webnovel

Chapter 22 : The Last of Paradise

Kali ini, Maya dan Haris mengunjungi salah satu pulau terindah di Indonesia, yakni Pulau Raja Ampat. Mereka berdua ingin menjelajahi keindahan The Last of Paradise bagian selatan, yakni Pulau Misool.

Pulau Misool adalah salah satu dari empat pulau besar di Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat, Indonesia. Pulau ini berada di lepas pantai barat pulau utama Papua dan berbatasan langsung dengan Laut Seram yang menjadi jalur lalu lintas bagi banyak makhluk laut besar, termasuk paus.

Daratan Pulau Misool terdiri dari bukit, hutan lebat, dan rawa bakau. Di sisi timur dan barat pulau, terdapat labirin batu kapur yang menjorok ke laut biru. Sejumlah petroglif dapat ditemukan pada dinding gua di seluruh pulau yang rata-rata berusia sekitar 5.000 tahun.

Sementara panorama bahari Pulau Misool dihiasi gugusan batu karang dengan ekosistem bawah laut yang terbilang masih lengkap. Hal ini dikarenakan Pulau Misool termasuk bagian dari segitiga karang dunia. Tak heran, aneka jenis ikan hias, penyu, pari dan karang dapat ditemukan. Ada lima spot menarik yang akan mereka kunjungi saat berada di Pulau Misool. Semuanya sudah masuk ke dalam list libur mereka selama sepekan nantinya.

Maya benar-benar tidak akan bisa melupakan pengalaman perjalanan liburan kali ini, semua akan menjadi memori indah untuk dikenang sepanjang masa. Mungkin ia juga akan ceritakan kepada anak-anaknya nanti tentang bagaimana usaha sang Papa memberikan hadiah terindah untuk Mamanya. Bukan itu saja, Maya berharap kelak bisa melakukan perjalanan ini lagi bersama anaknya, menikmati setiap kebersamaan yang hangat dan menyenangkan.

Haris mendapati istrinya melamun di samping deck kapal, ia segera menghampiri dan menanyakan apa yang tengah dipikirkan oleh Maya.

"Hai sayang ... apa ada yang menggangu pikiranmu? Ayo ceritakan kepadaku," ucap Haris sambil merangkul istrinya dari belakang.

Maya sedikit terkejut dengan kedatangan Haris, namun ia tersenyum manis kepada suaminya yang memeluk manja dirinya. Hembusan angin menerpa tubuh mereka begitu segar, panorama sore hari tampak indah dan menakjubkan untuk dilewatkan begitu saja. Merasa Maya belum menjawab pertanyaan yang dia lontarkan, Haris kembali bertanya. "Sayang, jawab dong ... jangan buat aku penasaran!" ucap Haris penasaran.

"Aku nggak kenapa-kenapa kok, Mas. Aku cuma lagi memikirkan kalau kita punya anak nanti, aku pengen kita bisa melakukan perjalanan seperti ini lagi bersama mereka," ungkap Maya kepada Haris.

Mendengar penjelasan Maya, Haris tak kuasa menahan tawanya. Dia justru semakin erat memeluk istrinya, lalu ia berbisik sesuatu di telinga Maya dengan nakal, "Kalau begitu, ayo kita buat baby kita!"

Maya memalingkan wajahnya kearah Haris, ia memandang wajah suaminya yang tampak menggoda. Dirinya tahu jika ajakan suaminya itu tidaklah hanya sekedar bercanda semata. Dan tanpa ragu-ragu, Maya pun membalas bisikkan Haris. "Let's go!" bisik Maya yang membuat wajah Haris berseri.

Akhirnya mereka sama-sama meninggalkan tempat dan segera menuju Kabin. Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka sudah menyatukan diri di atas ranjang. Mereka berdua kembali bercinta, bersaing dengan matahari yang mulai tenggelam bersama mereka. Desahan keduanya tak terbendung lagi, erangan erotis yang keluar dari bibir Maya membuat Haris semakin bersemangat lagi untuk memompa tubuhnya kedalam tubuh istrinya yang sintal.

Kurang lebih setengah jam mereka bercinta di dalam Kabin. Mereka benar-benar menikmati suasana sore dengan penuh cinta.

***

"Hai, bukankah Anda yang bernama Nyonya Maya?" tanya seorang pria disebelah Maya.

Maya menoleh kearah pria itu, dia tersenyum tipis untuk menghormati sapaan dari pria yang merupakan salah satu tamu di Kapal juga.

"Benar, Tuan ...."

"Davinson! Panggil saja 'Davin'!" terang pria bertubuh atletis itu.

"Ohh, baiklah Tuan Davin," ucap Maya mengerti. Dirinya memilih untuk menunggu kedatangan Haris yang masih berada didalam Kabin dengan pergi ke mini bar Kapal.

"Nyonya Maya, maaf jika terkesan kurang sopan. Tapi saya harus mengatakan kebenaran bahwa anda sangat ... cantik!" puji pria yang bernama Davinson itu yang justru membuat Maya tidak nyaman.

Namun bukan Maya jika tidak bisa membawa diri, dia sudah piawai menangani godaan dari pria seperti Davinson itu. Tidak ingin menyinggung perasaannya, Maya bersikap biasa. Dia tahu bahwa sikap Davinson masih terbilang cukup wajar.

"Terimakasih, Tuan Davin atas pujian anda. Tapi saya rasa istri anda juga jauh lebih cantik daripada saya pastinya, bukankah begitu?" Maya membuat pria di depannya itu terdiam.

"Ya ... Anda benar Nyonya. Tapi bukankah memuji keindahan Tuhan tidaklah salah?" imbuh Davinson masih ingin merayu.

"Tentu tidak salah, Tuan Davin. Namun alangkah baiknya jika pujian itu anda tujukan kepada istri anda seorang. Lagipula, istri anda sudah berdandan secantik itu apa anda tidak menyesal jika membiarkan dirinya digoda pria lain?" Terang Maya yang membuat Davinson mati kutu setelah melihat kedatangan istrinya.

"Halo, Nyonya Davinson! Anda sangat cantik sekali, tak salah jika Tuan Davin begitu memuji anda sedari tadi!" puji Maya kepada istri Davinson.

"Anda pasti Nyonya Maya, istri dari Tuan Haris! Couple best of the best di Kapal ini. Senang sekali bisa dipuji anda, Nyonya Maya!" seru istri Davinson, Clara yang begitu tampil seksi dengan tube braa yang melekat pada tubuhnya.

Maya menelisik dari atas sampai bawah penampilan dari Nyonya Clara. Ia mencari celah pada wanita itu. Namun tidak ada yang kurang jika dilihat dari fisiknya. Hal itu membuat Maya semakin yakin bahwa tuan Davinson memang pria yang suka sekali menggoda wanita lain, padahal ia sudah memiliki istri cantik dan seksi seperti Clara.

Davinson hanya terdiam seribu bahasa setelah mendapati istrinya berada disampingnya dan merangkulnya mesra. Seolah menunjukkan bahwa Davinson adalah miliknya. Maya hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku pasangan itu. Tak ingin lebih lama bersama mereka, akhirnya Maya berpamitan untuk meninggalkan tempat.

Tak begitu lama, Haris sudah terlihat berjalan menghampiri Maya yang kini duduk di depan live music.

"Maaf sayang, tadi aku harus terima telepon dari kantor," terang Haris merasa bersalah karena sudah membiarkan Maya menunggu cukup lama.

"Nggak masalah kok, Mas. Hanya saja tadi ada hal lucu yang terjadi," ucap Maya sambil kembali melihat kearah Davinson dan Clara yang masih duduk di depan kursi mini bar.

"Hal lucu? Apa itu?" Haris penasaran.

Akhirnya Maya menceritakan tentang pujian Davinson untuknya. Hal itu membuat Haris sedikit meradang karena tidak terima. Namun Maya meminta Haris agar bersikap tenang, karena nyatanya semua bisa Maya tangani dengan baik. Haris pun menuruti keinginan Maya, namun ia tidak dapat menutupi rasa tidak bersahabat nya pada Davinson, pria yang berusaha menggoda istrinya. Haris semakin kuatir jika meninggalkan Maya sendiri tanpanya.