webnovel

Bab 6 Lelah itu manusiawi

Pagi hari tiba, sabtu 15 Januari 2022. Setelah persembahan hajatan semalaman yang ternyata bisa membuat tubuh Hikma terasa begitu sangat remuk. Hikma akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kembali agar tumbuhnya sedikit merasakan lega sebelum akhirnya harus berperang bekerja kembali.

Hikma juga berencana hari ini akan ke rumah Siska dan mengecek tentang kondisi siska, juga mau meminta sebuah alasan mengapa Siska tidak merespon pesan atau telepon dari Hikma, Siska juga hilang begitu saja.

Hari tetap berjalan seperti biasanya, dunia juga tetap berputar sesuai jalurnya. Menyiapkan seragam, sarapan bahkan hal lainya juga tetap dilakukan, walau tubuh gadis mungil ini sangat kelelahan.

Terkadang dunia juga terasa sangat kejam, menindas mereka yang kecil dan terus menerbangkan penghuni kerajaan. Semesta selalu hadir dengan seribu pilihan, walau sebenarnya semua sudah dipilihkan, bahkan jika difikir sebuah perencanaan hanyalah sebuah tetes usaha untuk menerima sebuah kenyataan. Beribu kali terjatuh harusnya mampu berdiri, memberi tanda letak dimana semesta benar-benar tidak memihak kepada diri, tetapi masih kembali lagi, umumnya manusia memang selalu ceroboh dan lalai. Lubang yang seharusnya tertutup baja besi, malah dilewati dan mampu menenggelamkan diri, kemudian mengeluh kembali, katanya, Tuhan tidak adil padahal dirinya sendiri yang tidak mampu berhati hati dengan sebuah lobang.

Setelah melihat semua adiknya pergi ke sekolah. Hikma memandang dirinya sendiri, sudah lama sekali Hikma tidak bertanya apakah dirinya itu baik-baik saja atau sebaliknya. Kayla melihat dirinya di depan cermin panjang yang terletak di ruang tamu. Dengan background ruangan yang sangat berantakan karena memang belum Hikma kerjakan. Badanya yang lelah mampu melemahkan segala semangat yang ada di diri Hikma. Ditambah dengan tidak ada orang yang berada disampingnya, biasanya saat Hikma lelah seperti ini, siska sellau berada disampingnya. Memberikan sebuah suntukan penyemangat untuk Hikma, hingga Hikma mempunyai alasan untuk semangat kembali.

Tubuh yang dulu terlihat putih kini telah berubah, rambutnya yang dulu dipenuhi dengan shampho mahal dan juga perawatan yang sangat banyak kini berubah, tubuhnya berubah menjadi hitam kecoklatan karena memang tidak pernah melakukan sebuah perawatan apapun. Rambut yang dulu lurus sangat indah dengan warna pirang, kini terlihat sangat kucel karena tidak pernah diirnya rawat, bahkan Hikma selalu lupa bahwa Hikma mempunyai diri sendiri yang juga perlu dia kasihi.

" Jika dengan marah bisa mengembalikan semua keadaanku, ingin rasanya aku marah dan mengamuk kepada siapapun yang menentangku"

Begitulah ucap Hikma yang berada di depan kaca dengan menjambak rambutnya dengan sangat kencang, entah apa yang kini sedang berada di fikiran Hikma, namun semua manusia selalu memiliki titik lemahnya tersendiri. Wanita yang terlihat kuat pun juga bisa menangis jika lelahnya berada di ujungnya.

Karena memang kodrat sebuah manusia tetap lemah walau dia bisa menyembunyikan sebuah kesedihanya. Manusia sekuat apapun akan menangis jika berada di posisi Hikma saat ini. Apalagi diirnya adalah seorang anak yang tadinya berasal dari keluarga berada. Ketika semua berubah, Hikma harus menyesuaikan segalanya termasuk tentang kehidupanya yang harus selalu mengalah demi kehidupan adiknya.

" Tuhan, aku lelah!"

Begitu teriak Hikma hingga pecah semua tangisnya, tidak lama dari teriakanaya tersebut. Ada suara yang berbunyi dari balik pintu. Hikma yang masih menangispun menghiraukan ketukan tersebut. Karena dia faham bahwa itu bukanlah adiknya, jam masih pagi tidak mungkin mereka sudah kembali.

" Permisi, ada titipan. Boleh minta tolong dibukakan pintunya"

Begitulah suara halus yang berbunyi di balik pintu tersebut, Hikma hanya mendengarnya dan tetap pada posisinya menangis.

" Brakkkkkkk!!!"

Suara itu mampu mengejutkan Hikma, dengan sangat lemah akhirnya Hikma bangkit dari tidurnya dan menemui sosok yang telah menghancurkan rumahnya tersebut.

Hikma : " Apa yang kamu lakukan? Apa yang kamu mau dariku"

Begitulah pertanyaan hikma, dengan mata yang sangat merah dan tubuh yang terlihat sangat lemah dibumbui air mata yang masih tersisa di pipinya.

Dengan sangat cepat, gerakan lelaki yang didepanya itu menyeret tubuh Hikma hingga sampai ke dalam pelukanya.

" Bodoh! Kurang ajar! Apa yang kamu lakukan padaku, lepaskan bodoh!"

Begitulah umpat Hikma yang sedang marah karena ada lelaki yang tidak dikenalnya kini sedang menyentuh tubuhnya, walau dibalik amarahnya Hikma sangat merasakan sebuah kenyamanan karena sentuhan tersebut.

Semua perlawanan Hikma berikan hingga pelukan tersebut terlepas.Lelaki itu merupakan lelaki yang sama. Yang selalu mengamatinya katika bekerja di bar, yang memberi Hikma dan juga adiknya tumpangan ketika adiknya sakit. Dan kini terjadi lagi, lelaki ini berada didepanya, menghancurkan rumah kontrakanya, dan yang lebih parah lagi lelaki ini menyentuh tubuh Hikma dengan tanpa permisi.

Yusuf : " Apa yang terjadi padamu? Apa yang sedang menimpamu. Oh iya santai, pintunya akan segera dipasang, aku akan tanggung jawab karena merusaknya"

Tidak lama ada orang datang dengan membawa pintu baru yang siap dipasang di kontrakan Hikma saat itu. Hikma yang masih terlihat lemah pun sangat tidak perduli dengan apapun yang kini sedang terjadi. Dia pun masuk ke dalam rumah, dan membereskan rumah yang masih berserakan, tinggal bersama diknya yang juga masih senang pada permainan membuat rumah seakan terlihat seperti kapal pecah, tetapi Hikma selalu sabar setiap harinya melewati sebuah perjalanan ini.

Yusuf : " Hey mau kemana? Pertanyaanku belum kau jawab sama sekali, dasar wanita tidak punya sopan santun".

Hikma yang mendengar ucapan tersebut akhirnya membalik badanya,

" Apa yang kau katakan? Aku yidak sopan padamu? Lalu kata apa yang pantas untukmu hingga merusak pintu rumahku ini? Apakah lebih parah dari kata tidak sopan wahai lelaki kaya. Dengan dirimu kaya, bukan berarti kamu bisa melakukan semuanya sesukamu"

Jawaban Hikma itu ternyata benar-benar menusuk hati Yusuf yang kini masih berdiri diposisinya. Mungkin Yusuf memang salah karena telah lancang merusak kesunyian Hikma saat itu, Yusuf juga merusak pintu yang ditempati Hikma.

Yusuf : " Maaf, saya takut kamu melakukan hal bodoh ketika di dalma sana. Beberapa hari ini saya mengikutimu dan saya tahu kamu sedang membutuhkan orang untuk mau mendengarkan segala bentuk ocehan lelahmu"

Hikma yang sudah terlanjur kecewa menghiraukan ocehan tersebut tanpa memikirkan apapun yang tidak ingin ia fikirkan tentang sosok lelaki ini.

Sesampainya Hikma di dalam, Hikma akhirnya membereskan rumahnya yang terlihat seperti kapal pecah karena memang Hikma tinggal bersama adiknya yang masih kecil.

Piring akhirnya diambil, diletakanya ke dalam wastafel yang terbuat dari bak mandi, digosoknya dengan gosokan emas dari sabut kelapa dan sabun sisa.

Ayah, Ibu, Hikma lelah dengan ini semua. Tolong kemarilah temui Hikma walau hanya sebentar.

Ayah, Ibu Hikma ingin dipeluk, melekat erat dan tidak pernah terlepas lagi

Hikma lelah