webnovel

Kakek yang Baik

Disclaimer Suga Hanya milik BTS tapi Suga yang disini milik author

Story by godblesz

Warning : **TYPO , Tidak sesuai PUEBI

Atau EYD** .

Karakter utama: Suga.

Chapter 2

Setelah aku menghabiskan sisa bubur di mangkuk. Aku beranjak dari kursi sambil membawa mangkuk yang sudah kosong untuk dicuci. Semenjak orang tua bercerai, ibu jarang sekali mencuci piring atau membersihkan rumah yang dia lakukan hanya bekerja dan pergi bersama pria. Ketika ibu pulang nampak wajahnya terlihat lesu. Aku yang melihatnya merasa kasihan , kemudian aku berinisiatif untuk membantu ibu dengan mencuci piring walaupun aku harus menjatuhkan piring beberapa kali. memang tidak mudah bagi anak seusiaku yang baru pertama kali. Tapi sekarang aku sudah terbiasa melakukannya.

Rumah kakek sangat sederhana tidak seperti rumahku yang di Jakarta. Luas rumahnya mungkin hanya setengah dari ruang tamu rumahnya dulu. Lantainya yang terbuat dari kayu dan di atasnya dilapisi dengan karpet merah. Aku berjalan melihat isi rumah. Banyak perabotan - perabotan yang terbuat dari kayu Mataku pun tertuju pada lemari kayu tua yang dilapisi kaca transparan yang bisa membuat orang melihat isi lemari. Walaupun sudah tua tapi lemarinya sangatlah kokoh dan bersih.

Aku mencoba melihat isi lemari tersebut dari luar kaca. Banyak figuran atau patung yang terbuat dari kaca. Tidak hanya itu banyak juga piala , medali dan piagam. Aku mencoba meraih gagang lemari dengan sedikit jinjit karena cukup tinggi bagi anak sepantaranku.

KLEK!

Pintu lemarinya terbuka. Syukurnya pintu tidak terkunci. Aku langsung tertarik pada figuran motor yang terbuat dari kayu tapi sayangnya itu terlalu tinggi jadi aku tidak bisa melihatnya secara dekat.

Aku yang merasa lancang sudah seenaknya membuka barang milik kakek menutup kembali lemari , sebelum aku menutup lemarinya , kakek datang dari arah belakang.

"Kau suka?" tanya kakek yang baru saja datang.

"Iya " jawab Suga.

Kakek lalu mengambil motor yang Suga inginkan dan memberikannya.

"Ini untukmu " ucap kakek.

"Benarkah? tapi ini kan punya kakek "

"Koleksi ku sudah banyak , lagian aku bisa membuat lagi sendiri nanti."

"Ini buatanmu?" tanya Suga.

" Yap, semua koleksi dan perabotan disini buatanku."

Aku terkejut tak percaya.

"Mau kuajari cara membuatnya?"

" Hmm " aku mengangguk.

Aku pun mengikuti kakek yang berjalan menuju belakang. Aku tidak tahu mau dibawa kemana daridulu aku emang selalu mengikuti perkataan orang tua walaupun aku tak tahu maksudnya.

Setelah sampai disana, Kakek menyuruhku memakai sepatu bot agar tidak terluka karena banyak sekali batang pohon atau serpihan - serpihan kayu berserakan di bawah. Ketika aku memperhatikan sekitar , aku melihat banyak sekali patung - patung manusia ataupun hewan. Bagus tapi sangat menyeramkan.

"Maaf ya sedikit berantakan." tutur kakek.

"Sini Suga biar aku tunjukkan cara membuatnya " sambung kakek yang kemudian berjalan menuju meja kerjanya . Dia memakai sarung tangan dan kacamata anti debunya. Aku terkesima melihat apa yang dilakukan kakeknya. Dia memotong kayu hingga menjadi kecil. kemudian dia mengambil Alat ukir atau pahatnnya , lalu membentuk kayu tersebut menjadi sebuah bentuk manusia . Setelah kayu itu mulai sedikit terbentuk kakek mengamplasnya dan mengukirnya lagi. Kakek terus melakukan itu secara terus menerus hingga kayu tersebut benar - benar berbentuk seperti manusia.

" Wahh keren " ucap Suga terkesima melihat hasil karya yang baru saja dibuat oleh kakek.

" Aku boleh mencobanya?" Tanya Suga . Suga ingin sekali membuat patung seperti kakek dan memberikannya kepada ibu agar ibu senang.

"Kau tidak boleh menyoba sekarang, kau masih kecil. Tanganmu yang kecil itu bisa terluka." ujar kakek melarang suga. Suga sangat sedih karena tidak bisa membuatkan patung untuk ibunya. Padahal dia ingin sekali memberikan hadiah untuk ibu selama ini dia tidak pernah memberikan hadiah untuk ibunya.

"Makanya kau harus tumbuh besar agar bisa membuat patung buatanmu sendiri " Ucap kakek memberi semangat kepada Suga.

Suga yang tadinya merasa kecewa menjadi semangat lagi saat mendengarkan ucapan kakek.

"Baik , kek." jawab Suga .

Kakek pun melanjutkan kegiatannya memahat kayu ditemani Suga yang melihatnya terkadang Suga membantu kakek mengambil barang yang kakek dibutuhkan.

Tak terasa hari sudah sore , langit mulai terasa gelap.

" Suga hari sudah sore, Sebaiknya kau mandi. Kau kan belom mandi dari kemarin. Bau badanmu sangat tidak enak." Celetuk kakek.

Aku mencium tubuhku.

Wleek!

ternyata benar badanku sangat bau.

Ya mau bagaimana lagi, terakhir kali aku mandi itu ketika aku diajak ibu pergi jalan - jalan waktu itu . Sudah seharian aku di dalam mobil. Keesokan nya aku menunggu ibu tak kunjung datang hingga aku pingsan karena kelaparan dan sekarang karena keasikan membantu kakek aku jadi lupa.

" Hehehe " aku hanya cengengesan dan pergi menuju kekamar mandi.

Kakeknya yang melihatnya hanya tersenyum. Dia senang Suga berada dirumahnya , Suga sudah seperti cucu nya sendiri walaupun bukan cucu kandung setidaknya Suga anak yang baik.

Tiba - tiba saja Suga datang kembali..

"mmm... Kamar mandi dimana ya , kek?" Ucap Suga dengan wajah polos bertanya kepada kakek. Seharusnya dia bertanya dulu pada kakek tapi malah pergi duluan.

'sudah kuduga dia akan balik lagi.' dalam batin kakek.

"Tunggu sebentar ya , aku akan mengantarkanmu." kata kakek sambil tertawa melihat tingkah laku Suga.

Setelah selesai dari ritual mandi. Suga lalu keluar dia bingung karena lupa kalo tidak mempunyai baju lagi. Ketika Suga ingin mengambil baju kotornya tadi , dia melihat pakaian yang terlipat rapih di meja.

"Itu pakaian cucuku, sepertinya itu muat untukmu. Kau tidak punya baju , pakai itu saja dulu . Untungnya pakaian cucuku tertinggal disini." Ucap kakek

" Makasih ya , kek." Kata Suga yang merasa merepotkan kakek karena harus mengurusinya.

" Iya , cepat sana pakai bajumu. Nanti kau masuk angin. Biaya obat sakit mahal." celetuk kakek walaupun kakek bicara begitu Suga mengerti kalo kakeknya hanya bercanda.

"Siap! , kek." kata Suga sambil hormat layaknya prajurit yang mematuhi perintah komandannya.

Buru - buru Suga memakai pakaian baju pemberian kakeknya. Baju dan celananya terlihat sangat pas di Suga. Bajunya yang longgar tidak terlihat gombrong baginya walaupun dalemannya kebesaran untuk Suga.

Setelah Suga memakai pakaiannya , dia lantas keluar dari kamarnya. Tercium aroma asap yang tidak sedap . Kali ini aroma tersebut tercium dari arah luar rumah.

'bau tidak sedap apa ini, sepertinya dari halaman depan. mungkin itu kakek?' batin Suga.

Suga pun mengikuti arah sumber aroma tersebut. Nampak kakek yang sedang membakar kayu. Aku lalu menghampiri kakek.

" eh, Suga. Kau sudah selesai?" tanya kakek.

" Iya." jawab Suga singkat.

"Kayu - kayu yang dibakar ini mau untuk apa?" tanya Suga menanyakan.

"Aku ingin membakar ikan ini." sambil menunjukkan ikan besar yang dia pegang. Ikan itu terlihat masih hidup dia meronta - ronta ingin meloncat dari tangan kakek. Jujur saja , Suga membenci ikan . Sisik ikan yang kasar membuatnya geli, dia membayangkan jika dia memegangnya tangannya aku bersisik.

" Suga tolong ambilkan ember yang ada di sebelahmu." pinta kakek.

"Sekalian juga tolong kau isi dengan air, ya." sambungnya. Suga mengambil ember lalu mengisi ember tersebut dengan air. Setelah terisi penuh dengan air Suga membawakannya ke kakek.

"Taruh saja dibawah , terimakasih ya Suga." kata kakek berterimakasih kepada Suga yang telah membantunya.

" Memang mau diapakan ikan ini?" tanya Suga.

" Tentu saja untuk kita makan." jawab kakek.

Suga yang membayangkan dirinya memakan ikan merasa mual. Dia sama sekali tak pernah memakan ikan dan sekarang dia harus memakan ikan. Kakek yang melihat muka Suga tertawa.

"Kau takut ?" tanya kakek yang dari tadi menertawakan Suga.

"Aku tidak tahu , hanya saja menjijikkan." bantah Suga.

"Kenapa harus jijik?"

"Aku membayangkan jika aku memegangnya tubuhku akan penuh dengan sisik juga." ucap Suga . Lagi - lagi tertawa dibuatnya melihat tingkah laku Suga.

" Hahaha , kau terlalu banyak membaca dongeng Suga . Coba lihat tubuhku , tidak tumbuh sisik , kan?" kata kakek.

Kakek lalu membersihkan ikan tersebut di ember yang Suga bawa tadi. Menusuknya dengan kayu runcing yang sedikit panjang . Setelah ikan mati tidak bergerak sama sekali , kakek menaburi sesuatu di atas tubuh ikan yang aku sendiri pun tidak tahu apa itu. Setelah selesai kakek menaruh ikan tersebut di atas kobaran api.

" Selesai , tinggal menunggu ikannya matang." ucap kakek sembari duduk di samping Suga.

Kami berdua duduk bersama di bawah langit yang dipenuhi kerlap - kerlip cahaya bintang . Gelapnya malam itu menambah betapa senyapnya, hanya ada suara ombak pantai yang memukul - mukul garis pantai.

" Kau suka pemandangannya?" Tanya kakek memecahkan keheningan.

" Hm , banyak bintang di langit . Tidak seperti di rumahku, tak ada satupun bintang yang terlihat." ucap Suga.

" Tentu saja tidak ada. Banyak cahaya lampu perkotaan yang sangat terang di malam hari, ditambah polusi. Banyak cahaya buatan yang dipancarkan ke arah langit membuat bintang tidak terlihat . Berbeda dengan disini, coba lihat , tidak banyak cahaya penerangan kan disini." ucap kakek menjelaskannya ke Suga.

Suga baru tahu tentang hal ini , selama ini dia tidak pernah melihat bintang. Sebelum orang tuanya bercerai mereka tidak pernah berpergian saat malam. Orang tuanya selalu sibuk bekerja walaupun hari libur sekalipun malamnya mereka bekerja atau pun tidur untuk bekerja keesokan paginya. dan ketika mereka bercerai Suga lah yang menjadi korban. Dia terkurung dikamarnya. Sekolahnya berhenti begitu saja. Suga tidak mempunyai teman sama sekali. Hanya mainan motor - motorannya yang menemani saat itu.

"Ikannya sudah matang." seru kakek . Suga yang dari tadi melamun tersadar setelah mendengar keseruannya .

"Suga , ayo makan! ikannya sudah matang." ucap kakek.

" Aku ..." Suga bingung menjawabnya. Dia sangat geli sekali dengan ikan apalagi memakanmya.

"Tidak apa apa, sisiknya kan sudah kubersihkan , kau tidak perlu takut ." kata kakek

Aku merasa tidak enak dengan kakek yang telah memasakinnya . Suga akhirnya memutuskan untuk mencicipi nya meskipun Suga masih merasa jijik.

Kakek mengambil potongan ikan lalu diberikan kepada Suga .

" Nah cobalah." ucap kakek.

Perlahan - perlahan aku memakan daging ikan titersebut kedalam mulutku. Aku memenjamkan mataku. Aku tidak berani menelan semua ikannya atau pun mengunyah daging ikan itu. aku membiarkannya tetap dimulutku. Tidak ada efek apapun. Ku buka mataku. Tidak ada yang berubah. Kakek tertawa terbahak - bahak melihat tingkah lakuku.

" Bagaimana? kau sudah menjadi seperti ikan? Hahaha." ledek kakek.

Aku mengabaikan perkataan kakek. Lalu mengunyah daging ikan tersebut.

Enak. Ternyata enak .

"Mau lagi?" tanya kakek sambil menawarkan daging ikan itu ke Suga . Suga mengangguk dan memakan daging ikan itu.

Mereka pun menikmati malam - malam itu bersama dengan memakan daging ikan bakar sambil ditemani langit malam. Meskipun Suga baru pertama bertemu dengan kakek tapi Suga merasa dekat dengannya. Suga tak pernah merasakan hal ini sebelumnnya.

BERSAMBUNG

****************

Update Setiap hari sebelum Jam 10.00 WIB.

Jangan Lupa Like , Subscribe dan komen.

Kalau mau Cerita ini terus update.

***