantunya kini menyesal telah membantunya dan menganggapnya tak pantas untuk ditolong lagi.

"Aku mohon siapapun bantu aku, tolong aku, aku sangat malu dan tak ingin berada disini lagi, tapi untuk melangkah keluar pun aku tak sanggup" batin Anissa berucap.

Laki-laki yang tadi menolongnya hanya menatap Galang dan sesekali menatap Anissa yang sudah menangis sesegukan.

***

"Kenapa lo diem hah? Benerkan lo cowok bayaran si cewe murahan ini" ucap Galang emosi.

Anissa sudah tak mampu untuk membela dirinya lagi dan menjawab semua tudingan Galang kepadanya, dirinya sudah malu dengan orang orang yang berkerumun dan kini tampak jelas membicarakannya.

Anissa hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan terus menangis tanpa henti.

Pria yang sedari tadi mematung kini menatap Anissa lekat lekat dan setelahnya menatap Galang sinis. satu detik kemudian.

BUGHH

Galang tampak tersungkur ke lantai, pria tadi tampak memukul Galang kembali dan menarik kerah baju Galang.

"Berhentilah melecehkan gadis itu, kau pun tak jauh lebih baik dari pada dia" ucap pria itu lalu memukul Galang lagi hingga Galang meringis kesakitan di bagian perutnya.

"Sialan, lo itu sebenernya siapa hah" ucap Galang sembari menahan sakit.

"Anda tidak perlu tau siapa saya" ucap pria itu lalu menarik tangan Anissa keluar dari club.

Anissa tampak tak berkutik ia pasrah saja saat pria itu menarik tanganku dan memasukkannya ke mobil.

Pria itu tampak menyetir mobil dan pergi dari tempat itu dan suasana saat itu hening tak ada yang memulai pembicaraan antara pria itu dan Anissa.

Hingga Anissa memberanikan diri membuka suaranya "Terima kasih, karna Lo udah mau nolongin gw tadi" ucap Anissa yang masih sesegukan.

"Diam" pria itu tampak diam tak menjawab ucapan Anissa

"Maaf karena sudah merepotkan" ucap Anissa lagi.

Namun pria itu tetap tak bersuara hingga membuat Anissa bingung dan tak tahu harus berbuat apa, akhirnya Anissa juga ikut diam dan hanya memandang lurus ke jalan raya, hingga pria itu tampak memarkirkan mobilnya tepat di rumah Anissa.

Anissa tampak heran saat ia sudah sampai di rumahnya "Kenapa pria ini tahu rumahku? Siapa dia sebenarnya?" pertanyaan demi pertanyaan bergelut di pikiranku kala itu.

"Keluar" ucap pria itu dingin.

"Dih, nyebelin banget sih, dari tadi di ajak ngobrol ga jawab terus tiba tiba gw udah ada di rumah aja, siapa sih ni cowo?" batin Anissa berucap lalu mengikuti pria itu masuk ke dalam rumah. Tunggu!!

"Ko dia ikut masuk sih, makin aneh aja deh, apa jangan jangan dia suruhan ayah bunda yah" ucap Anissa dengan suara pelan.

"Siall, jangan jangan bener dia suruhan Ayah, mampus udah ini gw pasti di marahin lagi"

Saat Anissa dan pria itu membuka pintu Ayah dan Bunda Anissa tampak sudah menunggu kedatangan mereka Lidya tampak duduk di sofa dengan gelisah menunggu kedatangan putri bungsunya itu sementara Ayah Anissa Handoko tampak melipatkan kedua tangannya di bawah dada dengan wajah marah.

"Assalamualaikum" ucap pria itu dan sontak membuat Lidya dan Handoko mengarahkan pandangannya ke arah suara.

Waalaikum salam" ucap Lidya dan Handoko.

Anissa tampak berjalan perlahan dalam keadaan menangis dan sedikit demi sedikit berjalan ke arah Handoko ia kemudian berdiri di hadapan Handoko yang masih melipatkan tangannya di bawah dada.

"SUSAH DIATUR!!" teriak Handoko emosi. Apa Ayah harus menamparmu terlebih dahulu agar kamu mau menuruti perkataan Ayah huh" ucap Handoko dengan suara lantang dengan mata memerah membelalak ke arah putri bungsunya itu.

Anissa tampak menundukan wajahnya tak berani menatap wajah Ayahnya itu.

"Maafkan Anissa ayah" ucap Anisa dengan nada rendah lalu menangis sesegukan.

Wanita itu tampak berdiri mematung menundukan kepalanya dan tak henti hentinya memegang tangannya sendiri karena takut.

"Ayah tak akan luluh dengan tangisanmu itu Anissa!! Ayah kecewa dengan sikap dan juga tindakanmu hari ini, KAMU SEPERTI WANITA MURAHAN" ucap Handoko dengan suara tinggi.